MENUJU PEMILU 2014

Dilihat dari sisi ALKITAB

TOPIK: FAIR PLAY !

Pemilu 2014 masih satu tahun lagi, tapi persaingan untuk menguasai legislatif atau eksekutif sudah memeriahkan jalan-jalan di seluruh tanah air, demi menggalang popularitas dan menarik hati masyarakat. Mungkin dengan persiapan di tahun 2013 ini, menunjukkan baik kader atau partai bersangkutan berusaha mati-matian untuk memenangi pemilu.

Tak hanya kursi panas merebut legislatif, tampaknya, perebutan kursi RI 1 juga semakin panas dan diwarnai kontroversi. Lihat saja, setiap parpol menampilkan citra Capres mereka lewat berbagai media, dan malah, banyak Capres "tak terduga", orang-orang yang TIDAK memiliki pengalaman politik sama sekali maju bertanding merebut kursi Presiden.

Bukan menjadi hal yang asing lagi bagi masyarakat mengenai banyaknya "kampanye-kampanye" sebelum waktunya. Mungkin di tahun 2013 yang disebut tahun politik, menjadi masa dimana masyarakat belajar mengenal "calon pemimpinnya"

Ngomong2 soal pemimpin, kita sendiri tahu bahwa setiap calon pemimpin memiliki karakter dan program kerja yang berbeda-beda yang tentunya mewarnai Pemilu mendatang.

Lalu, seperti apa pemimpin yang seharusnya dimiliki rakyat Indonesia ? Bagaimanakah mereka seharusnya, menurut pandangan Alkitab ?

Berikut ulusan dari injil Lukas 6: 27-36, kasihanilah Musuhmu



Dari sekian banyak sabda Tuhan, bacaan dari injil Lukas 6: 27-36 ini dinilai sebagai salah satu injil yang banyak mengundang kontroversi. Bagaimana tidak, jika kita mendapat kekerasan atau ketidak-adilan, masa kita tidak memperjuangkan atau membela diri kita sendiri, dan malah cenderung "melindungi musuh kita".

Jujur, injil mengenai kasih kepada musuh ini masih membuat TS atau mungkin saudara seiman TS atau beda iman masih bingung. Kok bisa Tuhan, melalui sabda-nya secara tidak langsung, "menutup dirinya terhadap ketidak-adilan (mungkin) yang diterima oleh umatnya yang sedang teraniyaya.

Tapi gan, yang patut kita ketahui, sabda Tuhan ini benar-benar hadir secara nyata dan membawa berkat bagi orang yang sedang "teraniyaya" itu. Faktanya dalam kasus apa, khususnya dari segi politik menjelang pemilu ?

Mungkin kasus ini yang paling cocok dengan sabda Tuhan: Masih ingat PILGUB DKI JAKARTA 2012 silam ? Pemilihan gubernur DKI, diwarnai oleh isu-isu tak sedap yang menimpa calon gubernur-wa.gub yang bertanding dalam pemilihan ini, atau yang kita kenal dengan istilah BLACK CAMPAIGN (Kampanye hitam).

Entah siapa yang berusaha memojokkan salah satu calon dalam pilgub DKIT, TS tidak mau membahasnya, namun yang menjadi sudut pandang utama kita adalah Bagaimana calon yang DISERANG kampanye hitam menanggapi isu yang bisa membuatnya kalah dalam pemilu, terutama dari sisi pasangan JOKO WIDODO - BASUKI T. PURNAMA (Ahok) yang paling diserang oleh kampanye hitam kala itu.

Tidak mudah bagi pasangan Jokowi-Ahok memenangi pilgub DKI terutama menghadapi serangan kampanye hitam. Namun, apakah kedua pasangan ini menghantam "oknum2 yang menyebar isu miring" dengan kekerasan atau menjelek-jelekan oknum tersebut ? TIDAK

Cara Jokowi-Ahok menanggapi isu miring kala itu, secara tidak langsung menunjukkan PROFESIONALISME mereka dalam menjadi seorang pemimpin. Isu miring misalnya, Solo kota terkorup, Solo kota termiskin yang "dibuat-buat" tidak mampu melemahkan mental Jokowi. Malah Jokowi menunjukkan fakta dan hasil kerjanya di Solo, menekan angka korupsi, memberdayakan masyarakat, dsb. Begitu pula dengan Ahok, yang "di-rasiskan" karna beliau seorang Tionghoa. Nah sekarang TS bertanya, Apa hubungannya "Cina" dengan kinerja seorang wakil gubernur ?? TIDAK ada hubungannya. Dan malah Ahok bisa bekerja sebagai wa.gub yang tegas dan profesional. Jokowi-Ahok malah bisa membuat DPRD dan anak buahnya yang dikenal "malas dan tak becus (mungkin)" tunduk !

Inilah berkat Tuhan, bagaimana kekerasan (membuat isu miring terutama rasial juga termasuk kekerasan secara tidak langsung loh gan), jika dihadapi dengan profesionalisme dan kesabaran, akan menghasilkan suatu "buah berkat" bagi orang yang "teraniyaya" seperti Jokowi-Ahok di Pilgub, yang sekarang menjadi DKI 1 dan DKI 2.

Kini, pemilu 2014, tapi kampanye sudah muncul tahun ini. Begitu pula dengan kampanye hitam. Pemimpin yang baik dan patut dipilih nantinya adalah seorang pemimpin yang bisa menunjukkan profesionalitasnya dan FAIR PLAY dalam kampanye nanti.

Pemimpin yang Fair Play menunjukkan dirinya adalah seorang yang Jujur. Jujur akan profesionalismenya sendiri, dan apa adanya dalam memenangi hati rakyat. Tentu dong gan kita butuh pemimpin jujur yang anti korupsi....

Pemimpin yang Fair Play jugalah seorang yang rendah hati. Rendah hati dan merasa dirinya bukanlah yang paling berkuasa dan tertinggi. Ingat gan, dalam demokrasi, kekuasaan tertinggi adalah Rakyat. Pemimpin yang rendah hati pasti sadar dirinya bukan apa-apa tanpa mandat rakyat.

Sikap Fair Play tidak hanya harus ditunjukkan dalam kampanye, tapi juga Fair Play dalam pemerintahan nantinya. Seorang pemimpin harus Fair Play terhadap semua anak buahnya, termasuk lawan politiknya. Tidak boleh, seorang pemimpin mengistimewakan partainya. Tidak boleh juga seorang pemimpin "menyingkirkan menterinya" karena beda pandangan politik. Dalam pemerintahan 5 tahun ini, kita butuh profesionalitas dan kinerja, bukannya kepentingan golongan...