Hari ke – 0 Jumat, 08 Maret 2013

Malam itu dimulai cerita ini, trip yang sudah direncanakan sekitar satu bulan sebelumnya, di pasar senen kami berkumpul.. oom fandi sebagai sesepuh, mamang ardi sebagai porter beras, kk reza sebagai porter tenda, dan TS sebagai nubie. Malam itu pukul delapan di depan atm center stasiun pasar senen.



Oya plus om anwar sebagai suhu padepokan sembalun yang menyusul dengan bus malam dan bertemu di kemudian hari di pos pendakian merbabu.



Kembali ke pasar senen, pukul Sembilan lewat kereta sudah standby di jalur satu. Malam itu cukup banyak orang bertas tinggi berlabel merk outdoor. Sampai sampai tas nubie pun tak muat parkir di bagasi atas, kepaksa taro di bawah kursi. Pukul 21.40 wib kereta terakhir itupun meluncur menuju ke timur. . Ada sekitar 4 grup duduk di sekitar kami, membentuk forum masing2 hingga larut Dan yang pasti jika di terawang dari obrolannya mereka menuju tujuan yang sama dengan kami yaitu puncak 3142 mdpl. mungkin ada catper lain dengan plot cerita berbeda di tanggal yang sama dengan catper ini..



Hari ke-1 Sabtu 09 Maret 2013
pukul 07.30 kereta terlambat satu jam dari jadwal yang tertera di tiket, sudah cukup siang saat kami tiba di stasiun semarang poncol,



di pintu keluar kami disambut beberapa sopir taksi yang menawarkan jasanya yang memang kami hiraukan, satu hal yang kami cari saat itu “sarapan” sembari berjalan menuju perempatan dekat kantor PLN kami sempat singgah di warung soto, hmm.. seporsi nasi + soto ditambah segelas teh manis dan dua potong tempe goreng menjadi pelengkap menu sarapan kami pagi itu.



Perjalanan berlanjut, dengan menggunakan bis damri tanggung model kopaja kalo di Jakarta, Cuma disini sopir dan kondektur nya berpakaian seragam biru rapi sedikit berkeringat, yang akan mengantarkan kami menuju ke banyumanik,



sekitar 30 menit di perjalanan menyusuri pinggiran kota semarang hingga akhirnya kami harus turun dan menyambung bis menuju solo.
Kami berhenti tepat di depan bis-bis besar dengan tulisan jogja, sembari bertanya mana bis yang menuju solo, akhirnya kami temukan bis AC lux yang kalo dilihat dari tongkrongannya mantep abis, kamipun agak jiper lihat bisnya.. jangan2 ongkosnya mahal pula.. haha tapi yasudahlah nikmati saja.





tas pun kami titip di dalam bagasi bis kemudian tak lama ngetem bis pun jalan melintasi jalur ramai yang menanjak menuju arah solo.

Kurang lebih 45 menit perjalanan kami diturunkan di pertigaan pasar sapi, sudah standby disana (baca = ngetem) mobil elf yang siap mengantar kami menuju kaki gunung merbabu.



Singkat cerita kami berhenti di sebuah pertigaan jalan kecil menuju kawasan wisata umbul songo. Dari sana kami nyambung ojek menuju pos pendakian jalur cunthel. Itung2 menghemat kampas dengkul. (mang ardi yang giliran cari tukang ojek.. enggak ada pangkalan deket situ soalnya )



Setibanya di pos kami bertemu dengan suhu padepokan, om anwar yang sudah lebih dulu tiba di pos, lengkap akhirnya grup kami.



Setelah packing ulang perbekalan dan sholat, akhirnya tepat jam satu siang kami berlima start merayapi jalur cunthel dengan target puncak merbabu langsung

Benar saja, kalo jalan bareng sesepuh itu nubie macam saia selalu kerepotan karena mereka hanya akan berhenti di pemberhentian resmi, asli kaya bis malem luar kota.

















langkah konstan om sembalun pun menjadi patokan kami untuk berjalan, dan tetep hanya berhenti di pos pos resmi saja, setelah pos satu tibalah kami di tempat landai yang dinamai pos 2











Selepas pos 2 cuaca memang sudah mulai mendung sampai akhirnya perut kosong saia memaksa grup untuk membuka logistic yang hanya berupa roti tawar dan biscuit, kali ini enggak berenti di pos resmi. Memaklumi dengkul nubie yang lemah.. Haha



Perjalanan berlanjut namun baru beberapa langkah, hujan pun turun.. nubie agak kerepotan saat hujan karena ponco yang digunakan sebagai penangkal hujan terbang terbawa angin saat berjalan, udara dingin dan angin yang semriwing membut tubuh semakin keras bekerja. Tak lama berjalan kami pun tiba di pos 3, sebuah tanah lapang yang cukup luas dan sudah berdiri dua buah tenda kapasitas 6 orang (punya orang).



Sempat tergoda untuk buka lapak disini, namun masih begitu jauh perjalanan esok hari jika kami harus mengakhiri perjalanan kami disini. Dan diputuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak pemancar yang memang terlihat dari sini.perjalanan pun berlanjut dengan guyuran hujan lebat dan jalur yang tanjakannya semakin lucu #tabah sampai akhir

Pukul 17.30 kami tiba di puncak pemancar, masih di ketinggian 2800mdpl. Sudah ada beberapa tenda berdiri di sana, hanya tersisa sedikit tanah kosong yang langsung menghadap ke jurang2 dalam di bawah sana. Niatan kami untuk buka tenda di puncak pun pupus setelah cuaca hujan berkabut menghadang kami. Terpaksa kami buka tenda disini hingga esok hari.



hujan angin (badai) pun tak menunjukkan tanda akan reda, sehingga acara masak memasak pun harus terlewati malam itu, #derita tenda tanpa vestibule
padahal perut sudah minta diisi, hanya ada nasi jagung bekal dari bawah untuk makan malam



part 1 of 4

bersambung...