- Beranda
- Buat Latihan Posting
Ini Alasan Kenapa Muncul Kuesioner 'Ukuran Kelamin'
...
TS
dnk.revolter
Ini Alasan Kenapa Muncul Kuesioner 'Ukuran Kelamin'
Quote:
Perilaku berisiko seperti merokok, konsumsi minuman akohol dan seks di luar nikah kerap ditemui pada anak usia Sekolah Menengan Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Berdasarkan data Survei Kesehatan RumahTangga (SKRT) tahun 2007 menyebutkan sebayak 24,4 persen remaja yang minum alkohol di bawah 14 tahun dan 29,2 persen 15 sampai 19 tahun.
Selain itu perkembangan reproduksi anak usia 14 sampai 19 tahun diperlukan perhatian khusus. "Usia tersebut merupakan periode penting untuk anak mengetahui perkembangan reproduksinya," ungkap Direktur Bina Kesehatan Anak Kemenkes Republik Indonesia, dr. Ellizabeth Jane Soepardi, MPH,Dsc, Sabtu (7/9/2013).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan upaya preventif seperti kegiatan penjaringan (skrining) kesehatan para siswa.
Prosedur pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk mengetahui anak tersebut sehat atau mengalami kelainan pubertas.
"Dalam penjaringan kesehatan terdapat kuesioner yang tertera gambar terkait pertanyaan reproduksi, hal ini membantu para petugas kesehatan mengarahkan agar siswa punya perilaku yang sehat sepanjang hidupnya," papar dr. Jane.
Menurutnya penjaringan kesehatan ini menjadi wajib dilakukan setiap SMP saat memasuki ajaran baru. Kegiatan ini selain melindungi siswa dari masalah berisiko dan memudahkan para petugas kesehatan mengetahui masalah reproduksi anak.
"Saat hasil kuesioner sudah didapat dan terlihat ada kelainan reproduksi pada anak tersebut maka kemudian dilakukan pemeriksaan fisik lebih lanjut oleh puskesmas," tuturnya.
Kuesioner reproduksi ini dikatakan dr. Jane sifatnya rahasia dan diisi sendiri oleh siswa dengan pengawasan petugas kesehatan.
"Bukan dilakukan guru namun oleh petugas kesehatan untuk melihat level kematangan reproduksi siswa dan mengatasi masalah yang terjadi," paparnya.
Dr. Jane mengharapkan setiap sekolah harus melakukan penjaringan ini untuk meningkatkan kesehatan para siswa secara optimal.
ember
Berdasarkan data Survei Kesehatan RumahTangga (SKRT) tahun 2007 menyebutkan sebayak 24,4 persen remaja yang minum alkohol di bawah 14 tahun dan 29,2 persen 15 sampai 19 tahun.
Selain itu perkembangan reproduksi anak usia 14 sampai 19 tahun diperlukan perhatian khusus. "Usia tersebut merupakan periode penting untuk anak mengetahui perkembangan reproduksinya," ungkap Direktur Bina Kesehatan Anak Kemenkes Republik Indonesia, dr. Ellizabeth Jane Soepardi, MPH,Dsc, Sabtu (7/9/2013).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan upaya preventif seperti kegiatan penjaringan (skrining) kesehatan para siswa.
Prosedur pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk mengetahui anak tersebut sehat atau mengalami kelainan pubertas.
"Dalam penjaringan kesehatan terdapat kuesioner yang tertera gambar terkait pertanyaan reproduksi, hal ini membantu para petugas kesehatan mengarahkan agar siswa punya perilaku yang sehat sepanjang hidupnya," papar dr. Jane.
Menurutnya penjaringan kesehatan ini menjadi wajib dilakukan setiap SMP saat memasuki ajaran baru. Kegiatan ini selain melindungi siswa dari masalah berisiko dan memudahkan para petugas kesehatan mengetahui masalah reproduksi anak.
"Saat hasil kuesioner sudah didapat dan terlihat ada kelainan reproduksi pada anak tersebut maka kemudian dilakukan pemeriksaan fisik lebih lanjut oleh puskesmas," tuturnya.
Kuesioner reproduksi ini dikatakan dr. Jane sifatnya rahasia dan diisi sendiri oleh siswa dengan pengawasan petugas kesehatan.
"Bukan dilakukan guru namun oleh petugas kesehatan untuk melihat level kematangan reproduksi siswa dan mengatasi masalah yang terjadi," paparnya.
Dr. Jane mengharapkan setiap sekolah harus melakukan penjaringan ini untuk meningkatkan kesehatan para siswa secara optimal.
Spoiler for gambar kuesioner:
ember
Fungsi dilakukan kuesioner (berdasar berita diatas) :
1. untuk mengetahui anak tersebut sehat atau mengalami kelainan pubertas.
2. memudahkan para petugas kesehatan mengetahui masalah reproduksi anak.
3. melindungi siswa dari masalah berisiko dan mengarahkan agar siswa punya perilaku yang sehat.
Update!!
Quote:
Pembagian Kuesioner di Aceh Salahi Presedur
Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menenggarai ada kesalahan prosedur pembagian kuesioner program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Lanjutan (PKASL) di sejumlah sekolah di Nagroe Aceh Darusalam (NAD). Akibat salah implementasi di lapangan itu, kuesioener yang dibagikan digugat lantaran dianggap mengadung konten porno.
“Kita belum tahu letak kesalahannya dimana. Bisa di tingkat Dinas Kesehatan, puskesmas atau guru di sekolah. Saat ini masih ditelusuri,” ujar Direktur Bina Kesehatan Anak Kemenkes Elizabeth Jane Soepardi, di Jakarta, Sabtu (7/9).
Komentar Jane guna menanggapi kontroversi kuesioner yang menanyakan ukuran alat kelamin siswa/siswi. Pertanyaan yang ditanyakan pada siswa/siswi kelas I SMP dan I SMA itu dianggap terlalu vulgar dan bahkan berkesan porno lantaran siswa diberikan pilihan jawaban berbentuk ilustrasi gambar alat kelamin dengan ukurang berbeda-beda.
Sebelum menjawab dugaan kesalahan implementasi prosedur dalam pembagian kuesioner, Jane menjelaskan terlebih dahulu tujuan dibagikannya kuesioner tersebut pada para siswa.
Dia menjelaskan pembagian kuesioner PKASL itu merupakan bagian dari kegiatan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang dilaksankan rutin pada setiap tahun sejak 2010 di seluruh sekolah menengah atas dan lanjutan di Indonesia. Dasar hukumnya adalah UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 yang juga menyinggung soal kesehatan anak.
Pertanyaan dari kuesioner sendiri disusun bersama dengan Satgas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Departemen Psikiatri UI, Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Kemendikbud, Kemenag dan Kemenkes.
Sebelum disebar ke seluruh sekolah di Indonesia, sebelum 2010, kuesioner itu telah di ui coba di 6 provinsi, yakni, Sumut, Jateng, Kalbar, Kaltim, NTB, dan Sulsel.
“Dari uji coba yang kita lakukan di 6 provinsi, semuanya tidak ada masalah,” tuturnya.
Tujuan kuesioner PKASL sejatinya untuk mengetahui soal keadaan kesehatan secara umum, riwayat kesehatan, riwayat imunisasi, kesehatan intelegensia, kesehatan mental remaja dan kesehatan reproduksi. Selain kuesioner, juga dilakukan pemeriksaan fisik meliputi kesehatan umum, kesehatan gigi, indera, dan sebagainya.
Pada bidang kesehatan reproduksi, terdapat subbidang penjaringan perkembangan pubertas remaja. Tujuannya antara lain untuk mengetahui pubertas prekoks (PP-pubertas terlalu dini) dan delay puberty (DP-telat mengalami pubertas. Kedua kelainan pertumbuhan yang terkait masalah hormonal.
Untuk menjaring perkembangan pubertas (seks sekunder remaja) yang lazim digunakan di dunia adalah metode Tanner Stageyang umum digunakan di dunia sejak 1976. Metode yang ditemukan oleh dr James Tanner ini memang menyertakan pilihan gambar ukuran alat kelamin untuk memudahkan siswa/siswi menjawab.
Berkat metode Tanner Stage ini bisa diketahui secara global bahwa 1 di antaran 1.000 anak di dunia mengalami pubertas terlalu dini dan 3% populasi anak (13-14 tahun) mengalami telat pubertas. Permasalahan pubertas ini, lanjut Jane, sangat berdampak pada kejiwaan anak dan harus segera diatasi secara medis dan psikis.
Yang menjadi permasalah di lapangan, lanjut Jane, saat pembagian kuesioner dilakukan, kuesioner yang seharusnya mencakup secara utuh bidang-bidang kesehatan umum, riwayat kesehatan, dll, disajikan secara tidak lengkap. Imbasnya yang terlihat paling menonjol adalah pertanyaan berkisar seks sekunder remaja yang banyak disertai gambar sehingga terkesan vulgar.
Kesalahan kedua adalah, guru UKS tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa terkait materi dan tujuan kuesioner. Walhasil siswa yang menerima pertanyaan menjadi kaget.
Jane juga mengaku mendapat laporan bahwa begitu kuesioner dibagikan, siswa membawa pulang kerta itu ke rumah, dan dikembalikan esok harinya. Menurut dia, hal itu jelas merupakan pelanggaran prosedural yang serius. Pasalnya penjaringan itu bersifat sangat rahasia.
Seharusnya kertas kuesioner diambil lagi oleh petugas puskesmas. Di situ petugas akan menelaah siswa yang diduga mengalami gangguan hormonal dan bisa meminta rujukan untuk diobati.
Sampai saat ini, pihak Kemenkes, lanjut Jane, masih melakukan penelurusan untuk mencari di simpul-simpul mana terjadi kesalahn prosedur. “Kita masih melakukan evaluasi,” tuturnya.
ember
Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menenggarai ada kesalahan prosedur pembagian kuesioner program Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Lanjutan (PKASL) di sejumlah sekolah di Nagroe Aceh Darusalam (NAD). Akibat salah implementasi di lapangan itu, kuesioener yang dibagikan digugat lantaran dianggap mengadung konten porno.
“Kita belum tahu letak kesalahannya dimana. Bisa di tingkat Dinas Kesehatan, puskesmas atau guru di sekolah. Saat ini masih ditelusuri,” ujar Direktur Bina Kesehatan Anak Kemenkes Elizabeth Jane Soepardi, di Jakarta, Sabtu (7/9).
Komentar Jane guna menanggapi kontroversi kuesioner yang menanyakan ukuran alat kelamin siswa/siswi. Pertanyaan yang ditanyakan pada siswa/siswi kelas I SMP dan I SMA itu dianggap terlalu vulgar dan bahkan berkesan porno lantaran siswa diberikan pilihan jawaban berbentuk ilustrasi gambar alat kelamin dengan ukurang berbeda-beda.
Sebelum menjawab dugaan kesalahan implementasi prosedur dalam pembagian kuesioner, Jane menjelaskan terlebih dahulu tujuan dibagikannya kuesioner tersebut pada para siswa.
Dia menjelaskan pembagian kuesioner PKASL itu merupakan bagian dari kegiatan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang dilaksankan rutin pada setiap tahun sejak 2010 di seluruh sekolah menengah atas dan lanjutan di Indonesia. Dasar hukumnya adalah UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 yang juga menyinggung soal kesehatan anak.
Pertanyaan dari kuesioner sendiri disusun bersama dengan Satgas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Departemen Psikiatri UI, Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Kemendikbud, Kemenag dan Kemenkes.
Sebelum disebar ke seluruh sekolah di Indonesia, sebelum 2010, kuesioner itu telah di ui coba di 6 provinsi, yakni, Sumut, Jateng, Kalbar, Kaltim, NTB, dan Sulsel.
“Dari uji coba yang kita lakukan di 6 provinsi, semuanya tidak ada masalah,” tuturnya.
Tujuan kuesioner PKASL sejatinya untuk mengetahui soal keadaan kesehatan secara umum, riwayat kesehatan, riwayat imunisasi, kesehatan intelegensia, kesehatan mental remaja dan kesehatan reproduksi. Selain kuesioner, juga dilakukan pemeriksaan fisik meliputi kesehatan umum, kesehatan gigi, indera, dan sebagainya.
Pada bidang kesehatan reproduksi, terdapat subbidang penjaringan perkembangan pubertas remaja. Tujuannya antara lain untuk mengetahui pubertas prekoks (PP-pubertas terlalu dini) dan delay puberty (DP-telat mengalami pubertas. Kedua kelainan pertumbuhan yang terkait masalah hormonal.
Untuk menjaring perkembangan pubertas (seks sekunder remaja) yang lazim digunakan di dunia adalah metode Tanner Stageyang umum digunakan di dunia sejak 1976. Metode yang ditemukan oleh dr James Tanner ini memang menyertakan pilihan gambar ukuran alat kelamin untuk memudahkan siswa/siswi menjawab.
Berkat metode Tanner Stage ini bisa diketahui secara global bahwa 1 di antaran 1.000 anak di dunia mengalami pubertas terlalu dini dan 3% populasi anak (13-14 tahun) mengalami telat pubertas. Permasalahan pubertas ini, lanjut Jane, sangat berdampak pada kejiwaan anak dan harus segera diatasi secara medis dan psikis.
Yang menjadi permasalah di lapangan, lanjut Jane, saat pembagian kuesioner dilakukan, kuesioner yang seharusnya mencakup secara utuh bidang-bidang kesehatan umum, riwayat kesehatan, dll, disajikan secara tidak lengkap. Imbasnya yang terlihat paling menonjol adalah pertanyaan berkisar seks sekunder remaja yang banyak disertai gambar sehingga terkesan vulgar.
Kesalahan kedua adalah, guru UKS tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa terkait materi dan tujuan kuesioner. Walhasil siswa yang menerima pertanyaan menjadi kaget.
Jane juga mengaku mendapat laporan bahwa begitu kuesioner dibagikan, siswa membawa pulang kerta itu ke rumah, dan dikembalikan esok harinya. Menurut dia, hal itu jelas merupakan pelanggaran prosedural yang serius. Pasalnya penjaringan itu bersifat sangat rahasia.
Seharusnya kertas kuesioner diambil lagi oleh petugas puskesmas. Di situ petugas akan menelaah siswa yang diduga mengalami gangguan hormonal dan bisa meminta rujukan untuk diobati.
Sampai saat ini, pihak Kemenkes, lanjut Jane, masih melakukan penelurusan untuk mencari di simpul-simpul mana terjadi kesalahn prosedur. “Kita masih melakukan evaluasi,” tuturnya.
ember
Kesalahan prosedur pembagian kuesioner :
1. Pertanyaan yang ditanyakan serta disertai gambar itu dianggap terlalu vulgar dan bahkan berkesan porno.
2. guru UKS tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa terkait materi dan tujuan kuesioner. Walhasil siswa yang menerima pertanyaan menjadi kaget.
3. siswa membawa pulang kuesioner itu ke rumah, dan dikembalikan esok harinya. Padahal penjaringan itu bersifat sangat rahasia.
Spoiler for tentang tanner stage (awas BB+):
Quote:
Apa itu Tanner stage?
Tanner Stage / Skala Tanner / adalah skala perkembangan fisik dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Skala ini mendefinisikan pengukuran fisik berdasarkan perkembangan fisik eksternal berdasarkan karakteristik seks primer dan sekunder, seperti ukuran payudara, alat kelamin, dan perkembangan rambut kelamin. Pertama kali diidentifikasi oleh James Tanner.
Tanner Stage pada Wanita.
I. Tanner Stage 1 (prepubertal)
a. Tinggi meningkat pada : 5-6 cm / tahun
b. Payudara
Papilla elevasi hanya
baik
Vilus rambut saja
Tidak, rambut kasar berpigmen
II. Tanner Stage 2
a. Tinggi meningkat pada tingkat dipercepat: 7-8 cm / tahun
b. Payudara
Kuncup payudara teraba dan areola memperbesar
Usia 10,9 tahun (8,9-12,9 tahun)
c. baik
Minimal kasar rambut, terutama pada labia berpigmen
Usia 11,2 tahun (9,0-13,4 tahun)
d. Perubahan berdasarkan pada sebelum Pubertas
Putih: Perubahan tahap 2 dapat muncul satu tahun sebelumnya
Hitam: Perubahan tahap 2 mungkin muncul dua tahun sebelumnya
III. Tanner Stage 3
a. Tinggi meningkat : 8 cm / tahun (usia 12,5)
b. Payudara
Ketinggian kontur payudara; areola memperbesar
Usia 11,9 tahun (9,9-13,9 tahun)
c. baik
Gelap, kasar, rambut keriting, menyebar hingga ke bagian atas mons pubis
Usia 11,9 tahun (9,6-14,1 tahun)
d. Perubahan lainnya
Rambut aksila berkembang (13,1 tahun)
Jerawat vulgaris berkembang (13,2 tahun)
IV. Tanner Stage 4
a. Tinggi meningkat 7 cm / tahun
b. Payudara
Areola bentuk gundukan sekunder pada payudara
Umur: 12,9 tahun (10,5-15,3 tahun)
c. baik
Rambut seperti halnya orang dewasa
Tidak menyebar ke persimpangan bagian paha medial dengan perineum
Umur: 12,6 tahun (10,4-14,8 tahun)
V. Tanner Stage 5
a. Terdapat kenaikan ketinggian lebih lanjut setelah usia 16 tahun
b. Payudara
Kontur payudara orang dewasa
Areola recesses untuk kontur umum payudara
c. baik
Distribusi rambut dewasa
Rambut kemaluan menyebar ke bagian paha medial
Rambut kemaluan tidak memanjang sampai ke linea alba
Spoiler for status pubertas (awas BB):
Quote:
haus gan, bagi dong
Diubah oleh dnk.revolter 09-09-2013 09:01
0
5.1K
Kutip
65
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buat Latihan Posting
35.6KThread•1.7KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru