Sejak 25 Juli 2013, seluruh penerbangan komersial dari dan ke Medan telah dipindahkan ke Bandar Udara (Bandara) Internasional Kuala Namu yang terletak di Deli Serdang, Sumatera Utara. Itu berarti berakhirlah pelayanan Bandara Polonia yang telah lebih dari 85 tahun dengan setia mengantarkan para penumpang pesawat udara dari dan ke Medan.

Selain melayani penerbangan dalam negeri, Polonia sebelumnya melayani penerbangan ke sejumlah kota di mancanegara. Polonia juga tercatat sebagai bandara terbesar keempat di Indonesia bila dihitung dari jumlah arus penumpang yang dilayani, setelah Soekarno-Hatta di Jakarta, Juanda di Surabaya, dan Ngurah Rai di Denpasar.

Penamaan Bandara Polonia adalah berdasarkan nama kawasan tempat bandara itu berada. Sebelum menjadi bandara, lokasi itu merupakan lahan perkebunan milik orang Polandia yang bernama Michalski. Dia mendapat konsesi dari Pemerintah Hindia-Belanda untuk membuka perkebunan tembakau di pesisir Timur Sumatera, tepatnya di sekitar Medan, pada 1872. Michalski kemudian menamakan perkebunannya dengan Polonia, yang berarti Polandia dalam Bahasa Latin. Namun tujuh tahun kemudian, konsesi tanah perkebunan itu berpindah tangan ke Deli Maatschappij (Deli Mij). Perusahaan itu mendengar berita bahwa pionir penerbang bangsa Belanda, van der Hoop, akan menerbangkan pesawatnya dari Belanda ke Hindia-Belanda. Maka lahan itu kemudian diserahkan untuk dijadikan lapangan terbang.

Sayangnya, berita itu hanya menjadi berita saja, tanpa kenyataan. Baru pada 1924, rencana kedatangan pesawat terbang itu terdengar kembali. Kali ini, karena mendadak, maka pengerjaan untuk membuat lapangan terbang di Polonia tidak dapat dilakukan. Akhirnya pesawat Fokker yang diawaki van der Hoop

bersama VN Poelman dan van der Broeke mendarat di lapangan pacuan kuda Deli Renvereeniging, dan disambut Sultan Deli, Sulaiman Syariful Alamsyah.

Setelah kedatangan van der Hoop itu, maka Asisten Residen Sumatera Timur CS van Kempen mendesak pemerintah Hindia-Belanda di Batavia, agar mempercepat pengucuran dana untuk menyelesaikan pembangunan lapangan terbang Polonia. Pada 1928 lapangan terbang Polonia dibuka secara resmi, ditandai dengan mendaratnya enam pesawat udara milik KNILM, anak perusahaan KLM, perusahaan penerbangan nasional Kerajaan Belanda, pada landasan yang masih darurat hanya berupa tanah yang dikeraskan.

Mulai 1930, perusahaan penerbangan Belanda KLM serta anak perusahaannya KNILM membuka jaringan penerbangan ke Medan secara berkala. Pada 1936, untuk pertama kalinya dilakukan perbaikan yaitu pembuatan landasan pacu (runway) sepanjang 600 meter di Polonia.

Pada tahun 1975, berdasarkan keputusan bersama Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Perhubungan dan Departemen Keuangan, pengelolaan pelabuhan udara Polonia menjadi hak pengelolaan bersama antara Pangkalan Udara AURI dan Pelabuhan Udara Sipil. Dan mulai 1985 berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1985, pengelolaan pelabuhan udara Polonia diserahkan kepada Perum Angkasa Pura yang selanjutnya mulai 1 Januari 1994 menjadi PT Angkasa Pura II (Persero).

Sampai ditutupnya untuk melayani penerbangan komersial pada 24 Juli 2013, Bandara Polonia mempunyai luas sebesar 144 hektare. Panjang landasan pacunya adalah 2.900 meter, sementara yang dapat digunakan sepanjang 2.625 meter. Hal ini terjadi karena banyaknya benda yang menghalangi di sekitar tempat lepas landas dan mendarat. Polonia juga memiliki 4 taxiway dan apron seluas 81.455 meter.

Begitulah, riwayat Polonia dari lahan perkebunan sampai 85 tahun dengan setia melayani pesawat-pesawat yang datang dan pergi dari Medan.