- Beranda
- The Lounge
Menurut agan penting ga sih sekolah?
...
TS
cvflue
Menurut agan penting ga sih sekolah?
بِسْمِ اللهِ الرحْمنِ الرحِيمِ
Jadi gini gan, saya mau nanya sekalian mau bahas nih masalah Sekloah dan Ospek atau masa orientasi siswa
Saya mahasiswa di perguruan tinggi swasta bogor
Saya mahasiswa di perguruan tinggi swasta bogor
Spoiler for Sekolah:
Apa kamu masih inget pelajaran IPA IPS B.indonesia B.inggris sejarah yang di ajarkan waktu SD, SMP, SMA? Kapan juga terakhirkali kamu menggunakan pelajaran-pelajaran tersebut? Apa kalian gunakan di dalam kehidupan sehari-hari? Apa cuma saat ujian jaman dulu?
Banyak orang tua membuang-buang uangnya hanya untuk mencari ijasah. Tapi mereka ga memikirkan bagaimana anak mereka di sekolah. Yang mereka fikirkan adalah bagai mana agar anak saya menjadi yang terbaik di antara siswa siswi yang lainnya? Yang di fikirkan guru sekarang juga hanya uang, dan menerangkan pelajaran tanpa mengetahui bahwa pelajaran yang mereka ajarkan akan masuk ke dalam otak anak. Memberi PR untuk dikerjakan dirumah dengan soal-soal yang susah menurut saya, saya aja pas liat soalnya langsung mules, keringet dingin, pengen muntah. Serem banget.
Saya ingat, dulu, di saat saya pertama kali mengenakan seragam putih merah SD, saya baru belajar A-B-C dan berteriak ramai-ramai di kelas mengikuti guru: “Ini Ibu Budiiii..” dan bu guru akan bilang “pintaaar..” Sekarang? Saat masuk SD, seorang anak harus sudah sangat bisa membaca, karena soal ujian anak kelas 1 SD sudah dikutuk menjadi: “gerakan buah yang jatuh dari pohon adalah…?” Jika bu guru zaman sekarang harus mengajar kami dulu, mungkin beliau akan akan langsung mengundurkan diri dari guru dan membuka bengkel.. Dan mungkin kami semua tidak naik kelas, karena kami akan menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk mencoba membaca soal nomor satu, dan satu jam untuk mencoba menuliskan jawabannya.
Kalo menurut saya kenapa guru-guru sekarang tidak mau mencari apa kelebihan si anak didiknya. Mungkin indonesia bisa maju dengan dorongan dari anak-anak yang dari kecil sudah di dorong untuk menunjukan bakatnya. Bukan malah di beri 10 matapelajaran yang berbeda dengan guru yang berbeda juga. Saat SMP bertambah lagi pelajarannya, SMA pun sama makin banyak pelajaran yang harus anak-anak hafalkan. Lantas, apa dong manfaatnya? Dari sekian banyak ilmu yang dijejalkan di sekolah kita, berapa persen yang benar-benar kita gunakan dalam kehidupan? “Tujuannya ya untuk siap bekerja!” kata sebagian teman-teman. Benarkah? Bukankah banyak perusahaan-perusahaan yang mengeluh bahwa sarjana kita tidak “siap pakai”? Bukankah mereka harus ditraining lagi berbulan-bulan, agar bisa bekerja sesuai keinginan perusahaan?
Apa mungkin guru Matematika hafal dengan semua pelajaran sejarah? Atau guru kesenian bisa menjawab soal ulangan kimia? TIDAK! Tapi kenapa anak didik mereka harus bisa menghafal semua pelajaran, apalagi pelajaran yang tidak mereka suka? Toh gelas saja kalau diisi terlalu penuh bisa tumpah. Harusnya dari SMP guru-guru bisa melihat bakat si anak dan mengkonsultasikan kepada orangtuanya. Agar saat SMA bisa mendapat pelajaran lebih tentang jurusan yang mereka suka, dan saya rasa semuanya gaakan sia-sia deh.
Karena apabila hanya terbiasa mengikuti semua pelajaran di sekolah otomatis otak kiri kita yang jalan bukan otak kanan jadi setiap melakukan praktek hasilnya "Nol Besar" karena mereka mengerjakannya kurang kreativitas dari otak kanan.
Contoh nyata dalam kehidupan pribadi saya ( jalu/cvflue ) adalah orangtua saya sendiri. Ibu saya adalah anak yang sangat rajin dan selalu mendapatkan rangking 1 waktu SD dan 10 besar di SMP dan SMA. Kuliah pun begitu. Tapi ibu saya hanya mendapatkan pekerjaan sebagai pegwai negri yang jam kerjanya hanya habis di depan komputer dan meja kantor!
Tapi ayah saya, dulu selalu memberontak dan pernah sekali tidak naik kelas waktu SMP. Tapi nyatanya sekarang ayah saya sekarang bisa menjadi Asisten Direktur di perusahaan swasta di jakarta. Itu semua karena ayah saya memang sangat menyukai Ikan, Kapal, Laut, Memancing, dll jadi sejak kuliah ayah saya selalu mencari tau sendiri tentang hobi-hobinya itu. Dan dia mendapatkan pekerjaan yang sangat enak dan santai.
Akhirnya, keberhasilan kita di dalam hidup, sering tidak ada korelasinya dengan prestasi akademik kita. Coba kita ingat teman-teman sekolah kita yang paling sukses, kebanyakan dari yang selalu mendapat ranking atau anak yang prestasinya biasa-biasa saja? Banyak sekali orang-orang sukses yang bahkan tidak pernah makan bangku kuliah. Mungkin itu yang harus kita ingat, sebagai orang tua, bahwa tujuan dari pendidikan di sekolah sebenarnya adalah: bagaimana agar anak kita dibekali agar mampu menjawab semua persoalan-persoalan hidup, jika mereka dewasa nanti. Bukan berapa banyak yang kita tahu yang menentukan keberhasilan, tapi apa yang kita lakukan dengan pengetahuan itu.
Bukan berarti kita harus berhenti sekolah, Tapi kita harus mengurangi pelajaran-pelajaran yang sangat kurang penting dan kita tambahkan dengan pelajaran yang sangat kita hobi-hobikan
Sumber
Banyak orang tua membuang-buang uangnya hanya untuk mencari ijasah. Tapi mereka ga memikirkan bagaimana anak mereka di sekolah. Yang mereka fikirkan adalah bagai mana agar anak saya menjadi yang terbaik di antara siswa siswi yang lainnya? Yang di fikirkan guru sekarang juga hanya uang, dan menerangkan pelajaran tanpa mengetahui bahwa pelajaran yang mereka ajarkan akan masuk ke dalam otak anak. Memberi PR untuk dikerjakan dirumah dengan soal-soal yang susah menurut saya, saya aja pas liat soalnya langsung mules, keringet dingin, pengen muntah. Serem banget.
Saya ingat, dulu, di saat saya pertama kali mengenakan seragam putih merah SD, saya baru belajar A-B-C dan berteriak ramai-ramai di kelas mengikuti guru: “Ini Ibu Budiiii..” dan bu guru akan bilang “pintaaar..” Sekarang? Saat masuk SD, seorang anak harus sudah sangat bisa membaca, karena soal ujian anak kelas 1 SD sudah dikutuk menjadi: “gerakan buah yang jatuh dari pohon adalah…?” Jika bu guru zaman sekarang harus mengajar kami dulu, mungkin beliau akan akan langsung mengundurkan diri dari guru dan membuka bengkel.. Dan mungkin kami semua tidak naik kelas, karena kami akan menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk mencoba membaca soal nomor satu, dan satu jam untuk mencoba menuliskan jawabannya.
Kalo menurut saya kenapa guru-guru sekarang tidak mau mencari apa kelebihan si anak didiknya. Mungkin indonesia bisa maju dengan dorongan dari anak-anak yang dari kecil sudah di dorong untuk menunjukan bakatnya. Bukan malah di beri 10 matapelajaran yang berbeda dengan guru yang berbeda juga. Saat SMP bertambah lagi pelajarannya, SMA pun sama makin banyak pelajaran yang harus anak-anak hafalkan. Lantas, apa dong manfaatnya? Dari sekian banyak ilmu yang dijejalkan di sekolah kita, berapa persen yang benar-benar kita gunakan dalam kehidupan? “Tujuannya ya untuk siap bekerja!” kata sebagian teman-teman. Benarkah? Bukankah banyak perusahaan-perusahaan yang mengeluh bahwa sarjana kita tidak “siap pakai”? Bukankah mereka harus ditraining lagi berbulan-bulan, agar bisa bekerja sesuai keinginan perusahaan?
Apa mungkin guru Matematika hafal dengan semua pelajaran sejarah? Atau guru kesenian bisa menjawab soal ulangan kimia? TIDAK! Tapi kenapa anak didik mereka harus bisa menghafal semua pelajaran, apalagi pelajaran yang tidak mereka suka? Toh gelas saja kalau diisi terlalu penuh bisa tumpah. Harusnya dari SMP guru-guru bisa melihat bakat si anak dan mengkonsultasikan kepada orangtuanya. Agar saat SMA bisa mendapat pelajaran lebih tentang jurusan yang mereka suka, dan saya rasa semuanya gaakan sia-sia deh.
Karena apabila hanya terbiasa mengikuti semua pelajaran di sekolah otomatis otak kiri kita yang jalan bukan otak kanan jadi setiap melakukan praktek hasilnya "Nol Besar" karena mereka mengerjakannya kurang kreativitas dari otak kanan.
Contoh nyata dalam kehidupan pribadi saya ( jalu/cvflue ) adalah orangtua saya sendiri. Ibu saya adalah anak yang sangat rajin dan selalu mendapatkan rangking 1 waktu SD dan 10 besar di SMP dan SMA. Kuliah pun begitu. Tapi ibu saya hanya mendapatkan pekerjaan sebagai pegwai negri yang jam kerjanya hanya habis di depan komputer dan meja kantor!
Tapi ayah saya, dulu selalu memberontak dan pernah sekali tidak naik kelas waktu SMP. Tapi nyatanya sekarang ayah saya sekarang bisa menjadi Asisten Direktur di perusahaan swasta di jakarta. Itu semua karena ayah saya memang sangat menyukai Ikan, Kapal, Laut, Memancing, dll jadi sejak kuliah ayah saya selalu mencari tau sendiri tentang hobi-hobinya itu. Dan dia mendapatkan pekerjaan yang sangat enak dan santai.
Akhirnya, keberhasilan kita di dalam hidup, sering tidak ada korelasinya dengan prestasi akademik kita. Coba kita ingat teman-teman sekolah kita yang paling sukses, kebanyakan dari yang selalu mendapat ranking atau anak yang prestasinya biasa-biasa saja? Banyak sekali orang-orang sukses yang bahkan tidak pernah makan bangku kuliah. Mungkin itu yang harus kita ingat, sebagai orang tua, bahwa tujuan dari pendidikan di sekolah sebenarnya adalah: bagaimana agar anak kita dibekali agar mampu menjawab semua persoalan-persoalan hidup, jika mereka dewasa nanti. Bukan berapa banyak yang kita tahu yang menentukan keberhasilan, tapi apa yang kita lakukan dengan pengetahuan itu.
Bukan berarti kita harus berhenti sekolah, Tapi kita harus mengurangi pelajaran-pelajaran yang sangat kurang penting dan kita tambahkan dengan pelajaran yang sangat kita hobi-hobikan
Sumber
Jadi menurut agan dan aganwati gimana?
Spoiler for Please jangan di buka:
Spoiler for Jangan di buka:
Nerima
Spoiler for Jangaaaaaaaaaan:
Tapi jangan di
Jalu Angger Bianeka
Be a smart reader
Diubah oleh cvflue 02-09-2013 14:23
0
1.9K
Kutip
18
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923KThread•83.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru