PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional I Sumatera Utara-Aceh selalu merugi. Ini terjadi karena 20 persen aset milik PT Kereta Api tidak menghasilkan pendapatan apapun. Aset-aset itu dikuasi perusahaan lain.

Dari 80 persen aset yang dikuasai PT Kereta Api sebesar 60 persen aset menghasilkan pendapatan. Sisanya, sebesar 20 persen aset, masih belum menghasilkan.

Aset yang diakui perusahaan lain antara lain lahan di Jalan Jawa yang terletak di Kelurahan Gang Buntu, Kecamatan Medan Timur, Medan, Sumatra Utara. Aset dikuasai PT Agra Citra Kharisma. Kini PT Kereta Api dan PT Agra terlibat dalam sengketa lahan. PT Agra dinilai telah mengambil tanah aset negara.

Di lahan itu, PT Agra telah membangun Komplek Centre Point. PT Kereta Api berupaya menyelamatkan aset itu dengan melakukan proses peninjauan kembali. PT Kereta Api memenangkan sengketa tersebut. Namun, pengalihan belum mulus.

Tidak hanya itu, PT Kereta Api Divisi Regional I Sumut-Aceh merugi juga karena usaha angkutan mereka masih tergolong kecil. Untuk memperbesar kapasitas usaha, perusahaan melahirkan PT Railink. PT Railink mengelola moda transportasi kereta api dari Stasiun Kota Medan menuju Bandara Kualanamu, Medan.

Sementara itu, pembenahan sejumlah aset terus dilakukan agar mendapatkan laba di tahun ini. Tahun 2012 lalu, PT Kereta Api Divisi Regional Sumut-Aceh meraih pendapatan Rp7 triliun. Pendapatan itu 50 persen dari angkutan penumpang, 45 persen dari angkutan barang, sisanya dari sektor lain seperti iklan dan penyewaan tempat.

Tahun ini, PT Kereta Api optimistis bisa mendapatkan Rp9 triliun. Keyakinan itu karena 60 persen pendapatan sudah diraih. Dari target tersebut, diperkirakan perusahaan dapat menyumbang Rp500 miliar pada negara. (Lesi Setiawati)

Editor: Khudori