- Beranda
- The Lounge
17 Bangunan Bersejarah Di Tanah Air Kita
...
TS
warrenrolandt
17 Bangunan Bersejarah Di Tanah Air Kita
Quote:
Spoiler for NO REPSOL:
Quote:
Sebelum Disimak Ane mohon buat Agan/Aganwati untuk
Quote:
Ane ingin sekali kembali mengangkat kisah-kisah sejarah yang tersimpan di balik keberadaan ke-17 bangunan bersejarahdi tanah air kita ini. Sekedar mengingatkan kita kembali pada perjuangan para pendahulu kita, yang sudah mengorbankan jiwa, raga dan harta untuk mempertahankan tanah air kita tercinta.
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia banyak meninggalkan beragam situs dan bangunan yang memiliki nilai historis yang tinggi, yang menyimpan banyak bukti-buktii sejarah dan kisah-kisah mengenai peristiwa-peristiwa penting dari perjalanan sejarah bangsa ini. 17 Bangunan bersejarah di tanah air kita dalam artikel ini, baru sebagian kecil dari begitu banyaknya peninggalan sejarah yang ada di tanah air kita. Banyak diantaranya yang masih berdiri kokoh, terjaga dan terawat rapi, dan menjadi obyek wisata sejarah, namun tidak sedikit dari bangunan-bangunan bersejarah di tanah air kita tercinta ini terbengkalai, tidak terawat, bahkan yang sangat menyedihkan adalah tidak sedikit bangunan-bangunan bersejarah di negeri ini sudah lenyap keberadaannya.
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia banyak meninggalkan beragam situs dan bangunan yang memiliki nilai historis yang tinggi, yang menyimpan banyak bukti-buktii sejarah dan kisah-kisah mengenai peristiwa-peristiwa penting dari perjalanan sejarah bangsa ini. 17 Bangunan bersejarah di tanah air kita dalam artikel ini, baru sebagian kecil dari begitu banyaknya peninggalan sejarah yang ada di tanah air kita. Banyak diantaranya yang masih berdiri kokoh, terjaga dan terawat rapi, dan menjadi obyek wisata sejarah, namun tidak sedikit dari bangunan-bangunan bersejarah di tanah air kita tercinta ini terbengkalai, tidak terawat, bahkan yang sangat menyedihkan adalah tidak sedikit bangunan-bangunan bersejarah di negeri ini sudah lenyap keberadaannya.
Quote:
1. Tugu dan Rumah Kediaman Bung Karno dan Ibu Fatmawati - Jakarta.
Keberadaan “Tugu Peringatan Satoe Tahoen Republik Indonesia” dan rumah kediaman Bung Karno dan Ibu Fatmawati di jalan Pegangsaan Timur No.56 ini sebenarnya sudah tidak ada. Di sekitar tahun 60-an, Bung Karno sendiri yang memerintahkan untuk dibongkar, karena akan dibangun tugu peringatan Proklamasi yang baru, berikut gedung berlantai enam ( Gedung POLA ), yang pada tanggal 1 Januari 1961 diresmikan mulai pembangunannya oleh Bung Karno. Tugu yang baru diberi nama Tugu Proklamasi atau Tugu Petir. Tugu ini berbentuk silinder dengan ketinggian 17 meter dengan simbol petir di jungnya. Lokasinya berada tepat dimana Bung Karno dan Bung Hatta membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan.
Rumah Kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan No.56
Tugu Petir
Pada tahun 1968, muncul ide untuk mengembalikan keberadaan “Tugu Peringatan Satoe Tahoen Republik Indonesia”, yang kemudian terealisasi dengan diresmikannya tugu tersebut oleh Menteri Penerangan pada saat itu, Bapak Ali Budiarjo pada tanggal 17 Agustus 1972. Delapan tahun kemudian, Presiden Suharto menambahkan Monumen Soekarno – Hatta.
Bangunan bersejarah Rumah Kediaman Bung Karno di jalan pegangsaan ini bergaya arsitektur Hindia Belanda. Rumah dengan halaman yang luas dan ditumbuhi pepohonan-pepohonan yang rimbun ini ditempati Bung Karno dan Ibu Fatmawati sejak tahun 1942. Atas prakarsa Ikatan Wanita Djakarta, pada 17 Agustus 1946, diresmikanlah “Tugu Peringatan Satoe Tahoen Republik Indonesia”.Tugu ini bertempat di sisi timur di halaman kediaman Bung Karno.
Monumen Proklamator
Keberadaan “Tugu Peringatan Satoe Tahoen Republik Indonesia” dan rumah kediaman Bung Karno dan Ibu Fatmawati di jalan Pegangsaan Timur No.56 ini sebenarnya sudah tidak ada. Di sekitar tahun 60-an, Bung Karno sendiri yang memerintahkan untuk dibongkar, karena akan dibangun tugu peringatan Proklamasi yang baru, berikut gedung berlantai enam ( Gedung POLA ), yang pada tanggal 1 Januari 1961 diresmikan mulai pembangunannya oleh Bung Karno. Tugu yang baru diberi nama Tugu Proklamasi atau Tugu Petir. Tugu ini berbentuk silinder dengan ketinggian 17 meter dengan simbol petir di jungnya. Lokasinya berada tepat dimana Bung Karno dan Bung Hatta membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan.
Quote:
Rumah Kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan No.56
Quote:
Tugu Petir
Pada tahun 1968, muncul ide untuk mengembalikan keberadaan “Tugu Peringatan Satoe Tahoen Republik Indonesia”, yang kemudian terealisasi dengan diresmikannya tugu tersebut oleh Menteri Penerangan pada saat itu, Bapak Ali Budiarjo pada tanggal 17 Agustus 1972. Delapan tahun kemudian, Presiden Suharto menambahkan Monumen Soekarno – Hatta.
Bangunan bersejarah Rumah Kediaman Bung Karno di jalan pegangsaan ini bergaya arsitektur Hindia Belanda. Rumah dengan halaman yang luas dan ditumbuhi pepohonan-pepohonan yang rimbun ini ditempati Bung Karno dan Ibu Fatmawati sejak tahun 1942. Atas prakarsa Ikatan Wanita Djakarta, pada 17 Agustus 1946, diresmikanlah “Tugu Peringatan Satoe Tahoen Republik Indonesia”.Tugu ini bertempat di sisi timur di halaman kediaman Bung Karno.
Quote:
Monumen Proklamator
Quote:
2. Rumah Kediaman Laksamana Maeda - Jakarta.
Bangunan bersejarah ini masih dapat kita nikmati keberadaannya. Bangunan ini berada di jalan Imam Bonjol No.1, Jakarta Pusat. Bangunan ini memang berada di kawasan elit Batavia yang sudah dibangun sejak tahun 1920an sebagai bagian dari rencana perluasan kota ke arah selatan yang dimulai dari pusat kota (Weltevreden – Gambir dan sekitarnya ).
Rumah Kediaman Laksamana Maeda di jalan Imam Bonjol No.1
Kediaman Laksamana Maeda ini memang termasuk dalam kawasan perumahan bagi pejabat-pejabat tinggi Hindia Belanda dan Eropa, dan golongan menengah ke atas. Gaya arsitektur bangunan-bangunan di kawasan ini lebih dikenal dengan gaya “Indo-Eropa”, yang masih sarat dengan detai-detail berlanggam art deco. Di sepanjang kawasan ini pula masih dapat kita nikmati keindahan boulevard yang dihiasi deretan pepohonan besar yang rimbun. Tokoh Laksamana Muda Maeda Tadashi sendiri merupakan Perwira Tinggi Angkatan Laut Kekaisaran di Hindia Belanda.
Laksamana Maeda merupakan salah satu tokoh petinggi militer Jepang yang responsif terhadap situasi pergerakan dan kondisi menjelang Proklamasi Kemerdekaan pada saat itu. Laksamana Maeda menyediakan kediamannya dan menjamin keamanan penuh kepada para perintis kemerdekaan saat itu untuk segera menyiapkan teks proklamasi yang akan dibacakan esok harinya.
Bangunan bersejarah ini masih dapat kita nikmati keberadaannya. Bangunan ini berada di jalan Imam Bonjol No.1, Jakarta Pusat. Bangunan ini memang berada di kawasan elit Batavia yang sudah dibangun sejak tahun 1920an sebagai bagian dari rencana perluasan kota ke arah selatan yang dimulai dari pusat kota (Weltevreden – Gambir dan sekitarnya ).
Quote:
Rumah Kediaman Laksamana Maeda di jalan Imam Bonjol No.1
Kediaman Laksamana Maeda ini memang termasuk dalam kawasan perumahan bagi pejabat-pejabat tinggi Hindia Belanda dan Eropa, dan golongan menengah ke atas. Gaya arsitektur bangunan-bangunan di kawasan ini lebih dikenal dengan gaya “Indo-Eropa”, yang masih sarat dengan detai-detail berlanggam art deco. Di sepanjang kawasan ini pula masih dapat kita nikmati keindahan boulevard yang dihiasi deretan pepohonan besar yang rimbun. Tokoh Laksamana Muda Maeda Tadashi sendiri merupakan Perwira Tinggi Angkatan Laut Kekaisaran di Hindia Belanda.
Laksamana Maeda merupakan salah satu tokoh petinggi militer Jepang yang responsif terhadap situasi pergerakan dan kondisi menjelang Proklamasi Kemerdekaan pada saat itu. Laksamana Maeda menyediakan kediamannya dan menjamin keamanan penuh kepada para perintis kemerdekaan saat itu untuk segera menyiapkan teks proklamasi yang akan dibacakan esok harinya.
Quote:
3. Rumah Djiaw Kie Siong, Rengasdengklok
Rumah Sejarah Rengasdengklokdi rumah ini, Bung Karno dan Bung Hatta didesak oleh para pemuda untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Rumah sederhana yang berada di desa Rengasdengklok Utara, Kabupaten Karawang ini dimiliki oleh keluarga petani kecil keturunan Tionghoa, Djiaw Kie Siong. Rumah ini menjadi salah satu bangunan bersejarah yang sangat patut dilestarikan keberadaannya. Di rumah inilah, beberapa pemuda pada saat menjelang diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Rumah ini sebenarnya sudah bergeser 200m dari tempat aslinya, karena terpaan erosi dari derasnya arus sungai citarum, sehingga pada tahun 1957 rumah ini dipindahkan dengan tetap mempertahankan bentuk dan material aslinya. Keturunan keluarga Djiaw Kie Siong-pun masih setia menempati dan merawat bangunan bersejarah ini.
Quote:
Rumah Sejarah Rengasdengklokdi rumah ini, Bung Karno dan Bung Hatta didesak oleh para pemuda untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Rumah sederhana yang berada di desa Rengasdengklok Utara, Kabupaten Karawang ini dimiliki oleh keluarga petani kecil keturunan Tionghoa, Djiaw Kie Siong. Rumah ini menjadi salah satu bangunan bersejarah yang sangat patut dilestarikan keberadaannya. Di rumah inilah, beberapa pemuda pada saat menjelang diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Rumah ini sebenarnya sudah bergeser 200m dari tempat aslinya, karena terpaan erosi dari derasnya arus sungai citarum, sehingga pada tahun 1957 rumah ini dipindahkan dengan tetap mempertahankan bentuk dan material aslinya. Keturunan keluarga Djiaw Kie Siong-pun masih setia menempati dan merawat bangunan bersejarah ini.
Quote:
4. Rumah Lengkong, Serpong – Tangerang.
Rumah Lengkong merupakan semacam rumah tinggal biasa seperti rumah-rumah betawi pada umumnya, yang menjadikan bangunan bersejarah ini istimewa adalah, peristiwa sejarah yang terjadi di desa Lengkong, tempat dimana bangunan ini berada ( pada saat itu markas tentara Jepang ). Dua bulan setelah Indonesia merdeka, di daerah Tangerang telah didirikan Akademi Militer atas prakarsa perwira muda Mayor Daan Mogot (usia 16 tahun).
Rumah Lengkong_ pada peristiwa Lengkong, rumah ini merupakan markas tentara Jepang
Menjelang peralihan kekuasaan Jepang kepada Sekutu, di berbagai daerah termasuk Tangerang, terjadi perundingan-perundingan antara pihak Indonesia dengan Jepang, agar pihak Jepang dapat menyerahkan senjata dan perlengkapannya kepada Indonesia, serta mengatur pemulangan tawanan-tawanan sekutu. Tidak sedikit perundingan-perundingan tersebut berakhir dengan insiden atau pertempuran, termasuk Pertempuran di desa Lengkong, 25 Januari 1946.
Monumen Lengkong
Dalam insiden yang kemudian dikenal dengan “Peristiwa Lengkong” ini, 33 taruna dan 3 perwira, termasuk Mayor Daan Mogot sendiri gugur. Rumah Lengkong yang sederhana ini kini menjadi sebuah museum, tidak jauh dari bangunan ini terdapat Monumen Lengkong.
Rumah Lengkong merupakan semacam rumah tinggal biasa seperti rumah-rumah betawi pada umumnya, yang menjadikan bangunan bersejarah ini istimewa adalah, peristiwa sejarah yang terjadi di desa Lengkong, tempat dimana bangunan ini berada ( pada saat itu markas tentara Jepang ). Dua bulan setelah Indonesia merdeka, di daerah Tangerang telah didirikan Akademi Militer atas prakarsa perwira muda Mayor Daan Mogot (usia 16 tahun).
Quote:
Rumah Lengkong_ pada peristiwa Lengkong, rumah ini merupakan markas tentara Jepang
Menjelang peralihan kekuasaan Jepang kepada Sekutu, di berbagai daerah termasuk Tangerang, terjadi perundingan-perundingan antara pihak Indonesia dengan Jepang, agar pihak Jepang dapat menyerahkan senjata dan perlengkapannya kepada Indonesia, serta mengatur pemulangan tawanan-tawanan sekutu. Tidak sedikit perundingan-perundingan tersebut berakhir dengan insiden atau pertempuran, termasuk Pertempuran di desa Lengkong, 25 Januari 1946.
Quote:
Monumen Lengkong
Dalam insiden yang kemudian dikenal dengan “Peristiwa Lengkong” ini, 33 taruna dan 3 perwira, termasuk Mayor Daan Mogot sendiri gugur. Rumah Lengkong yang sederhana ini kini menjadi sebuah museum, tidak jauh dari bangunan ini terdapat Monumen Lengkong.
Quote:
5. Gedung Juang Tambun – Bekasi.
Sedikit sekali orang yang mengetahui keberadaan bangunan bersejarah Gedong Juang Tambun atau Gedong Tinggi ini. Diperkirakan dibangun pada tahun 1906, milik tuan tanah keturunan Tionghoa, Kow Tjing Kie dan kemudian beralih ke Kouw Oen Huy hingga kemudian digunakan oleh tentara Jepang selama masa pendudukannya. Setelah Jepang kalah perang, dan memasuki masa perang kemerdekaan, bangunan ini kemudian diambil alih oleh Komite Nasional Indonesia, sebagai kantor Kabupaten Jatinegara, sekaligus menjadi Pusat Komando Perjuangan RI, terutama sebagai front pertahanan terdepan di daerah pesisir utara jawa barat.
Gedung Juang 45 Tambun, Bekasi atau yang juga dikenal dengan nama Gedong Tinggi
Tahun 1947 Belanda/NICA berhasil mengambil alih gedung ini, saat Agresi Militer I, yang kemudian direbut kembali tahun 1950, menjadi Markas Batalyon “Kian Santang”/Siliwangi, sekitar tahun 60-an bangunan bersejarah ini dibeli oleh Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dan berapa kali menjadi gedung instansi pemerintah daerah hingga kini (?)
Sedikit sekali orang yang mengetahui keberadaan bangunan bersejarah Gedong Juang Tambun atau Gedong Tinggi ini. Diperkirakan dibangun pada tahun 1906, milik tuan tanah keturunan Tionghoa, Kow Tjing Kie dan kemudian beralih ke Kouw Oen Huy hingga kemudian digunakan oleh tentara Jepang selama masa pendudukannya. Setelah Jepang kalah perang, dan memasuki masa perang kemerdekaan, bangunan ini kemudian diambil alih oleh Komite Nasional Indonesia, sebagai kantor Kabupaten Jatinegara, sekaligus menjadi Pusat Komando Perjuangan RI, terutama sebagai front pertahanan terdepan di daerah pesisir utara jawa barat.
Quote:
Gedung Juang 45 Tambun, Bekasi atau yang juga dikenal dengan nama Gedong Tinggi
Tahun 1947 Belanda/NICA berhasil mengambil alih gedung ini, saat Agresi Militer I, yang kemudian direbut kembali tahun 1950, menjadi Markas Batalyon “Kian Santang”/Siliwangi, sekitar tahun 60-an bangunan bersejarah ini dibeli oleh Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dan berapa kali menjadi gedung instansi pemerintah daerah hingga kini (?)
Quote:
6. Rumah Perundingan Linggarjati.
Bangunan bersejarah ini, tempat diadakannya Perundingan Linggarjati antara pihak Indonesia dan pihak Belanda
Bangunan bersejarah ini tentu tidak asing lagi bagi kita, rumah bergaya Indo-Belanda merupakan saksi utama diadakannya Perundingan Linggarjati pada tanggal 11-13 Nopember 1946, antara Republik Indonesia dengan Pemerintahan Pendudukan Belanda pada masa perang kemerdekaan I, yang isinya tentunya lebih banyak menguntungkan pihak Belanda, dimana seluruh kekuatan TNI harus segera mengosongkan daerah-daerah yang sudah ditentukan sebagai daerah pendudukan Belanda hijrah ke daerah-daerah republik, yaitu sebagian pulau Sumatra, sebagian Jawa dan Madura. Bangunan rumah bersejarah ini masih utuh dan terawat baik sebagai sebuah museum dan obyek wisata sejarah. Banguan ini berada di Desa Linggarjati Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Quote:
Bangunan bersejarah ini, tempat diadakannya Perundingan Linggarjati antara pihak Indonesia dan pihak Belanda
Bangunan bersejarah ini tentu tidak asing lagi bagi kita, rumah bergaya Indo-Belanda merupakan saksi utama diadakannya Perundingan Linggarjati pada tanggal 11-13 Nopember 1946, antara Republik Indonesia dengan Pemerintahan Pendudukan Belanda pada masa perang kemerdekaan I, yang isinya tentunya lebih banyak menguntungkan pihak Belanda, dimana seluruh kekuatan TNI harus segera mengosongkan daerah-daerah yang sudah ditentukan sebagai daerah pendudukan Belanda hijrah ke daerah-daerah republik, yaitu sebagian pulau Sumatra, sebagian Jawa dan Madura. Bangunan rumah bersejarah ini masih utuh dan terawat baik sebagai sebuah museum dan obyek wisata sejarah. Banguan ini berada di Desa Linggarjati Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Quote:
7.Museum Rumah Sejarah Kalijati.
Bangunan bersejarah berupa Rumah Mungil sekitar 10mx10m ini menjadi tempat Kapitulasi Pemerintahan Tinggi Militer Hindia Belanda dengan pihak Kekaisaran Jepang. 350 tahun pendudukan Belanda di Indonesia berakhir di sebuah rumah mungil di desa Kalijati.
Berbeda dengan Linggarjati, bangunan bersejarah yang terletak di daerah Subang, Jawa Barat ini, justru menjadi saksi utama Peristiwa Kapitulasi Belanda – Jepang. Pada tanggal 8 Maret 1942, Pemerintahan Militer Tertinggi Hindia Belanda yang diwakili oleh Let Jend Ter Porten menyerahkan seluruh kekuasaan Hindia Belanda tanpa syarat kepada Pihak Jepang yang diwakili oleh Let Jend Hitoshi Immura, Panglima Tentara ke-16 Kekaisaran Jepang, dan 350 tahun masa pendudukan Belanda berakhir di rumah mungil di desa Kalijati. Lapangan Udara Kalijati sendiri masih berfungsi hingga kini dengan nama Lapangan Udara Suryadarma.
Quote:
Bangunan bersejarah berupa Rumah Mungil sekitar 10mx10m ini menjadi tempat Kapitulasi Pemerintahan Tinggi Militer Hindia Belanda dengan pihak Kekaisaran Jepang. 350 tahun pendudukan Belanda di Indonesia berakhir di sebuah rumah mungil di desa Kalijati.
Berbeda dengan Linggarjati, bangunan bersejarah yang terletak di daerah Subang, Jawa Barat ini, justru menjadi saksi utama Peristiwa Kapitulasi Belanda – Jepang. Pada tanggal 8 Maret 1942, Pemerintahan Militer Tertinggi Hindia Belanda yang diwakili oleh Let Jend Ter Porten menyerahkan seluruh kekuasaan Hindia Belanda tanpa syarat kepada Pihak Jepang yang diwakili oleh Let Jend Hitoshi Immura, Panglima Tentara ke-16 Kekaisaran Jepang, dan 350 tahun masa pendudukan Belanda berakhir di rumah mungil di desa Kalijati. Lapangan Udara Kalijati sendiri masih berfungsi hingga kini dengan nama Lapangan Udara Suryadarma.
Quote:
8.Museum Gedung Juang 45 – Jakarta.
Museum Gedung Juang 45 di jalan Menteng Raya 31.
Bangunan bersejarah yang berada di jalan Menteng raya No.31, di depan sekolah Kanisius. Dibangun di sekitar tahun 30-an, bergaya arsitektur Neo-klasik. Pernah menjadi sebuah hotel bernama Schomper Hotel sesuai nama pemiliknya L.C. Schomper. Pada masa pendudukan Jepang, digunakan oleh Ganseikanbu Sendenbu ( Instansi Propaganda Jepang ). Kira-kira sehari menjelang diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, Bung Karno dan beberapa tokoh perintis kemerdekaan sempat ingin menggunakan gedung ini, namun ditolak, yang akhirnya pilihan jatuh di kediaman Laksamana Maeda.
Quote:
Museum Gedung Juang 45 di jalan Menteng Raya 31.
Bangunan bersejarah yang berada di jalan Menteng raya No.31, di depan sekolah Kanisius. Dibangun di sekitar tahun 30-an, bergaya arsitektur Neo-klasik. Pernah menjadi sebuah hotel bernama Schomper Hotel sesuai nama pemiliknya L.C. Schomper. Pada masa pendudukan Jepang, digunakan oleh Ganseikanbu Sendenbu ( Instansi Propaganda Jepang ). Kira-kira sehari menjelang diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, Bung Karno dan beberapa tokoh perintis kemerdekaan sempat ingin menggunakan gedung ini, namun ditolak, yang akhirnya pilihan jatuh di kediaman Laksamana Maeda.
Quote:
9.Rumah Pengasingan Bung Karno di Bengkulu.
Rumah Kediaman Bung Karno semasa pengasingannya di Bengkulu
Bangunan Rumah bersejarah ini merupakan kediaman Bung Karno saat beliau diasingkan oleh pihak Belanda dari tahun 1938 hingga masuknya Jepang ke Indonesia di tahun 1942. Bangunan rumah ini sekarang menjadi obyek wisata sejarah atau museum, dan kondisinya masih terawat baik sebagaimana bentuk aslinya. Rumah ini sebelumnya dimiliki oleh pengusaha sembako Tan Eng Cian, yang kemudian disewa oleh Pemerintah Hindia Belanda di Bengkulu, sebagai kediaman Bung Karno selama masa pengasingannya.
Quote:
Rumah Kediaman Bung Karno semasa pengasingannya di Bengkulu
Bangunan Rumah bersejarah ini merupakan kediaman Bung Karno saat beliau diasingkan oleh pihak Belanda dari tahun 1938 hingga masuknya Jepang ke Indonesia di tahun 1942. Bangunan rumah ini sekarang menjadi obyek wisata sejarah atau museum, dan kondisinya masih terawat baik sebagaimana bentuk aslinya. Rumah ini sebelumnya dimiliki oleh pengusaha sembako Tan Eng Cian, yang kemudian disewa oleh Pemerintah Hindia Belanda di Bengkulu, sebagai kediaman Bung Karno selama masa pengasingannya.
Quote:
10.Rumah Pengasingan Bung Hatta di Bandaneira.
Bangunan rumah bersejarah-Kediaman Bung Hatta selama masapengasingannya di Bandaneira, bersama beberapa tokoh lainnya, seperti Sutan Sjahrir, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Mr. Iwa Kusumasumantri
Pada tahun 1930an Bandaneira merupakan tempat pengasingan tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, serta Dr. Ciptomangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri, yang sudah lebih dulu diasingkan di banda, di sekitar tahun 1928.
Quote:
Bangunan rumah bersejarah-Kediaman Bung Hatta selama masa
Pada tahun 1930an Bandaneira merupakan tempat pengasingan tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, serta Dr. Ciptomangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri, yang sudah lebih dulu diasingkan di banda, di sekitar tahun 1928.
Quote:
UPDATE #2
Quote:
Kalo agan/aganwati berkenan ane mengharapkan
tapi tolong jangan di...
Mohon maaf jika ada kesalahan
Thread ini didukung oleh
Klik banner untuk mampir ke markas STK
Diubah oleh warrenrolandt 31-08-2013 09:10
0
13.5K
Kutip
242
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.2KThread•83.7KAnggota
Terlama
Thread Digembok