REIMANEWS-Rupiah semakin terpuruk dan kini sudah menembus Rp 11.000 per dolar AS. Ini adalah ‘sukses’ Presiden SBY memperpuruk rupiah tetapi sayangnya tidak dilaporkan SBY dalam pidato Agustusan. Para analis memprediksi rupiah bisa tembus Rp13.000 karena pemerintah SBY-Boed sekarang makin tidak kredibel.

Namun, pengamat Institut Ekonomi Politik Soekarno-Hatta (IEPSH), M Hatta Taliwang, punya pandangan lain. Ia menduga rezim SBY sengaja menaikkan nilai dolar-- meski membuat rupiah ambles— justeru guna mencari keuntungan dari nilai dolar terhadap rupiah untuk biaya kepentingan politiknya. Diduga pula, sebelum berupaya dolar dinaikkan, pihak SBY sudah menumpuk mata uang dolar.

“Kalau mengacu ke pandangan para ahli memang akan dolar mencapai 12 ribu rupiah. Ini sudah 3 bulan lalu saya dengar dari mantan Dirut Bank Besar. Tapi kadang saya curiga juga jangan-jangan ini ada permainan ‘gorengan’ dari rezim penguasa yang sudah punya stok dollar guna mencari keuntungan untuk biaya politik, meskipun ini permainan beresiko,” duga Hatta Taliwang dalam pesan singkatnya melalui BBM kepada pesatnews.com, Rabu (21/8/2013) malam.

Ia menambahkan, kalau dolar sudah Rp12 ribu maka hitungannya bukan hitungan ekonomi lagi, melainkan hitungan politik. “Bisa meluncur sesukanya dan itulah awal krisis politik mirip (tumbangnya rezim Soeharto) 1998 lagi,” tutur mantan Anggota Fraksi Reformasi DPR RI.

Hatta Taliwang tidak heran dengan dugaan permainan rezim SBY mencari biaya kepentuingan politik dengan cara-cara ‘haram’. “Menyimak Kepala SKK Migas yang bergelar Profesor Doktor (Prof Dr Rudi Rubiandini) ditangkap KPK, dapatkah kita sekarang menulis hipotesis bunyinya kira-kira begini: Para koruptor (maling uang rakyat) adalah kaum terdidik kering iman, minus nurani, beku moral sehingga ketinggian ilmu dan panjang gelar berkorelasi positif dengan kecanggihan penipuan dan keserakahannya?” paparnya.

Secara terpisah, Koordinator Petisi 28 Haris Rusli mengatakan, bilamana rupiah tergerus menjadi Rp13 ribu per dolar AS, berarti rupiah terdepresiasi 50 persen. “Apa harga daging impor bisa turun? Harga beras bakal melonjak? Harga kedelai akan naik? Dimana pula tuan Gita Wiryawan bersembunyi? Apa hanya sibuk dengan konvensi capres Partai Demokrat?” ujarnya mempertanyakan.