Jangan Dilihat

link di atas adalah thread lama yang sempat saya edit, dikarenakan kena bata merah

Update:


[/url]




Begitu juga di tengah kehidupan masyarakat kita, sering kita melihat tulisan dengan kalimat “Jangan buang sampah di sini”, namun di sekelilingnya penuh dengan sampah bau yang menumpuk dan membusuk. Sering pula kita menjumpai tulisan di mulut gang yang berbunyi “Jangan ngebut”, dan kendaraan yang lalu lalang tetap memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Masih perlu contoh yang lain? JANGAN MEMBAYANGKAN JERAPAH WARNA UNGU. Apa yang Anda lakukan? Pasti Anda membayangkan jerapah warna ungu! Nggak ? Tak mungkin…… mengaku sajalah. Kenapa saya begitu yakin kalau barusan Anda membayangkan jerapah warna ungu? Karena secara teori, otak kita tidak mengenal kata negasi. Jangan, tidak, bukan, tak bermakna buat otak, dan yang diterima serta dipahami adalah kata-kata berikutnya dalam kalimat tersebut. “Jangan buang sampah di sini” sama maknanya dengan “Buang sampah di sini”. “Jangan santai” sama dengan menyuruh orang untuk santai. So, berhati-hatilah dalam berbicara, terutama pada anak-anak. Saat Anda mengatakan “Jangan nakal”, “Jangan malas” atau “Jangan bandel”, Anda paham apa yang akan terjadi. Dari pada mengatakan “Jangan terlambat”, lebih baik mengatakan “Silakan datang tepat waktu”.

Jadi, kapan kita boleh menggunakan kata JANGAN? Kata jangan boleh digunakan apabila kalimatnya lengkap dengan konsekuensi yang ditimbulkan. Misalnya, jangan memanjat pohon, karena kalau jatuh sakit. Atau, jangan mandi lama-lama, nanti kau akan kedinginan. Jadi, harus ada asosiasi antara dampak dengan perbuatan yang dilarang.

Menarik sekali fenomena di sekitar kita, yang disebabkan oleh penggunaan kata “Jangan”. Tahukah Anda, kenapa banyak mantan narapidana yang kembali masuk penjara? Mungkin salah satunya karena tulisan yang masih ada di beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang berbunyi “Jangan kembali”. Sekarang kita paham, mengapa orang masih merokok di depan tulisan “Jangan merokok” atau masih berisik di ruangan yang bertuliskan “Jangan ribut”. Sudah tepat apabila di perpustakaan atau rumah sakit, kita biasa menemukan tulisan “Harap tenang”. Semoga kita semua dapat lebih memahami hal ini dan mengaplikasikannya untuk kehidupan yang lebih baik. Amin…..

sumber : [URL[/youtube]

Begitu juga di tengah kehidupan masyarakat kita, sering kita melihat tulisan dengan kalimat “Jangan buang sampah di sini”, namun di sekelilingnya penuh dengan sampah bau yang menumpuk dan membusuk. Sering pula kita menjumpai tulisan di mulut gang yang berbunyi “Jangan ngebut”, dan kendaraan yang lalu lalang tetap memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Masih perlu contoh yang lain? JANGAN MEMBAYANGKAN JERAPAH WARNA UNGU. Apa yang Anda lakukan? Pasti Anda membayangkan jerapah warna ungu! Nggak ? Tak mungkin…… mengaku sajalah. Kenapa saya begitu yakin kalau barusan Anda membayangkan jerapah warna ungu? Karena secara teori, otak kita tidak mengenal kata negasi. Jangan, tidak, bukan, tak bermakna buat otak, dan yang diterima serta dipahami adalah kata-kata berikutnya dalam kalimat tersebut. “Jangan buang sampah di sini” sama maknanya dengan “Buang sampah di sini”. “Jangan santai” sama dengan menyuruh orang untuk santai. So, berhati-hatilah dalam berbicara, terutama pada anak-anak. Saat Anda mengatakan “Jangan nakal”, “Jangan malas” atau “Jangan bandel”, Anda paham apa yang akan terjadi. Dari pada mengatakan “Jangan terlambat”, lebih baik mengatakan “Silakan datang tepat waktu”.

Jadi, kapan kita boleh menggunakan kata JANGAN? Kata jangan boleh digunakan apabila kalimatnya lengkap dengan konsekuensi yang ditimbulkan. Misalnya, jangan memanjat pohon, karena kalau jatuh sakit. Atau, jangan mandi lama-lama, nanti kau akan kedinginan. Jadi, harus ada asosiasi antara dampak dengan perbuatan yang dilarang.

Menarik sekali fenomena di sekitar kita, yang disebabkan oleh penggunaan kata “Jangan”. Tahukah Anda, kenapa banyak mantan narapidana yang kembali masuk penjara? Mungkin salah satunya karena tulisan yang masih ada di beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang berbunyi “Jangan kembali”. Sekarang kita paham, mengapa orang masih merokok di depan tulisan “Jangan merokok” atau masih berisik di ruangan yang bertuliskan “Jangan ribut”. Sudah tepat apabila di perpustakaan atau rumah sakit, kita biasa menemukan tulisan “Harap tenang”. Semoga kita semua dapat lebih memahami hal ini dan mengaplikasikannya untuk kehidupan yang lebih baik. Amin…..

sumber : kompasiana