Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mek22Avatar border
TS
mek22
Tato rajah tubuh, sebuah seni atau simbol kejahatan?

Sebagian masyarakat Indonesia masih memandang seni tato identik dengan kejahatan. Pandangan sinis tertuju pada orang yang tubuhnya menggunakan seni rajah tersebut. Meski pelaku kejahatan memang kerap bertato, namun realitanya tidak semua orang bertato adalah penjahat.

"tato is not a crime," sebut pemilik Kent tato Indonesia, Yusepthia Soewardi, saat ditemui merdeka.com, di studionya, di Kompleks Margahayu Raya, Bandung.

Disadari Kent-kent, panggilan akrab Yusepthia, tato memang memiliki akar budaya yang dianggap dekat dengan kriminalitas, tapi dia yakin pergeseran itu akan terjadi. Kini tato tak ayal dijadikan trend gaya hidup.

"Kalau tato hingga kini masih diidentikkan dengan kejahatan mengapa banyak tokoh, pejabat, artis, yang ingin menggunakan tato?," tutur Kent yang juga kedua tangannya dipenuhi tato.

Sedikit meniliki sejarah, kata Kent, memang keberadaan tato tertua di dunia itu berasal dari Indonesia. Itu sudah dikukuhkan melalui hasil penelitian yang dilakukan Dosen Seni Rupa, Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Ady Rosa.

Seni tato Mesir baru ada pada 1300 SM, tetapi orang Mentawai sudah menato badan sejak kedatangan mereka ke pantai Barat Sumatera tersebut, pada Zaman Logam, 1500 SM-500 SM.

Di Mentawai tato dijadikan sebuah simbol. Bagi warga Mentawai tato adalah simbol keseimbangan alam. Sehingga masyarakat di sana bebas menato tubuh sesuai kreativitasnya. Seni rajah di suku Mentawai ini dilakukan sesuai ritual Arat Sabulungan.

Arat Sabulungan merupakan satu sistem pengetahuan, nilai, dan aturan hidup yang dipegang kuat dan diwariskan oleh leluhur suku Mentawai. Mereka meyakini adanya dunia roh dan jiwa. Artinya bahwa setiap benda yang ada, hidup atau mati mempunyai roh dan jiwa seperti manusia.

"Setelah berpikir ke belakang bahwa tato memang kebudayaan kita, karena di Mentawai itu merupakan tato tertua di dunia," terangnya.

Tahun 1989 atau eranya orde baru, sebuah stigma tak mengenakkan diberikan kepada orang-orang bertato. Kala itu, ada istilah penembak misterius atau petrus yang bertugas membersihkan para preman-preman.

Tanpa ampun, mereka yang dicap sebagai penjahat menjadi sasaran pembunuhan. Orang bertato disikat Petrus. Karena tato diidentikkan dengan preman. Operasi bersih-bersih ini dilakukan hampir di seluruh daerah. Keadaan ini membuat orang bertato menjadi takut.

Kent yang memang menyukai desain saat itu coba melawan arus. Tahun 1989 Di Cihampelas Bandung ia memberanikan diri membuka studio tato. Ia yakin bahwa Tuhan memberi jalan dan keselamatan.

"Saya jalani dan lari ke bisnis, saat itu memang belum banyak, kadang saya tato dituker sama minuman, dituker barang, jadi memang zamannya petrus itulah tato acap kali diidentikan dengan premanisme," kata Kent.

Peralihan itu sedikit demi sedikit mulai terjadi, bahwa tato tak lagi dicap sebagai penjahat. Kata Kent, tato adalah identitas kebebasan aplikasi jiwa seseorang.

"Kalau saya lihat mahakarya besar tato itu ialah sebuah gambar yang benar-benar abadi," tandasnya.

16 Tahun sudah tato permanen menempel di kedua tangan Kent. Baginya itu adalah seni. Saat orang punya argumen tentang tato itu adalah hak.

"Asalkan tahu, bahwa setelah saya rasakan, dengan tato itu merasa lebih baik daripada tidak bertato. Memang Pertanggungjawabannya besar. Aku selalu menyarankan kepada orang yang ditato bahwa tato memang tidak membuat orang menjadi jago berkelahi, tapi ini adalah aplikasi jiwa seseorang," ceritanya.

Saat tato dibawa ke dalam sudut pandang agama, dia tak menampik bahwa ini akan terus menjadi pro dan kontra. Orang Indonesia yang sebagian besar menganut muslim seolah kikuk menghadapi tato.

"Kalau ini sudah bawa-bawa Agama, ini ga akan bisa dibahas selama satu, dua bahkan 100 tahun pun," katanya.

Hal itu sependapat juga dengan Verry, pelukis tato, pro dan kontra tato tidak akan ada akhirnya jika dibahas dan menghadirkan para ahli.

"Saya yakin tidak semua ahli agama menolak tidak semua juga mengiyakan. Tergantung keyakinan masyarakat masing-masing. Yang jelas. Ini ga bisa digeneralisir," ungkap Verry

Gimana menurut agan-agan semua?
Kalo menurut ane sih itu sebuah seni tetapi dengan media tubuh bukan simbol kejahatan

sumber

TS berharap emoticon-Blue Guy Cendol (L) dan emoticon-Rate 5 Star
Kalo agan-agan tidak berkenan jangan dilempar emoticon-Blue Guy Bata (L) yah hehehe kita cuma sharing aja
0
4.6K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.