Buat agan agan yang gila bola, yang sudah menonton dua final kompetisi di eropa yaitu UEFA Cup dan UEFA Champion League pasti merasakan yang saya rasakan.

SCTV sebagai mitra UEFA dalam penyiaran dua kompetisi ini menampilkan iklan yang berlebihan, terutama setelah usainnya pertandingan. Hal yang saya sayangi terhadap SCTV memuncak pada final Piala Champion. Tidak ada yang bermasalah dengan pertandingannya yang disiarkan namun sungguh sangat disayangkan saat kita terlewatkan momen momen sebelum dan sesudah penerimaan Piala. Sebagai penikmat sepakbola tentunya saya menunggu momen momen ini selain jalannya pertandingan. Tidak hanya sekali, hal ini juga kita alami saat final UEFA Cup antara Chelsea vs Benfica.

Selain itu para penikmat sepakbola pasti merasakan ada yang kurang dengan tayangan Liga Europa yang disiarkan langsung pada semifinal UEFA Cup. Benar, siaran yang dipandu Rizky Kinos ( CMIIW ) itu berlangsung satu arah alias monolog karena ketidakhadiran seorang komentator saat Cheslea menyambangi markas FC Basel di Swiss.

Saya tidak mengetahui apa alasan yang dimiliki pihak SCTV dengan kekosongan ini, sebab saya tidak mengikuti siaran dari awal. Saya sudah tertinggal ketika pertandingan sudah memasuki menit ke-16. Jadi, saya hanya tahu kalau pemandu Rizky sedang beraksi ala One Man Show di studio kendali saat jeda 15 menti rehat antara babak I dan II serta menutup acara saat Chelsea menundukkan FC Basel 2-1, dikandang Basel.

Apalagi baru ini stasiun SCTV mengumumkan melalui siaran beritanya bahwa mereka mulai musim depan akan menayangkan Liga Italia, Serie A dan Liga Inggris, EPL dan juga kalau tidak salah Ligue 1, Perancis. Siaran yang menjadi bagian dari ekspansi Nexmedia itu juga akan didampingi Indosiar.

Dengan siaran langsung yang akan berlangsung demikian ramai, bisa kita bayangkan bahwa SCTV sedang mengembalikan persaingan mereka dengan “mantan saudara kembar” mereka, RCTI. Selain itu, mereka harus mencegah kejadian seperti diatas terulang. Mungkin jika pemandu sekaliber Donna, Darius atau Rizky yang berbakat itu, siaran langsung akan tetap berjalan normal karena mereka sangat mampu berimprovisasi. Artinya, mereka harus seperti sebuah klub yang mereka siarkan, Punya komentator cadangan dan pemandu cadangan yang tidak kalah dari tim utama :P

Saya yakin ketidakhadiran seorang komentator di studio SCTV bukan karena mereka tidak punya relasi / kontak dengan banyak pengamat yang bisa menjadi komentator, bukan juga karena tidak punya dana untuk membayar honor mereka, dan juga bukan karena SCTV sedang melakukan pengetatan anggaran kan haha…

Tapi mungkin hal ini disebabkan semacam “keadaan tak terduga” atau “Force Majeure” saja… *kayak polis asuransi aja dah…:

Bagaimanapun, dengan segala cemoohan atau nada miring penonton dirumah terhadap pengamat bola, mereka tetap dibutuhkan untuk menambah sensasi dan mungkin pandangan dari sisi berbeda akan jalannya sebuah pertandingan. Selain itu, sebagai pelengkap untuk meramaikan studio siar. Karena sudah menjadi kebiasaan, maka ketidakhadiran mereka bisa menjadikan sebuah siaran serasa menonton RRI dilayar kaca.

Sebelumnya SCTV juga membuat penonton yang biasa menyaksikan pertandingan sepakbola melalui parabola, harus menelan kekecewaan. Sebab SCTV mengacak siaran langsung itu lewat parabola. Penonton hanya bisa menyaksikan pertandingan melalui antena UHF.

Akibatnya, sejumlah suporter setia Timnas Indonesia menumpahkan kekecewaan mereka melalui akun jejaring sosial Twitter. Seperti diungkapkan pemilik akun twitter @tiika21. ”Kecewa nggak bisa nonton bola gara-gara disensor SCTV payah,” ungkapnya.

Apakah agan juga merasakan atau hanya sifat ambisius TS ingin melihat ingin menyaksikam penyiaran sepakbola yang berkualitas. Saya sadar jika iklan itu sangat penting bagi mereka untuk meraup keuntungan, namunapa mereka sadar akan segala yang berlebihan itu tidak baik. Mohon maaf jika ada agan yang tidak sependapat dengan TS. Semoga dengan kesalahan SCTV ini tidak terulang saat menyiarkan UEFA Super Cup dan Liga Inggris musim depan.