Mayor (Pnb) Anton 'Sioux' Pallaguna. (Foto: Istimewa)
[url=http://news.detik..com/read/2013/08/22/133032/2337364/10/pilot-tempur-bertemu-tuhan-di-kokpit-pesawat]Kisah Penjaga Angkasa Indonesia [/url]
Jakarta - Delapan pesawat tempur Sukhoi dan enam F-16 bersiap di Lapangan Udara Halim Perdana Kusumah, Jakarta pada Sabtu pagi (17/8) lalu. Mereka tengah menunggu giliran beratraksi di langit Jakarta pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke 68.
Tiga puluh menit menjelang pesawat tinggal landas, Mayor (Penerbang) Anton Pallaguna mengambil air wudhu. Bagi pria yang diterima di Akademi Angkatan Udara tahun 1997 itu, menerbangkan pesawat tempur adalah ibadah, sehingga harus dalam keadaan suci.
Sebelum terbang untuk berbagai misi khusus atau sekedar latihan rutin, ia selalu menyempatkan terlebih dulu mengambil air wudhu. Penerbang yang saat mengudara dipanggil dengan sebutan 'Sioux' itu mengaku dalam keadaan suci dia bisa tenang saat mengemudikan pesawat.
“Itu saja simple karena terbang adalah ibadah. Saya usahakan dalam keadaaan suci sebelum terbang,” kata Anton kepada detikcom, di Lapangan Udara Halim Perdana Kusumah, Jakarta (17/8) lalu.
Menurut Anton, pilot ibarat roh dalam pesawat yang sudah lengkap dengan peralatan teknologi software canggih. Pilot itu melengkapi jiwa raga pesawat untuk terbang.
Kendali otomatis dan tanggjung jawab ketika terbang di udara berada di tangan pilot. Pengalaman spiritual sering dia rasakan saat di Kokpit pesawat.
Peristiwa di luar logika ketika pilot yang hanya manusia tidak sanggup menghandle satu persoalan saat terbang, seperti pesawat terbakar atau ketika tergelincir saat hendak mendarat.
“Kemampuan secara utuh tidak bisa kita handle. Saya percaya ada pertolongan. Di balik kokpit itu Tuhan ada. Ini bukan pengalaman saya saja tapi para senior juga,” kata Anton.
Kini Anton sudah memiliki catatan 2500 jam terbang dari tujuh jenis pesawat tempur. Dua tahun sudah dia bergabung di armada pesawat tempur Sukhoi yang bermarkas di Skadron XI, Lanud Sultan Hasanudin, Makasar.
Menjadi seorang pilot sebenarnya jauh dari cita-cita Anton sejak kecil. Pria kelahiran Garut, 17 Mei 1979 ini mengaku tak pernah terpikir atau membayangkan untuk menjadi pilot.
Cita-citanya sederhana karena hanya berlatar belakang anak kampung. Jalan hidup berubah ketika Anton diterima di Akabri pada 1997. Selama proses seleksi dan berbagai tes, akhirnya ia diarahkan untuk masuk angkatan udara.
Peluang menjadi pilot adalah sebuah tantangan yang lebuh besar. Hal ini pula yang membuat Anton mengorbankan peluang kuliah di fakultas kedokteran di salah satu universitas ternama.
“Saya benar tidak pernah terbayang sebelumnya. Ini dunia di luar jangkauan saya. Waktu kecil saya malah tahunya sopir delman karena jarang ada angkot di kampung saya,” kata Anton.
Tahun 2003 Anton bergabung dengan armada F-16 di Skuadron III Lapangan Udara Iswahjudi, Madiun. Selama lima tahun ayah empat anak ini menerbangkan F-16. Berbagai jenis misi khusus dan operasi penghadangan sering dilakukan Anton ketika mengawaki F-16.
Kemudian Anton mendapat tugas untuk menimba ilmu struktur pilot di Australia selama setahun. Kembali ke Tanah Air, Anton dan rekan-rekan sesama pilot pesawat tempur membentuk lagi Jupiter Aerobatic Team.
Tahun 2011 saat bergabung dengan Sukhoi, Anton dikirim belajar ke Rusia untuk berlatih. Menjadi pilot Shukoi adalah tantangan terbesar dalam karir pilotnya. “Alhamdulillah kesempatan itu ada sampai sekarang,” ujar pria berzodiak Taurus itu.
Spoiler for Jadi Selebriti di Landasan Pacu Udara:
[url=http://news.detik..com/read/2013/08/22/130220/2337319/10/jadi-selebriti-di-landasan-pacu-udara]Jakarta[/url] - Raungan mesin pesawat tempur terdengar menguat, pertanda jet tempur Sukhoi dan F-16 itu telah mendekat di landasan Lapangan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu pekan lalu, pukul 10.55 WIB. Anak-anak dan para wanita yang tadinya berada di dalam ruangan Bandara Halim satu per satu keluar. Mereka seakan tak mempedulikan bisingnya mesin suara pesawat atau teriknya matahari yang membakar kulit.
Rasa antusias mereka lebih tinggi. Puluhan ibu dan anak-anak itu berdiri di tepi landasan pacu udara. Mereka menunggu pilot-pilot penerbang pesawat tempur keluar dari kokpitnya dengan gagah. Posturnya memang rata-rata tinggi dan tegap membuat mereka terlihat gagah.
Apalagi pesawat yang mereka bawa adalah jet tempur yang disegani dunia. Selain anak-anak dan ibu-ibu ada juga seorang wanita berusia separuh abad yang turut membaur ke landasan pacu udara. Mereka berangkulan dan berfoto dengan latar belakang pesawat tempur.
“Setiap selesai acara, khususnya misi special ya biasanya memang selalu ada keluarga yang menyambut, jadi rasanya kita jadi kebanggaan keluarga,” kata Mayor Wanda Surijohansyah.
Pilot jet tempur Sukhoi berusia 33 tahun ini buru-buru menambahkan euforia bak selebriti itu hanya terasa saat sedang di landasan pacu. “Tapi kita selebriti hanya kalau lagi ada acara saja, kalau sudah selesai ya biasa,” kata Wanda kemudian tertawa.
Ammar, 6 tahun, anak pertama Mayor Wanda, hampir "tenggelam" di antara puluhan anggota keluarga pilot lainnya. Dia ikut berlari-lari ke landasan pacu menyambut sang Ayah. “Pokoknya aku nanti kalau sudah besar ingin seperti Ayah,” tutur Ammar, bocah yang masih duduk di TKB itu.
Di samping Ammar, ada Ayu Rasti, 31 tahun, sang Ibu. Bagi wanita ini ada kebanggaan tersendiri saat melihat suaminya pulang dari tugas. Karena itu, sebisa mungkin jika ada kesempatan ia juga menyambut suaminya di landasan pacu.
Ayu berujar menjadi istri seorang penerbang pesawat tempur kadang-kadang membuat dirinya diliputi was-was, apalagi saat suami dalam tugas. “Sebenarnya saya deg-degan juga kadang-kadang, tapi saya pasrah saja, yang penting suami sukses,” ujar dia kepada detikcom.
Menikah dengan seorang anggota militer juga membuat dia harus siap berpindah-pindah ikut suami. Wanita asal Jakarta ini mengaku ia meninggalkan pekerjaannya di bidang keuangan di Jakarta demi menyusul suami yang ditempatkan di Skuadron XI, Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.
Sebelumnya, ia juga menemani suaminya saat ditugaskan di Skuadron I di Pontianak pada 2003. “Semua ada risikonya, kita nikah dengan tentara, harus siap kalau ditinggal dinas karena separuh suami milik negara,” kata Ayu lagi.
Pengalamannya yakni ditinggal Wanda saat bertugas ke Rusia selama 4 bulan tahun lalu dan ditinggal latihan ke Singapura pada 2007 saat melahirkan anak pertamanya. “Tapi kebetulan Ayah saya juga profesinya sama, pilot pesawat tempur, jadi saya dari kecil sudah biasa,” ungkap Ayu.
Spoiler for Misi Formasi Kepala Panah di Hari Kemerdekaan:
[url=http://news.detik..com/read/2013/08/22/123946/2337273/10/misi-formasi-kepala-panah-di-hari-kemerdekaan]Jakarta[/url] - Hari masih pagi, namun aktivitas di Terminal Haji Selatan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu pekan lalu (17/8) telah ramai. Ratusan kru teknisi berseragam hitam dengan aksen biru di bagian lengan dan berseragam merah aksen hitam tampak lalu lalang di lapangan terminal.
Di sana terparkir rapi 14 pesawat tempur, delapan di antaranya jet tempur Sukhoi, dan enam pesawat tempur jenis F-16. Di dalam lantai dua ruangan terminal, tampak anggota TNI Angkatan Udara yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Dengan bantuan partisi, ruangan sekitar 7x7 meter itu dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama di isi dengan radio komunikasi dan layar televisi untuk mengontrol koordinat, lalu sebuah televisi layar datar tergantung di dinding untuk memantau upacara detik-detik proklamasi.
Ruangan yang lebih besar diisi dengan sekitar 30 kursi dan sebuah layar proyektor. Dua ruangan lainnya digunakan untuk briefing oleh dua unit kesatuan, yakni Skuadron Udara XI dari Lanud Hasanuddin, Makassar, markas penerbang Sukhoi, dan Skuadron III dari Lanud Iswahyudi, Madiun, markas penerbang F-16.
Total pilot yang akan terbang yakni 14 dari Sukhoi untuk 8 pesawat dan 8 pilot F-16 untuk 6 pesawat. Mereka yang sudah mengenakan seragam hijau khas penerbang itu duduk rapi dan memandang lurus ke arah komandan skuadron yang menerangkan sambil menulis di papan tulis putih.
Suasana yang ramai tak bisa mengalihkan perhatian dan konsentrasi mereka. Tak ada gurat cemas melainkan wajah yang tetap terlihat tenang tapi serius.
Saat briefing, Letnan Kolonel Penerbang Setiawan, Komandan Skuadron F-16 menyampaikan materi-materi untuk menyegarkan ingatan para awak penerbang tentang persiapan emergency juga terkait formasi.
Dia bilang formasi yang akan ditampilkan hari itu adalah arrowhead alias kepala panah. Enam jet tempur F-16 berada di depan membentuk segitiga, lalu empat jet tempur Sukhoi di kanan dan empat lainnya di kiri.
Adapun posisi ujung kepala panah di tempati oleh pilot yang sudah mengantongi 3000-an jam terbang itu. “Jadi saya nanti yang pimpin flight dan bertanggung jawab untuk ketinggian, timing, dan juga track,” kata dia saat berbincang dengan detikcom seusai briefing, Sabtu pekan lalu.
Pria kelahiran Ambon, 40 tahun silam itu menuturkan ini bukan kali pertama pihaknya terbang bersama unit satuan Sukhoi atau bergabung dengan satuan lain seperti Hawk, dan F-5. Tapi memang ini adalah kali pertama kedua jenis pesawat tempur yang diproduksi Amerika dan Rusia itu terbang dalam satu formasi.
“Penggabungan ini sudah sering kita lakukan tapi formasinya beda. Sebelumnya F-16 dan Sukhoi terbang tidak menjadi satu formasi, dan ada manuver-manuver lain. Kalau ini kita sedikit modifikasi, jadi hanya melakukan dalam satu mass formation oleh 14 pesawat lalu ada break off tapi tidak sesignifikan sebelumnya,” kata dia menjelaskan.
Letkol Penerbang Deddy, Komandan Skuadron XI dari Lanud Sultan Hasanuddin juga baru selesai mem-briefing anggotanya. Selain Deddy, ada 13 orang pilot yang akan ikut menerbangkan 8 jet tempur Sukhoi pada Hari Kemerdekaan, salah satunya yaitu Mayor Penerbang Wanda Surijohansyah, yang sudah mengantongi 1.800 jam terbang.
Bagi pria berusia 33 tahun asal Dompu, NTB, ini terbang dengan untuk misi formasi pada peringatan proklamasi membawa rasa bahagia. “Setiap misi adalah sesuatu yang excited. Karenanya saya tidak boleh anggap remeh apapun misi itu, biarpun terbang biasa,” kata Mayor Wanda yang juga seorang instruktur penerbang di Sukhoi.
Meski keahlian formasi adalah salah satu dari sekian keahlian yang bisa dibilang sudah dikuasinya, Wanda tak mau sesumbar. Ia mengakui tetap saja ada rasa deg-degan setiap kali ia akan menerbangkan pesawat.
“Ngapa-ngapain pun itu harus kita anggap riskan, hanya saja sekarang bagaimana cara kita menekan risiko dan menekan rasa excited, itu yang susah. Kalau deg-degan itu akan bisa menutupi semua kamampuan kita,” kata dia.
Tantangan terbang untuk misi formasi seperti pada 17 Agustus kemarin, kata dia, adalah kemampuan untuk kerja sama dan koordinasi dengan semua anggota tim. “Kalau atas nama skuadron atau koop, atau nama negara itu yang sangat susah, apalagi dengan formasi besar seperti ini, semua saling terkait, kalau satu salah semua salah," katanya membeberkan.
"Jadi benar-benar menantanglah, bagaimana saya bisa saling mendukung dengan yang di depan dan yang lainnya,” Wanda melanjutkan.
*****
Pukul 09.00 WIB, masing-masing pilot, dimulai dari awak Sukhoi, lalu F-16, mulai masuk ke ruangan lain tempat segala perlengkapan terbang dipajang. Satu per satu mereka memakai G Suit dan pelampung dibantu dengan teknisi bagian alat dan perlengkapan. Sebelum menuju pesawat, ada juga yang menyempatkan berdoa dan berwudhu sejenak.
Sekitar 20 menit kemudian, mereka menuruni tangga terminal menuju pesawat yang parkir di area landasan pacu. Satu per satu menenteng tas berisi helm dan juga masker oksigen. Tak lupa, mereka juga menyelipkan kaca mata hitam untuk menghalau silau sinar matahari yang pagi itu memang sangat terik.
Satu per satu mesin pesawat tempur mulai dinyalakan. Suaranya mesin jet buatan Rusia itu meraung-raung bising cumiakkan telinga. Siapapun yang berada di arena lapangan otomatis menempelkan tangan ke telinga atau menyumbatnya dengan peredam suara. Empat Sukhoi ambil posisi lepas landas, di susul empat lainnya, menjadi titik di ketinggian lalu menghilang di balik awan.
Setelah Sukhoi terbang, giliran awak F-16 yang turun. Mereka berjalan berjejer dengan langkah yang seirama, bak pasukan pengibar bendera. Lettu penerbang Jaka Arastya, awak pilot F-16 yang bertugas mengurus radio komunikasi dan tak ikut terbang sibuk mengabadikan satuannya dengan kamera. “Untuk dokumentasi saja setiap ada misi terbang memang kita selalu ada foto,” kata Jaka.
Raungan pesawat kembali terdengar saat para penerbang mulai menyalakan mesin. Pukul 10.00 WIB, semua pesawat tempur sudah meluncur dari landasan menyisakan suara bising yang perlahan-lahan makin tak terdengar.
*****
Sementara itu dari puluhan anggota TNI Angkatan Udara berseragam biru lainnya sudah mengerumuni layar televisi. Lainnya memantau layar penunjuk koordinat pesawat-pesawat dan beberapa pilot lain bertugas menjaga radio komunikasi.
Di layar televisi, terlihat komandan upacara yakni Kolonel Penerbang Ronald Lucas Siregar memberi laporan tanda upacara bendera detik-detik proklamasi siap dimulai.
Pembaca protokol upacara terdengar memberi aba-aba adanya atraksi dari pesawat F-16 dan Sukhoi milik TNI-AU sebagai ucapan syukur atas Ulang Tahun RI ke-68. Sesaat suara hening dan semua orang yang ada di terminal melotot ke arah televisi. “Masih ada waktu, satu menit lagilah, oke, pas. Ah, terlambat sedikitlah,” kata suara seseorang dengan antusias.
Ke-14 pesawat tempur itu melintas dengan ketinggian yang cukup rendah di sambut riuh suara anggota TNI AU yang ada ada di terminal Haji Selatan di Halim. Ada yang terlihat kecewa karena tak kebagian melihat atraksi tersebut, karena hanya muncul beberapa detik di layar televisi.
“Ya memang cuma lewat saja, segitu doang, di mana-mana independence day juga begitu, di Amerika juga, pesawatnya lewat saja pakai asap,” kata Kolonel Agung sambil tak lepas memperhatikan jalannya upacara.
Pukul 10.55, pesawat mulai terdengar mendekat. Dimulai dengan empat Sukhoi yang datang beriringan, lalu berpencar mengambil formasi landing, dan mendarat satu per satu dengan bantuan parasut udara di belakang pesawat. Tak lama kemudian, giliran F-16 yang mendarat satu pet satu di landasan dan mengambil posisi parkir. Tim teknisi langsung datang mendekat, membantu para awak.
Setiap pilot yang turun dari kokpit pesawat keluar dengan senyuman di sambut jabatan tangan erat dari timnya. Lalu sesama pilot lain pun bersalaman petanda misi telah sukses. “Terima kasih atas segala pikiran dan tenaga dan waktu kalian, tugas ke depan enggak akan lebih mudah dan enggak lebih sulit, pasti akan selalu ada tantangan,” kata Letkol Setiawan yang disambut tepuk tangan seluruh timnya.
Sebagai ucapan syukur, saat itu juga mereka mengambil posisi melingkar, lalu berdoa. Rasa semangat telah sukses terlibat dalam upacara nasional mereka rayakan dengan meneriakkan yel-yel lalu berfoto bersama. Di lapangan pun mulai berdatangan keluarga para pilot, mulai istri, saudara yang menyambut mereka senyum dan pelukan.