- Beranda
- Film Indonesia
Sepuluh Film Jadul Peraih Citra
...
TS
ferrydwsyafitra
Sepuluh Film Jadul Peraih Citra
Thread pertama gan jadi maaf kalo masih berantakan
Film perkimpoian
Spoiler for 1.film perkimpoian:
merupakan film Indonesia yang diproduksi pada tahun 1972 dan berhasil memenangkan Piala Citra FFI 1973 antara lain sebagai Film Terbaik, Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Terbaik. Film ini disutradarai oleh Wim Umboh dan diperankan oleh antara lain Sophan Sophiaan, Widyawati dan Kusno Sudjarwadi.
: IstimewaMas Tok (Sophan Sophiaan) adalah anak seorang ningrat kaya yang sedang belajar di Belanda dan berjumpa dengan Inge (Widyawati), seorang karyawati biro perjalanan Nitour. Setelah mereka menikah, Mas Tok terkena suatu penyakit. Ketika mereka kembali ke Indonesia, pasangan ini tak disukai orang tua Mas Tok dan Mas Tok sudah dijodohkan dengan gadis lain. Untung sang gadis sudah punya pacar, sehingga kimpoi paksa tersebut urung dilakukan.
Mas Tok kemudian kembali ke Eropa untuk menyembuhkan penyakitnya. Selama waktu itu, Inge diusir mertuanya karena ketahuan hamil dan dianggap melakukan serong. Ketika Mas Tok kembali dan tidak menemui istrinya, ia menyalahkan orang tuanya, karena sebenarnya bayi itu adalah anaknya. Dalam hujan salju, Mas Tok kembali menemui Inge, persis seperti pada awal pertemuan, kali ini disaksikan orang tua Mas Tok.
Tjoet Nja’ Dhien (1986)
Spoiler for 2. Film Tjoet Nja’ Dhien (1986):
Film debut penyutradaraan Eros Djarot itu butuh waktu dua tahun buat menyelesaikannya. Pemeran utamanya, Christine Hakim jadi legenda hidup gara-gara film ini. Berkat Tjoet Nja’ Dhien, setiap aktris muda pasti menyebutnya sebagai panutan atau bintang idola. Tak ada yang menyangkal pula, sebagai Tjoet Nja’ Dhien, Christine berakting sempurna. Tak cuma Christine saja yang serba bagus di film ini.
IstimewaFilmnya sendiri, sebagai sebuah kesatuan karya sinema, nyaris tanpa cacat (diganjar 8 Piala Citra di FFI 1988). Tjoet Nja Dhien tak berisi uraian biografis kehidupan pahlawan dari Tanah Rencong itu. Melainkan juga berisi drama, pengkhianatan, dan kebesaran jiwa. Tak aneh rasanya kalau Tjoet Nja’ Dhien merupakan puncak pencapaian dunia perfilman kita yang belum terlewati hingga kini.
Naga Bonar (1986)
Spoiler for 3. Film Naga Bonar (1986):
Lewat Naga Bonar, Asrul Sani lagi-lagi membuktikan bakat besarnya sebagai salah satu penulis cerita terbaik yang pernah dipunyai negeri ini. Asrul piawai menghadirkan dialog yang memicu tawa, yang begitu dipikir lebih dalam ternyata mengandung makna luhur. Naga Bonar hadir buat berkelakar. Namun, ia tak berkelakar sembarangan. Yang jadi bahan kelakar justru pejuang negeri saat perang kemerdekaan berlangsung.
IstimewaNaga Bonar menyindir pemujaan pada para pahlawan. Film ini berpesan, tak semua pejuang di masa lampau itu punya niat suci membela negeri. Ada yang cuma bisa bicara saja. Nah, Jenderal Naga Bonar (diperankan dengan gemilang oleh Deddy Mizwar) pun aslinya pencopet. Tapi dari sosok inilah kemurnian perjuangan lahir.
Sebagai karya sinema, Naga Bonar tampil lengkap, berisi sekaligus menghibur, tergarap dengan baik, tanpa cacat cela. Pantas rasanya bila film ini memborong 7 Piala Citra di FI 1987
Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985)
Spoiler for 4. Film Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985):
Film baik tak lekang dimakan zaman. Bertahun-tahun selewat peredarannya, film itu masih asyik buat ditonton. Nah, Kejarlah Daku Kau Kutangkap tipe film seperti itu. Penonton tak sekadar diajak tergelak. Semua ini berawal dari skenario cerdas yang dibuat Asrul Sani, pengarahan kuat dari Chaerul Umam, sang sutradara, yang digenapi akting prima dari Deddy Mizwar, Lydia Kandou, Ully Artha, dan Ikranegara. Hasilnya, film ini layak ditasbihkan sebagai situasi komedi terbaik yang pernah dihasilkan sineas kita.
Asrul berhasil membuat kelakar jenius tentang hubungan pria dan wanita. Dalam film ada hubungan Ramadhan (Deddy) dan Mona (Lydia) yang berkisar antara cinta dan benci, cinta dan gengsi, hingga cinta akhirnya mengalahkan segalanya.
Badai Pasti Berlalu (1977)
Spoiler for 5. Film Badai Pasti Berlalu (1977):
Film karya Teguh Karya yang paling laris ditonton ini saat beredar langsung masuk urutan kedua film terlaris 1978 (ditonton 212.551 orang). Padahal buat Teguh sendiri, ia terpaksa membuat film itu. “… ingin nafas, dan balas budi dari film-film terdahulu yang kurang laku. Selain saya ingin memvisualkan sebuah novel ke dalam bahasa visual,” ujarnya seperti dimuat Pikiran Rakyat pada 1978.
Badai Pasti Berlalu memang diangkat dari novel pop. Hasilnya, ya film pop. Sebelum diangkat jadi film, kisahnya memang sudah populer lebih dulu saat dimuat bersambung oleh Kompas dan kemudian dinovelkan. Hingga saat difilmkan, orang tentu ingin menontonnya. Apalagi yang membuatnya Teguh Karya, sutradara yang piawai membuat film-film bermutu. Selain itu, yang membuat Badai Pasti Berlalu dikenang juga lantaran tata musik berikut lagu temanya yang digubah Eros Djarot. Lagu temanya abadi hingga kini.
Badai Pasti Berlalu memang diangkat dari novel pop. Hasilnya, ya film pop. Sebelum diangkat jadi film, kisahnya memang sudah populer lebih dulu saat dimuat bersambung oleh Kompas dan kemudian dinovelkan. Hingga saat difilmkan, orang tentu ingin menontonnya. Apalagi yang membuatnya Teguh Karya, sutradara yang piawai membuat film-film bermutu. Selain itu, yang membuat Badai Pasti Berlalu dikenang juga lantaran tata musik berikut lagu temanya yang digubah Eros Djarot. Lagu temanya abadi hingga kini.
Senyum di Pagi Bulan Desember
Spoiler for 6.Film Senyum di Pagi Bulan Desember:
Salah satu film yang disutradarai Wim Umboh ini diproduksi pada tahun 1975 dan memenangkan Piala Citra untuk kategori Film terbaik. Film ini bercerita tentang Buang (Kusno Sudjarwadi), Bernardus (Rachmat Hidayat), dan Bakar (Sukarno M.Noor) merupakan narapidana yang melarikan diri saat terjadi pemberontakan di penjara.
Dalam pelariannya, mereka bertemu dengan Bunga (Santi Sardi) seorang gadis cilik yang kesepian karena orangtuanya sibuk bekerja. Rumahnya yang terpencil, jauh dari rumah tetangganya membuat Bunga dapat berkawan dengan tiga narapidana itu. Semakin lama mereka berteman, membuat tiga narapidana tadi satu persatu berubah menjadi manusia biasa kembali. Karena gembira mendapat kawan, Bunga mencuri makanan dari rumahnya untuk tiga sahabat barunya itu. Namun akhirnya ketiga narapidana itu tertangkap kembali. Film ini memenangkan Piala Citra untuk kategori Film terbaik.
Jakarta-Jakarta
Spoiler for 7. Film Jakarta-Jakarta:
Merupakan sebuah film Indonesia yang diproduksi pada tahun 1978. Film ini disutradarai Ami Prijono dan dibintangi antara lain oleh El Manik, Ricca Rachim dan Deddy Sutomo. Film ini merupakan kumpulan sketsa tentang kontras dan kerasnya Jakarta, dari kacamata pendatang. Ada bengkel yang tergusur, pramuria, pengusaha serakah, dan pengangguran. Tumbur Silalahi (El Manik) datang mencari harapan ke Jakarta. Tetapi, baru tiba di pelabuhan Tanjung Priok, dia disambut oleh berandalan yang merampok hartanya, termasuk ijazah sarjana tekniknya dan alamat bengkel pamannya. Akhirnya Tumbur bergabung dengan seniman di Ancol. Sementara ada konflik lain yang muncul ketika bengkel sang paman terancam akan tergusur.
November 1828
Spoiler for 8. Film November 1828:
November 1828 adalah film Indonesia yang diproduksi pada tahun 1979 dan disutradarai oleh Teguh Karya. Film ini dibintangi antara lain oleh Slamet Rahardjo, Rachmat Hidayat dan Yenny Rachman. Film ini menceritakan tentang sebuah kelompok penduduk desa di Jawa yang memberontak melawan pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Film ini mengandung tema loyalitas dan pengkhianatan.
Jalinan kisah November 1828 ini dimulai ketika Kapten Van der Borst, disertai pasukannya, berusaha mengorek informasi tentang lokasi persembunyian Sbaik Prawirodirdjo, tangan kanan Pangeran Diponegoro. Jayengwirono, seorang demang gila jabatan, memberitahukan bahwa Kromoludirolah yang mengetahui informasi tersebut. Kromoludiro pun ditangkap, ditawan di rumahnya sendiri, dan dengan berbagai upaya dipaksa membuka mulut.
Sepanjang proses interogasi dan mata rantai peristiwa yang ditimbulkannya, terlihat bahwa dibalik konflik antara Belanda dan rakyat Jawa ini sebenarnya berkecamuk konflik internal yang tak kalah dahsyat dalam diri tokoh-tokohnya. Film ini mengingatkan bahwa permusuhan atau sikap agresif berlebihan terhadap orang lain seringkali merupakan ungkapan yang tak disadari dari ketegangan dalam diri orang itu sendiri.
Film ini meraih Piala Citra di Festival Film Indonesia 1979 untuk kategori film, sutradara (Teguh Karya), fotografi (Tantra Surjadi), musik (Franki Raden, Sardono W Kusumo, Slamet Rahardjo), artistik (Benny Benhardi, Slamet Rahardjo), Pemeran Pembantu Pria Terbaik (El Manik).
Film Perawan Desa
Spoiler for 9. Film Perawan Desa:
Merupakan film Indonesia yang dirilis pada tahun 1980 disutradarai oleh Frank Rorimpandey dan dibintangi oleh Yati Surachman dan Hendra Cipta.
Film ini mengisahkan tentang Sum Kuning (Yatty Surachman) seorang gadis belia penjual telur yang cantik dari Godean, Yogyakarta. Pada tahun 1970 ia dirudapaksa oleh anak seorang tokoh masyarakat (dan diduga juga oleh beberapa teman anak itu) di kota Yogyakarta.
Kasus ini merebak menjadi berita besar ketika pihak penegak hukum terkesan mengalami kesulitan untuk membongkar kasusnya hingga tuntas. Pertama-tama Sum Kuning disuap agar tidak melaporkan kasus ini kepada polisi. Belakangan tuduhan Sum Kuning dinyatakan sebagai dusta. Seorang pedagang bakso keliling dijadikan kambing hitam dan dipaksa mengaku sebagai pelakunya.
Film ini mengisahkan tentang Sum Kuning (Yatty Surachman) seorang gadis belia penjual telur yang cantik dari Godean, Yogyakarta. Pada tahun 1970 ia dirudapaksa oleh anak seorang tokoh masyarakat (dan diduga juga oleh beberapa teman anak itu) di kota Yogyakarta.
Kasus ini merebak menjadi berita besar ketika pihak penegak hukum terkesan mengalami kesulitan untuk membongkar kasusnya hingga tuntas. Pertama-tama Sum Kuning disuap agar tidak melaporkan kasus ini kepada polisi. Belakangan tuduhan Sum Kuning dinyatakan sebagai dusta. Seorang pedagang bakso keliling dijadikan kambing hitam dan dipaksa mengaku sebagai pelakunya.
Perempuan Dalam Pasungan
Spoiler for 10. Film Perempuan Dalam Pasungan:
Perempuan Dalam Pasungan (internasional: Shackled Woman) adalah sebuah film drama dari Indonesia yang dirilis pada tahun 1980 dan disutradarai oleh Ismail Soebardjo. Film ini dibintangi antara lain oleh Nungki Kusumastuti, Frans Tumbuan dan Rini S. Bono. Film ini memenangkan penghargaan Piala Citra sebagai film terbaik dalam FFI 1981. Film ini juga memenangkan beberapa Piala Citra lainnya untuk beberapa kategori yang lain dalam tahun yang sama.
Film ini tercatat sebagai film layar lebar pertama yang menggambarkan tradisi suku Jawa kuno yang akan memasung orang yang dianggap mengalami gangguan kejiwaan, walaupun orang tersebut adalah anggota keluarga mereka sendiri. Tradisi pasungan ini sendiri telah dilarang untuk dijalankan di Indonesia sejak tahun 1976.
Walaupun cukup terkenal di sejarah perfilman Indonesia. Film Perempuan Dalam Pasungan tidak banyak dikenal di lingkup internasional karena kurangnya pemasaran. Film ini pertama kali diputar di Australia pada tahun 2010 dalam acara Festival Film Indonesia di Melbourne, Victoria.
Film ini mengisahkan tentang Fitria (Nungki Kusumastuti), simbol dari perempuan Indonesia yang rupawan, halus tutur kata, rendah hati, sederhana dan khususnya sangat fleksibel dalam semua hal. Dia selalu menuruti apa perkataaan orang tua dan suaminya (Frans Tumbuan). Dari sinilah semua masalah timbul dan tertuang dalam film ini.
Spoiler for sumber:
Budayakan Komeng supaya tetap lucu
Minta Tolong dan dikasih ya gan thanks
Diubah oleh ferrydwsyafitra 25-07-2013 04:59
0
4.3K
Kutip
15
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Film Indonesia
3.3KThread•3.3KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya