Seorang Jenderal tentara Amerika ditugaskan ke daerah Irak yang sedang bergolak. Sang Jenderal itu baru pertama kali bertugas di Irak, setelah sebelumnya bertugas di Afghanistan. Jenderal tersebut mengomandani sebuah kompi yang bermarkas di padang pasir jauh dari ibu kota.

Setibanya di lokasi, sang Jenderal melihat 3 ekor unta terikat di luar tendanya. Ia pun bertanya pada salah seorang tentara, "Prajurit! Kenapa ada unta di sini?"
"Siap pak Jenderal! Karena kita jauh dari kota. Tapi karena kita manusia normal. Jadi sewaktu-waktu ada hasrat, ada unta, Pak!" jawab prajurit itu tegas.

"Oooh, begitu," kata Jenderal. "Saya mengerti. Tidak mengapa. Kita semua manusia normal. Saya tidak masalah dengan itu. Secara moral juga oke-oke saja," lanjutnya.

Setelah itu, setiap kali datang hasrat dalam diri sang Jenderal, dia selalu berpikir tentang unta. Tapi bertanya tentang unta tersebut pada anak buahnya, ia merasa malu. Dirinya merasa gengsi.

Beberapa bulan kemudian, sang Jenderal sudah tidak dapat menahan hasratnya lagi. Lalu, ia memerintahkan seorang ajudannya untuk membawa seekor unta betina ke tendanya.

Selang beberapa menit kemudian, sang Jenderal keluar tendanya dengan senyum kecil sembari membetulkan celananya. "Oh, begitu ya cara kalian menunaikan hasrat. Enak juga ya, rasanya.."

Prajuritnya serentak menjawab, "Siap Pak Jenderal! Tapi biasanya kalau kami ada hasrat, kami menaiki unta tersebut ke rumah bordil terdekat!"

Ketika menghadiri sebuah pesta pernikahan, seorang anak bertanya pada ibunya, "Ma, kenapa pengantin perempuan memakai gaun putih?

Mamanya menjawab, "Pengantin memakai pakaian putih karena dia berbahagia, dan ini adalah hari yang paling berbahagia dalam hidupnya.

Si anak berfikir sejenak, kemudian berkata, "Tapi Ma, kenapa pengantin laki-lakinya memakai pakaian hitam?"

Suatu ketika, Paijo memanggil ketiga anak-anaknya. Kemudian, Paijo secara bergilir menanyakan, apa sebenarnya cita-cita mereka kelak.

Bejo, anak pertama mantap menjawab. "Saya mau menjadi PEJABAT, anggota DPR, Gubernur, Walikota, atau apa saja lah, yang penting PEJABAT pak!"

"Bagus!" jawab Paijo. Ia pun bertanya kepada Sutejo, anak keduanya.

"Saya mau jadi ULAMA terkenal pak!" jawab Sutejo tegas.

"Bagus!" jawab Paijo lagi. Kemudian ia melirik Bowo, si bungsu.

"Saya mau jadi PENGUSAHA SUKSES pak!"

Paijo bangga dengan semua jawaban anaknya. Lalu berkata.
"Baiklah, berarti semua kalian harus jadi ARTIS, nanti bapak bantu posting lewat Yutup"