Rudal Tomahawk AS ini telah di tempatkan di dekat Suriah (Reuters)
Sindonews.com – Pihak militer AS hanya menunggu aba-aba Presiden Barack Obama untuk menyerang Suriah. Warga Suriah pun merespon dengan garang. Mereka siap mengangkat senjata demi mempertahankan tanah air mereka.
Inspektur senjata PBB, pada Rabu (28/8/2013), akan kembali ke lokasi yang diduga menjadi serangan senjata kimia di dekat Damaskus. Sejumlah warga Suriah, khususnya yang mendukung rezim presiden Bashar al-Assad, percaya kunjungan tim investigasi PBB hanya sebuah langkah untuk membenarkan serangan militer AS dan sekutunya terhadap Suriah.
Warga Suriah mulai merasakan ketidaknyamanan dengan situasi negaranya yang diambang perang dengan pasukan asing. Setiap saat, orang-orang di sana mendiskusikan akan adanya serangan militer dari negara-negara Barat terhadap negara mereka. Diskusi serupa juga mendominasi pemberitaan utama saluran satelit di Suriah.
"Saya tidak ingin Suriah menjadi Irak yang lain. Pertumpahan darah cukup," teriak seorang wanita Suriah, seperti dikutip BBC.
"Kami, dan ribuan pemuda di Suriah, akan menghadapi negara mana saja yang mencoba untuk menyerang kami," ancam seorang pemuda, sembari menunjuk senjatanya, yang ia gunakan untuk melindungi negaranya. "Ini adalah masalah Suriah, dan terserah kepada kami, Suriah, untuk menyelesaikannya."
Rusia, China dan Iran telah memperingatkan apa yang disebut Moskow sebagai "bencana", sebagai konsekuensi jika Suriah sampai diserang.
Sedangkan Wakil Presiden AS, Joe Biden, dalam pidato untuk kelompok veteran di Houston, berujar, "tidak ada keraguan bahwa yang bertanggung jawab untuk tindakan keji penggunaan senjata kimia di Suriah adalah rezim Suriah."
Dalam wawancara dengan BBC, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel, mengatakan militer siap untuk beraksi dalam menanggapi masalah Suriah. Menurutnya, militer AS telah menyiapkan semua aset militer. (
Sumber)