Riset terbaru menemukan bahwa, orang-orang yang kecanduan minuman-keras (miras) harus berkerja lebih keras dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan mereka.

Para ilmuwan dari Universitas Santiago de Compostela, Spanyol, melakukan penelitian dengan membandingkan para mahasiswa pengonsumsi alkohol dengan mereka yang bukan peminum, dan hasilnya, mereka yang biasa mengonsumsi alkohol harus mamacu otaknya lebih keras untuk menyelesaikan tugas visual secara acak.

Kedua kelompok penelitian diminta untuk bereaksi pada berbagai simbol yang ditampilkan sekejap saat sedang sadar sepenuhnya (tidak mabuk). Menurut laporan Daily Mail, meskipun tidak ada perbedaan dalam kecepatan respon di antara kedua kelompok itu, namun puncak aktivitas otak dari kelompok pengonsumsi alkohol dimulai dari 20 mikrovolt di tahun pertama penelitian, dan 22 mikrovolt pada tahun ketiga. Sedangkan puncak aktivitas otak mahasiswa yang tidak mengonsumsi alkohol selalu dalam keadaan stabil, yaitu sekitar 18 mikrovolt.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal berjudul “Pengaruh Pola Minuman Keras Secara Intensif pada Anak Muda: Sebuah Riset Terbaru Memanfaatkan Potensi Kejadian-Terkait.”

“Temuan ini menunjukkan bahwa anak muda pengonsumsi alkohol menunjukkan anomali dalam aktivitas saraf, termasuk dalam proses kinerja memori yang meningkat setelah berjalan selama 2 tahun," menurut para peneliti dalam abstrak makalah. "Anomali aktivitas saraf ini mungkin mencerminkan disfungsi yang mendasari mekanisme neurofisiologis serta perekrutan tambahan sumber daya kinerja memori untuk memungkinkan para-peminum, melakukan tugas secara memadai.”

Dengan meminum enam botol atau sekitar tiga liter minuman keras, dan dilakukan seminggu sekali, itu sudah termasuk dalam klasifikasi kecanduan miras.

“Hal ini menunjukkan mengapa kita perlu mengubah budaya yang tampaknya telah menjadi kebiasaan yang berlebihan di berbagai universitas,” menurut Emily Robinson, direktur kelompok kampanye Kepedulian Alkohol, pada Daily Mail. "Kecanduan miras membawa banyak risiko dalam segi keamanan mahasiswa, dan juga dari segi kesehatan masa depan mereka, serta kemungkinan untuk berkembangnya permasalahan kecanduan hal-hal lainnya di kemudian hari.”

SUMBER