Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

vm3Avatar border
TS
vm3
"Toleransi Qunut di Bandara"'
"Toleransi Qunut di Bandara"' emoticon-I Love Indonesia (S)

Oleh: MOH MAHFUD MD


Jumat, 18 Agustus 2013, pekan lalu karena harus terbang ke Pontianak dengan penerbangan terpagi, saya harus melakukan salat subuh di Bandara Soekarno-Hatta.

Saat melakukan salat subuh di Garuda Lounge, terasa ada tepukan ringan di bahu, pertanda ada seseorang yangakan ikut salat sebagai makmum. Maka itu, saya memosisikan diri sebagai imam, salat subuh berdua dengan orang itu. Setelah salat dan berdoa sendiri-sendiri, saya tinggalkan musala kecil itu dan duduk di ruang tunggu sambil meminum teh dan menyarap kue-kue kecil. Tiba-tiba orang yang tadi bermakmum salat subuh kepada saya bergabung duduk di kursi di depan saya.

”Pak Mahfud saat mengimami salat subuh kok tidak berkunut? Pak Mahfud, kan orang NU?” tanya orang yang ternyata mengenal saya itu. Setelah merenung sejenak saya menjawab, ”Karena saya mengira Bapak orang Muhammadiyah, saya tidak berkunut. Kalau mengimami salat orang Muhammadiyah, saya tidak berkunut karena tidak ingin memaksa orang ikut berkunut. Kalau salat di rumah atau di mesjid-mesjid NU, saya selalu berkunut.

”Orang itu kemudian menjawab sambil tertawa, ”Hahaha, sejak kecil saya selalu berkunut. Saya ini pengikut Tarekat Syattariyah makanya saya tadi siap berdoa kunut bersama Pak Mahfud.” Kemudian kami menyamakan permakluman dan pemahaman bahwa saya tak berkunut saat mengimami salat karena tak mau memaksa orang ikut berkunut terhadap orang yang tak biasa berkunut. Berkunut atau tidak berkunut salat tetap sah sebab soal pilihan berkunut atau tidak adalah masalah furu’ yang kecil dalam beribadah.

Orang itu kemudian memperkenalkan diri sebagai orang yang bernama Refrizal, anggota DPR RI dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pagi itu, sama dengan saya, Pak Refrizal akan terbang ke Padang dengan penerbangan pertama sehingga harus bersembahyang subuh di bandara. Saya sungguh tidak pernah mengira pagi itu saya dapat bertukar cerita dengan Pak Refrizal tentang apa yang kami alami bersama saat salat subuh itu dengan mengenang cerita salat subuhnya KH Idham Cholid yang ketua PBNU bersama Buya HAMKA yang tokoh Muhammadiyah.

Cerita itu sering saya dengar saat saya masih menjadi mahasiswa di Yogyakarta. Bagaimana ceritanya? Pada suatu hari Buya HAMKA dan KH Idham Cholid melakukan salat subuh berjamaah dan yang menjadi imamnya adalah Idham Cholid. Ternyata Idham Cholid tidak membaca doa kunut sehingga seusai salat HAMKA bertanya, mengapa Pak Idham yang ketua umum NU tidak berkunut saat mengimami salat subuh.

Apa jawab Idham Cholid? ”Saya tidak membaca doa kunut karena yang menjadi makmum adalah Pak HAMKA yang tokoh Muhammadiyah. Saya tak mau memaksa orang yang tak berkunut agar ikut berkunut,” jawab Idham Cholid. Beberapa hari kemudian giliran Idham Cholid yang menjadi makmum salat subuh dan HAMKA yang menjadi imamnya. Ternyata saat salat subuh itu HAMKA membaca doa kunut yang panjang dan fasih. Seusai salat Idham Cholid pun bertanya, mengapa HAMKA yang tokoh Muhammadiyah berkunut saat mengimami salat.

”Karena saya mengimami Pak Idham Cholid, tokoh NU yang biasa berkunut kalau salat subuh. Saya tak mau memaksa orang yang berkunut untuk tak berkunut,” jawab HAMKA. Cerita tentang salat subuh berjamaah antara Idham Cholid dan HAMKA sangat berkesan bagi saya sebagai contoh mulia dalam toleransi dan saling menghargai.

Di masa lalu, dan mungkin masih ada sampai sekarang, sering terjadi pertengkaran bahkan permusuhan hanya karena soal-soal kecil antara orang-orang NU dan orangorang Muhammadiyah seperti soal kunut, melafalkan niat dengan nawaitu atau usalli, tahlilan, ziarah kubur, dan sebagainya. Padahal itu semua sama sekali tidak menyangkut ihwal prinsip dalam akidah, tapi hanya menyangkut ihwal yang sunah atau mubah, bukan terkait haram atau mubah.

Kita bersyukur bahwa pada saat ini, setelah puluhan tahun HAMKA dan Idham Cholid mencontohkan, pertengkaran dalam soal-soal furu’ di kalangan muslimin di Indonesia sudah sangat berkurang. Karena membaiknya pengertian atas masalah-masalah substansi keislaman, sekarang ini sudah jauh lebih banyak warga NU dan Muhammadiyah yang tidak lagi bertengkar dalam soal-soal furu’ (cabang kecil).

Mereka sudah bisa melihat dan menyikapi dengan biasa perbedaan-perbedaan yang remeh-temeh itu. Toleransi dalam urusan beragama seperti itu sungguh menyejukkan dan bisa membuat kekuatan besar untuk bersama- sama membangun kemaslahatan umum. Toleransi seperti itu menjadi penting pula untuk dikuatkan bukan hanya di internal satu agama, melainkan dalam hubungan antarpemeluk agama yang berbeda.

Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ikainiakan menjadi lebih cepat maju kalau rakyatnya menghayati agamanya dengan penuh toleran. Beragama dengan benar tentulah menimbulkan kedamaian di hati dan kerukunan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Kalau Anda merasa tidak damai, resah, atau marah terhadap orang lain yang berbeda keyakinan dengan Anda sehingga kita tidak bisa tidur nyenyak, kita salah dalam beragama. ***
Sumber
==================================================
Pengertian Qunut : Doa qunut - Kata qunut berasal dari kata qanata yang artinya patuh dalam mengabdi (kepada Allah). Di dalam islam, qunut terbagi menjadi dua. Pertama; qunut nazilah yaitu qunut yang dilakukan atau dibaca saat adanya bencana. Kedua; qunut shalat yaitu qunut yang dibaca pada waktu i’tidal (berdiri setelah ruku’) setiap akhir roka’at pada shalat subuh dan shalat whitir (secara umum) karena dalam masalah qunut ini para imam dan ulama mazhab berbeda pendapat tentang pelaksanaannya. Sedangkan hukum doa qunut itu sendiri adalah Sunnah Muakkad/ab’ad atau sunnah yang diperkuat.
Berikut adalah bacaan doa qunut :

اَللهُم اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ,وَعَافِنَا فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلنّا فِيْمَنْ تَوَليَتَ، وَبَارِكْ لِي فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَقِنَا شَر مَا قَضَيْتَ، فَاِنكَ تَقْضِى وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَاِنهُ لَايَذِل مَنْ وَالَيْتَ، وَلَايَعِز مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ اْلحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، نَسْتَغْفِرُكَ وَنَتُوْبُ اِلَيْكَ. (رواه النسائ ١٧٢٥،وأبو داود ١٢١٤،والترميذى ٤٢٦،وأحمد ١٦٢٥،والدارمي ١٥٤٥بسند الصحيح)

“Ya Allah, berikanlah kami petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, Berilah kami perlindungan seperti orang-orang yang telah Engkau beri perlindungan. Berilah kami pertolongan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri pertolongan. Berilah berkah pada segala yang telah Engkau berikan kepada kami. Jauhkanlah kami dari segala kejahatan yang telah Engkau pastikan. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha menentukan dan Engkau tidak dapat ditentukan. Tidak akan hina orang yang Engkau lindungi. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Engkau Maha Suci dan Maha luhur. Segala puji bagi-Mu dan atas segala yang Engkau pastikan. Kami memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. An-Nasa’I :1725, Abu Dawud :1214, Al-Tirmidzi :426, Ahamad :1625 dan Al-Darimi :1545 dengan Sanad yang Shahih)
Diubah oleh vm3 29-08-2013 06:32
0
3.2K
29
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.1KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.