Jakarta - Konflik kekerasan bernuansa agama kerap terjadi di Indonesia. Imam Pusat Kebudayaan Islam di New York, Amerika Serikat (AS) mempunyai pandangannya sendiri.

Dia adalah Imam Shamsi Ali. Lelaki 45 tahun kelahiran Indonesia yang telah 17 tahun menetap di AS ini mengibaratkan Indonesia masih layaknya anak remaja yang bertemperamen labil.

"Kalau orang beragama suka marah-marah, maka belum dewasa. Karena Indonesia baru 15 tahun reformasi, baru merasakan kebebasan beragama. 15 Tahun itu masih remaja," kata Shamsi yang berbicara saat Kongres Diaspora Indonesia II di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Selasa (21/8/2013).

Dirinya melihat reformasi telah membawa nuansa kebebasan nyata bagi kehidupan beragama. Namun Indonesia sedang berproses untuk menjadi dewasa.

"Saya merasa benar dan baik, tapi tingkah laku saya kok nggak baik. Kalau kita melakukan kekerasan terhadap orang maka itu adalah paradoks," ujarnya kepada wartawan.

Pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan ini menilai pemerintah Indonesia harus tegas menghukum siapapun yang melakukan tindak kekerasan, tanpa memandang agama dan kelompok pelaku. Karena yang terpenting adalah menegakkan hukum, bukan menuruti keinginan kelompok tertentu.

Ketaatan terhadap hukum bisa mendukung toleransi umat beragama. Dirinya mencontohkan bagaimana ketika Wali Kota New York, Michael Bloomberg, mempersilakan pembangunan masjid di dekat Ground Zero AS, bekas berdirinya menara kembar World Trade Center (WTC) yang roboh diserang teroris.

"Mr Bloomberg mendukung pembangunan masjid. Dia bilang, saya tidak mendukung masjid dan tidak mendukung umat Islam. Tapi saya mendukung UU Kebebasan Beragama yang sudah ada di AS," kisahnya.
(dnu/nwk)

[url]http://news.detik..com/read/2013/08/20/155200/2335321/10/imam-new-york-tentang-kebebasan-beragama-indonesia-belum-dewasa[/url]

Ini orang amerika sok tau aja permasalahan orang lain :