Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Ilmuwan: Pemanasan Global Picu Perang di Tahun 2050
Sejumlah perang, konflik bersenjata dan kerusuhan pada tahun 2050 bisa meningkat setengah karena pemanasan global, menurut sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Sains.

Beberapa peneliti dari Universitas Princeton dan Universitas California Berkeley mendapati bahwa sekalipun hanya sedikit peningkatan temperatur dan curah hujan telah sangat banyak meningkatkan risiko kerusuhan pribadi dan kekacauan sosial sepanjang sejarah manusia.

"Saat ini, ada beberapa hipotesis untuk menjelaskan hubungan antara iklim dan konflik. Misalnya, perubahan iklim mempengaruhi situasi ekonomi, terutama di negara-negara berbasis pertanian, dan orang-orang semakin mengangkat senjata dengan penurunan kondisi ekonomi, mungkin sebagian dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri"- kata salah satu penulis studi Solomon Hsiang dari Universitas Princeton (AS).

Para peneliti itu menganalisis 60 studi dari sejumlah disiplin ilmu, termasuk ilmu jiwa, yang telah meneliti hubungan antara cuaca dan kerusuhan di berbagai bagian dunia dari sekitar 10.000 SM sampai saat ini.

Mereka mendapati sekalipun cuaca bukan satu-satunya penyebab, atau penyebab utama kerusuhan, cuaca tak bisa dibantah menambah parah ketegangan yang ada antar-pribadi dan masyarakat pada semua masyarakat, tak peduli kekayaan atau kestabilan yang ada.

Mereka mendapati satu perubahan standar atau jumlah peralihan penyimpangan dari norma sosial pada panas atau curah hujan memengaruhi kemungkinan kerusuhan pribadi seperti rudapaksaan, pembunuhan, dan serangan. Peristiwa semacam itu naik 4 persen dan konflik antar-kelompok seperti kerusuhan, perang saudara, atau konflik etnik naik sampai 14 persen.

Menurut para peneliti itu, satu penyimpangan standar kurang-lebih sama dengan pemanasan di satu negara Afrika sampai 0,35 derajat Celsius selama setahun penuh, atau pemanasan satu negara di Amerika Serikat sampai 2,9 derajat Celsius selama satu bulan.

Para peneliti tersebut mempelajari tiga kategori konflik: kejahatan dan kekerasan pribadi --yang meliputi pembunuhan, serangan, rudapaksaan dan kekerasan dalam rumah tangga; kerusuhan antar-kelompok serta ketidak-stabilan politik seperti perang saudara, kerusuhan, kekerasan etnik dan penyerbuan atas lahan.

Yang ketiga adalah kehancuran lembaga, yang merupakan perubahan besar dan secara mendadak dalam lembaga yang memerintah atau, dalam kasus yang ekstrem, ambruknya seluruh peradaban.

Mereka mendapati kondisi cuaca ekstrem memperkuat kerusuhan pada ketiga kategori, tak peduli letak geografis, kekayaan masyarakat, atau masa dalam sejarah.

Akibat peningkatan suhu brutal diberbagai negara seperti Afrika dan Amerika Serikat dapat meningkatkan kemungkinan konflik interpersonal 4%, dan kelompok sebesar 14%.

Contoh yang diajukan meliputi peningkatan kekerasan dalam rumah tangga di India dan Australia, peningkatan serangan dan pembunuhan di Amerika Serikat dan Tanzania, kerusuhan etnik di Eropa dan Asia Selatan, penyerobotan lahan di Brazil, penggunaan kekerasan oleh polisi di Belanda, konflik sipil pada seluruh topik, dan bahkan ambruknya kekaisaran China dan Maya.

"Kami menemukan pola yang sama berulang-ulang, tak peduli apakah kami meneliti data dari Brazil, Somalia, China atau Amerika Serikat," kata penulis bersama studi itu Edward Miguel, Direktur Center for Effective Global Action --yang berpusat di Universitas California Berkeley.

"Kita sering berpendapat masyarakat modern sangat terbebas dari lingkungan hidup akibat teknologi canggih, tapi temuan kami menantang pendapat tersebut," katanya.

Temuan itu bisa memiliki "dampak penting" dalam memahami dampak perubahan iklim pada masa depan atas masyarakat manusia, sebab banyak pola iklim global memproyeksikan kenaikan temperatur setidaknya 2 derajat Celsius sampai 2050, kata para peneliti tersebut.

Para ilmuwan memprediksi bahwa pada tahun 2050 tingkat prediksi pemanasan global yang paling "panas" bisa terjadi di berbagai negara dan pemicu konflik antarkelompok bisa naik lebih dari 50%, kecuali generasi berikutnya mampu beradaptasi dengan perubahan suhu yang lebih baik daripada nenek moyang mereka.

sumber
Diubah oleh dragonroar 05-08-2013 10:48
0
1.2K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.2KThread10.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.