- Beranda
- Berita dan Politik
Karier Empat Bersaudari Wahid Sepeninggalan Gus Dur
...
TS
dragonroar
Karier Empat Bersaudari Wahid Sepeninggalan Gus Dur
Quote:
Perjuangan Empat Srikandi
Selasa, 3 September 2013 11:56 WIB
Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid) dan Inayah Wulandari [abc.net.au, HIDUP/R.B.E. Agung Nugroho]
Meski Gus Dur telah wafat, cita-cita dan ide-idenya terus bergema. Istri dan keempat putrinya berjuang demi mewujudkan impian Gus Dur.
Membangun hidup yang lebih manusiawi menjadi salah satu mimpi Gus Dur yang diperjuangkan keluarganya. Selain sang istri, Sinta Nuriyah Wahid yang aktif dalam pemberdayaan perempuan lewat PUAN Amal Hayati, keempat putrinya pun meneruskan cita-cita sang ayah.
Empat srikandi ini berkiprah di bidangnya masing-masing. Putri kedua Gus Dur, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid) menggeluti bidang politik, ikut jejak sang ayah. Sementara Alissa Qotrunnada Munawaroh, Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari berjuang melalui bidang: pendidikan, sosial, advokasi, riset hingga gerakan motivasi untuk orang muda.
Alissa Qotrunnada Munawaroh (Alissa Wahid) meneruskan perjuangan Gus Dur dalam bidang budaya. Si sulung ini ambil bagian dalam perkembangan The Wahid Institute, mengelola kelas pemikiran Gus Dur.
Saat ditanya mengenai mendiang ayahnya, Alissa berkomentar, Gus Dur tak bisa diprediksi. “Jika kita suruh memprediksi, itu sesuatu yang bukan Gus Dur banget. Saya agak sulit memprediksi apa yang akan dikatakan Gus Dur pada Bulan Ramadhan ini. Tapi kita bisa mengandaikan kalau kita jadi Gus Dur, kita mau ngomong apa,” ujarnya seraya tersenyum.
Alissa bertutur, persoalan kehidupan kaum Muslim itu sendiri sangat relevan, bagaimana menghidupi semangat Islam. “Kalau orang mengenal Islam yang identik dengan kekerasaan, kita mesti tunjukkan wajah Islam yang damai. Ramadhan dan Idul Fitri menjadi kesempatan bagi Islam untuk menjadi rahmat bagi semesta,” paparnya saat ditemui di The Wahid Institute, awal Juli 2013.
Menurut Alissa, di tengah persoalan bangsa dan negara, Gus Dur akan berjuang untuk mewujudkan tiga level ukwah: islamiah, fatoniah, dan insaniah. Dalam pelaksanaannya, Gus Dur tak akan membedakan agama masyarakat. Yang lebih penting ialah mengutamakan kepentingan masyarakat, keputusan pemimpin bagi kemaslahatan umat. Tauhid dalam Islam menjadi nilai utama yang dihidupi Gus Dur. Nilai itu bisa dikatakan sebagai spiritualitas.
Alissa menambahkan, kemanusiaan juga jadi nilai yang dijunjung tinggi dan dilibati Gus Dur. Ayahnya pernah memperkenalkan rukun kemanusiaan, yaitu keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan.
Melihat carut marut Republik ini, Gus Dur pasti gelisah. Bagi Alissa, humor yang relevan saat ini ialah humor para pemuka agama menunggu di pintu surga yang tertutup. Lalu datang orang lusuh dan langsung pintu dibukakan oleh malaikat. Pemuka agama protes. Sebagai pembimbing umat, mereka tak dibukakan pintu. Tapi orang lusuh boleh masuk. Malaikat menjawab, karena orang tadi membuat orang ingat pada Tuhan, nah sampeyan-sampeyan ini kalau kotbah malah membuat orang tidur. Ternyata orang lusuh itu supir Kopaja yang ngebut, yang membuat penumpang berdoa terus pada Tuhan. Dari humor itu, diharapkan kita tak terjebak dalam pengkotak-kotakan.
Jika Gus Dur masih hidup dan melihat kondisi Indonesia saat ini, putri ketiga Gus Dur, Annita Hayatunnufus, yakin bahwa Gus Dur akan menggarisbawahi isu toleransi beragama, problem korupsi, dan penegakkan hukum. Selain itu, isu lain yang akan mencuri perhatian Gus Dur ialah eforia demokrasi.
“Sejauh ini esensi demokrasi tidak ada. Penghormatan pada mereka yang berbeda pun perlu dibenahi,” demikian Annita. Ia menambahkan bahwa menanggapi situasi Indonesia saat ini, anekdot Gus Dur yang paling relevan adalah “Gitu aja kok repot”.
Penggerak Kaum Muda
Sementara srikandi bungsu, Inayah Wulandari bergerak dengan Positive Movement (PM). Awalnya, organisasi ini mengurus persoalan sosial: Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Hak Asasi Manusia (HAM), dll. Organisasi yang berdiri sejak 2005 ini berhenti sejenak tahun 2008, dan mulai lagi pada 2011 dengan konsep yang lebih fokus.
“PM akhirnya fokus mengajak anak muda untuk menjadi pribadi yang bahagia, tenang, seimbang, dan utuh. Kalau anak muda ini hidupnya bahagia, masyakat pun akan ikut bahagia. Harapannya, persoalan sosial akan berkurang dengan sendirinya,” papar Ina yah.
Ada 12 nilai yang dikembangkan, yaitu: jujur (pikiran, perkataan dan perbuatan selaras), bersyukur, punya spiritualitas, mau belajar, berkembang, terbuka (menantang diri untuk maju), sehat, ikhlas, resilient (punya visi, tujuan), komitmen, connected (rasa keterhubungan, tak merasa terasing), dan menghargai.
PM dibentuk karena yakin: anak muda ialah kunci perubahan. Menurut Inayah, mereka harus diajak berbuat sesuatu, tahu apa yang diinginkan dan berani mencapainya.
Peserta PM berusia 17-25 tahun. Kegiatannya berupa camping seminggu. Lalu dibentuk kelompok-kelompok yang disebut keluarga. Tiap keluarga akan dipimpin seorang fasilitator PM sebagai kepala rumah tangganya.
Kemudian dilakukan pertemuan bulanan bagi semua peserta. Dalam pertemuan ini, dibahas satu nilai lengkap dengan niat konkrit yang akan dilakukan di rumah selama sebulan. Harapannya, rasa keterhubungan tumbuh dengan saling mendukung.
“Kami membuat kelompok kecil sebagai keluarga agar dapat menanganinya dengan lebih mudah. Jika pesertanya banyak, tentu kami tetap terima,” ungkap Inayah.
Ditanya mengenai Gus Dur, Inayah menggambarkan Gus Dur sebagai figur teladan 12 nilai PM. “Gus Dur itu contoh orang yang bahagia. Pembawaannya menyenangkan seperti anak-anak, tapi tidak kekanak-kanakan,” pungkasnya.
sumber
Selasa, 3 September 2013 11:56 WIB
Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid) dan Inayah Wulandari [abc.net.au, HIDUP/R.B.E. Agung Nugroho]
Meski Gus Dur telah wafat, cita-cita dan ide-idenya terus bergema. Istri dan keempat putrinya berjuang demi mewujudkan impian Gus Dur.
Membangun hidup yang lebih manusiawi menjadi salah satu mimpi Gus Dur yang diperjuangkan keluarganya. Selain sang istri, Sinta Nuriyah Wahid yang aktif dalam pemberdayaan perempuan lewat PUAN Amal Hayati, keempat putrinya pun meneruskan cita-cita sang ayah.
Empat srikandi ini berkiprah di bidangnya masing-masing. Putri kedua Gus Dur, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid) menggeluti bidang politik, ikut jejak sang ayah. Sementara Alissa Qotrunnada Munawaroh, Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari berjuang melalui bidang: pendidikan, sosial, advokasi, riset hingga gerakan motivasi untuk orang muda.
Alissa Qotrunnada Munawaroh (Alissa Wahid) meneruskan perjuangan Gus Dur dalam bidang budaya. Si sulung ini ambil bagian dalam perkembangan The Wahid Institute, mengelola kelas pemikiran Gus Dur.
Saat ditanya mengenai mendiang ayahnya, Alissa berkomentar, Gus Dur tak bisa diprediksi. “Jika kita suruh memprediksi, itu sesuatu yang bukan Gus Dur banget. Saya agak sulit memprediksi apa yang akan dikatakan Gus Dur pada Bulan Ramadhan ini. Tapi kita bisa mengandaikan kalau kita jadi Gus Dur, kita mau ngomong apa,” ujarnya seraya tersenyum.
Alissa bertutur, persoalan kehidupan kaum Muslim itu sendiri sangat relevan, bagaimana menghidupi semangat Islam. “Kalau orang mengenal Islam yang identik dengan kekerasaan, kita mesti tunjukkan wajah Islam yang damai. Ramadhan dan Idul Fitri menjadi kesempatan bagi Islam untuk menjadi rahmat bagi semesta,” paparnya saat ditemui di The Wahid Institute, awal Juli 2013.
Menurut Alissa, di tengah persoalan bangsa dan negara, Gus Dur akan berjuang untuk mewujudkan tiga level ukwah: islamiah, fatoniah, dan insaniah. Dalam pelaksanaannya, Gus Dur tak akan membedakan agama masyarakat. Yang lebih penting ialah mengutamakan kepentingan masyarakat, keputusan pemimpin bagi kemaslahatan umat. Tauhid dalam Islam menjadi nilai utama yang dihidupi Gus Dur. Nilai itu bisa dikatakan sebagai spiritualitas.
Alissa menambahkan, kemanusiaan juga jadi nilai yang dijunjung tinggi dan dilibati Gus Dur. Ayahnya pernah memperkenalkan rukun kemanusiaan, yaitu keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan.
Melihat carut marut Republik ini, Gus Dur pasti gelisah. Bagi Alissa, humor yang relevan saat ini ialah humor para pemuka agama menunggu di pintu surga yang tertutup. Lalu datang orang lusuh dan langsung pintu dibukakan oleh malaikat. Pemuka agama protes. Sebagai pembimbing umat, mereka tak dibukakan pintu. Tapi orang lusuh boleh masuk. Malaikat menjawab, karena orang tadi membuat orang ingat pada Tuhan, nah sampeyan-sampeyan ini kalau kotbah malah membuat orang tidur. Ternyata orang lusuh itu supir Kopaja yang ngebut, yang membuat penumpang berdoa terus pada Tuhan. Dari humor itu, diharapkan kita tak terjebak dalam pengkotak-kotakan.
Jika Gus Dur masih hidup dan melihat kondisi Indonesia saat ini, putri ketiga Gus Dur, Annita Hayatunnufus, yakin bahwa Gus Dur akan menggarisbawahi isu toleransi beragama, problem korupsi, dan penegakkan hukum. Selain itu, isu lain yang akan mencuri perhatian Gus Dur ialah eforia demokrasi.
“Sejauh ini esensi demokrasi tidak ada. Penghormatan pada mereka yang berbeda pun perlu dibenahi,” demikian Annita. Ia menambahkan bahwa menanggapi situasi Indonesia saat ini, anekdot Gus Dur yang paling relevan adalah “Gitu aja kok repot”.
Penggerak Kaum Muda
Sementara srikandi bungsu, Inayah Wulandari bergerak dengan Positive Movement (PM). Awalnya, organisasi ini mengurus persoalan sosial: Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Hak Asasi Manusia (HAM), dll. Organisasi yang berdiri sejak 2005 ini berhenti sejenak tahun 2008, dan mulai lagi pada 2011 dengan konsep yang lebih fokus.
“PM akhirnya fokus mengajak anak muda untuk menjadi pribadi yang bahagia, tenang, seimbang, dan utuh. Kalau anak muda ini hidupnya bahagia, masyakat pun akan ikut bahagia. Harapannya, persoalan sosial akan berkurang dengan sendirinya,” papar Ina yah.
Ada 12 nilai yang dikembangkan, yaitu: jujur (pikiran, perkataan dan perbuatan selaras), bersyukur, punya spiritualitas, mau belajar, berkembang, terbuka (menantang diri untuk maju), sehat, ikhlas, resilient (punya visi, tujuan), komitmen, connected (rasa keterhubungan, tak merasa terasing), dan menghargai.
PM dibentuk karena yakin: anak muda ialah kunci perubahan. Menurut Inayah, mereka harus diajak berbuat sesuatu, tahu apa yang diinginkan dan berani mencapainya.
Peserta PM berusia 17-25 tahun. Kegiatannya berupa camping seminggu. Lalu dibentuk kelompok-kelompok yang disebut keluarga. Tiap keluarga akan dipimpin seorang fasilitator PM sebagai kepala rumah tangganya.
Kemudian dilakukan pertemuan bulanan bagi semua peserta. Dalam pertemuan ini, dibahas satu nilai lengkap dengan niat konkrit yang akan dilakukan di rumah selama sebulan. Harapannya, rasa keterhubungan tumbuh dengan saling mendukung.
“Kami membuat kelompok kecil sebagai keluarga agar dapat menanganinya dengan lebih mudah. Jika pesertanya banyak, tentu kami tetap terima,” ungkap Inayah.
Ditanya mengenai Gus Dur, Inayah menggambarkan Gus Dur sebagai figur teladan 12 nilai PM. “Gus Dur itu contoh orang yang bahagia. Pembawaannya menyenangkan seperti anak-anak, tapi tidak kekanak-kanakan,” pungkasnya.
sumber
Diubah oleh dragonroar 09-09-2013 14:03
0
65.4K
Kutip
116
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671KThread•40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru