Seorang pakar entrepreneurship, Ciputra membandingkan perbedaan Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Pada tahun 1960-an itu sesungguhnya tak banyak perbedaan antara kewirausahaan negara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura. Kesejahteraan rakyat dan prestasi pembangunan Indonesia pada masa itu tidak kalah dibandingkan dua negara tetangga tersebut. Bahkan kita mengirim guru-guru ke Malaysia dan sebaliknya Malaysia mengirim mahasiswanya ke Indonesia. Pendapatan per kapita Indonesia menurut IMF (2012) menurun di bawah Malaysia dan Singapura sangat jauh di atas Indonesia (Ciputra,2011:3).
Namun mengapa sekarang dispartitasnya sangat menganga?
Salah satu penyebab ketertinggalan Indonesia dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura adalah kurangnya jiwa kewirausahaan pada sebagian masyarakat Indonesia. Kurangnya jiwa kewirausahaan pada masyarakat karena kurangnya pemahaman anggota masyarakat terhadap seluk beluk dunia kewirausahaan. Sebagian besar masyarakat juga masih diwarnai pola pikir yang berkembang di dalam masyarakat yang mengajarkan doktrin bahwa jika seseorang sudah menyelesaikan sekolah mereka diarahkan untuk mencari pekerjaan. Pola pikir yang demikian ini tentu saja dapat menghambat orang untuk menciptakan dan mengembangkan dunia usaha.
Ciputra mengatakan bahwa Indonesia sejahtera bukanlah sebuah utopia. Itu target realistis.
Dibutuhkan setidaknya 2% dari rakyat untuk dapat dididik dan dilatih supaya sanggup jadi entrepreneur. Ciputra percaya ketika angka tersebut tercapai maka pengangguran dan kemiskinan akan menurun drastis. Kesejahteraan rakyat akan naik secara dramatis dibandingkan sekarang.
Perlu ditanamkan semangat kewirausahaan atau entrepreneurship untuk rakyat Indonesia mulai dari usia muda sampai usia tua. Jika jiwa kewirausahaan bisa dikembangkan, maka Indonesia akan bisa menjadi negara maju dan yang bisa bersaing di dalam pergaulan international. Negara China adalah salah satu bukti nyata yang rakyatnya memiliki semangat entrepreneurship yang sangat tinggi dan menyebabkan negara China lebih maju dari Indonesia.
Pengertian entrepreneurship secara umum adalah kegiatan kewirausahan yang dilakukan secara pribadi atau secara berkelompok. Melalui kegiatan ini masing-masing individu dapat berkreasi dalam berusaha tanpa harus menunggu pimpinan karena merekalah yang memiliki bisnis atau usaha mereka itu sendiri. Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan moneter.(
http://putracenter.net/2008/12/23/de...rut-para-ahli/).
Zaman modern ini sudah banyak kegiatan entrepreneurship. Kegiatan tersebut banyak dilakukan oleh generasi muda bangsa Indonesia, mulai dari seminar, pelatihan, serta adanya kegiatan perlombaan tentang entrepreneurship itu sendiri. Salah satu buktinya adalah diadakan seminar entrepreneurship oleh salah satu pembicara yang juga anak muda pada tanggal 31 maret 2012 yang lalu yaitu Yeheskiel Zebua yang dimuat dalam surat kabar sinar pagi bulan Maret tahun 2012. Seminar lainnya adalah yang dibawakan oleh Bong Chandra. Bong Chandra sering sekali memberikan seminar-seminar gratis, yang menariknya pesertanya lebih di dominasi oleh usia dibawah 20 tahun.
Jika kita perhatikan, tidak hanya di media koran atau majalan saja para entrepreneur menyebarkan informasi mengenai pelatihan atau seminar yang akan mereka adakan. Tetapi juga melalui media teknologi seperti blackberry messenger dan internet seperti faceboook,twitter dan masih banyak lagi media yang digunakan untuk menyebarkan informasi.
Entrepreneurship-pun sudah menjadi salah satu program dari pendidikan yang ada di Indonesia. Saat ini kewirausahaan sudah menjadi mata kuliah di berbagai universitas di Indonesia. Sebut saja Universitas Gajah Mada, Universitas Bina Nusantara, Universitas Prasetya Mulya dan beberapa universitas lainnya yang sudah memasukan mata kuliah kewirausahaan. Ciputra menegaskan perlunya menempatkan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah terhormat. "Selain itu, jangan mengandalkan metode pembelajarannya pada sistem hafalan. Sebaiknya 90 persen perkuliahan dilakukan secara praktik, sementara sepuluh persen lainnya untuk pemaparan teori,"tegasnya(
http://kampus.okezone.com/read/2010/...liah-terhormat).