Wagyu awal mulanya diperkenalkan oleh Jepang sebagai binatang beban untuk membantu mengolah nasi. Atas perintah Shogun, kawanan ternak di Jepang ditutup dan makan daging dari binatang berkaki empat dilarang 1635-1838. Karena medan kasar Jepang dan daerah terisolasi, pemijahan yang berbeda dan teknik yang digunakan makan seperti memijat atau menambahkan bir atau sake untuk rejimen makan mereka. Disarankan bahwa hal ini dilakukan untuk membantu pencernaan dan menyebabkan kelaparan selama musim lembab tetapi nampaknya tidak berpengaruh pada rasa daging itu. Dengan Memijatnya mungkin telah mencegah otot kram pada peternakan kecil di Jepang di mana binatang tidak memiliki ruang yang cukup untuk menggunakan otot mereka.

Ada lima keturunan utama Wagyu (wa berarti "Jepang" dan Gyu berarti "sapi"): Black Jepang, Jepang Brown, Jepang yang disurvei, Jepang Shorthorn, dan Kumamoto Reds. Nama berkembang biak Jepang meliputi: Tajima, Hida (Gif Pref.), Tottori, Shimane, Kochi dan Kumamoto. Prefektur Kumamoto terkenal dengan sapi merah mereka Wagyu. Berbagai hitam lebih terkenal memiliki asal-usul mereka di Kobe.
Secara etimologi, “wagyu” berasal dari kata “wa” yang berarti Jepang, sedangkan “gyu” berarti daging sapi. Yup, bisa langsung ditebak dong asalnya darimana.

sapi wagyu yang di’manja’in ini diberi makanan berkualitas (organik, sayur, biji-bijian, vitamin, kalsium) dan melakukan diet khusus. Selain itu, ternyata mereka juga mendapat treat khusus, seperti dipijat dan diberi sake agar otot-otot nya tidak terasa keras saat dipotong. Tapi tenang, wagyu yang masuk ke Indonesia ataupun hasil ternak asli Indonesia tidak diberi bir atau sake kok, jadi terjamin ke-halal-an nya.

Indonesia belum bisa mengimpor wagyu langsung dari Jepang. Jadi, yang masuk ke Indonesia kebanyakan dari Australia yang merupakan hasil pengembangbiakkan sperma sapi Jepang disana. Awal mula wagyu bisa sampai keluar Jepang: Amerika dan Australia sangat tertarik dengan gen pembentuk lemak pada daging wagyu, sampai-sampai kedua negara itu mengimpor sapi dari Jepang. Hukum di Jepang saat ini melarang mengekspor genetika wagyu. Tapi, wagyu sudah terlanjur diekspor ke Amerika Serikat tiga kali. Sehingga para peternak wagyu Jepang sempat marah dan orang yang bertanggung jawab meloloskan wagyu keluar dari Jepang, Shogo Takeda yang juga salah satu pemulia wagyu ternama di Jepang, dikeluarkan dari Asosiasi Pencatatan Ternak Wagyu Nasional Jepang (yang berfungsi seperti semacam kantor catatan sipil untuk wagyu). Sejak itu belum ada wagyu yang diekspor lagi. Tapi, ternyata pengeksporan ke Amerika itu telah mampu menyebarkan bibit wagyu ke mana-mana. Karena terbatasnya lahan peternakan di Jepang, Jepang sendiri akhirnya mengimpor daging wagyu dari Amerika dan Australia. Kedua negara ini melakukan persilangan wagyu trah murni dengan jenis sapi lain untuk mendapatkan trah murni dan label wagyu.

Separuh lebih lemak (sekitar 52%) dalam wagyu adalah lemak tak jenuh. Mempunyai titik lumer lebih rendah daripada lemak jenuh, serta umumnya mencair dalam suhu ruangan. Sehingga, saat sampai di mulut segera meleleh menjadi minyak yang memberikan citarasa gurih (atau umami bagi orang Jepang).

Sangat Baik menjadi pilihan menu makan diet rendah kolesterol.
Selain fakta-fakta yang telah disebutkan diatas, Winda (Resto Steak Hotel Holycow) pun angkat bicara tentang berbagi perbedaan antara daging wagyu dengan daging sapi lokal, diantaranya:

Wagyu Beef penuh dengan marbling. Daging wagyu memiliki grade yang disebut dengan marbling score wagyu. Biasanya dimulai dari angka 2-12, tapi saat ini point 2 dan 3 tidak dianggap wagyu, sebab marbling-nya tidak banyak. Kalau di Indonesia hanya digunakan marbling dari 4 hingga 9, di atas 9 hanya digunakan di Jepang. Marbling ada di dalam potongan daging wagyu yang berbentuk seperti guratan-guratan putih yang tampilannya seperti marmer, karenanya disebut marbel. Semakin banyak guratan, semakin tinggi marbelnya, maka semakin mahal pula harganya.

Dipegang teksturnya sangat lembek. Daging wagyu yang baik kalau dipegang lunak dan lembek. Sedangkan daging wagyu yang kualitasnya kurang baik memiliki aroma tidak sedap, muncul keluar warna hijau, dan tidak berlendir.

Pemotongan harus mengikuti urat daginynya. Memotong daging wagyu tidak boleh melawan urat daging, agar menghasilkan daging yang lembut. Karena kalau melawan urat potongan daging akan keras.

Tidak keras saat disantap. Daging lokal atau impor memiliki warna merah, karena daging lokal tidak melalui proses aging dan darahnya masih bertahan dalam daging, karena itu daging lokal sangat keras. Proses aging yaitu setelah dipotong, dikuliti, bentuknya seperti karkas (daging sapi digantung terbalik), dan ditaruh dalam ruangan tertutup dengan temperatur yang disesuaikan selama beberapa hari bisa sampai dua pekan karena untuk melemaskan otot-otot pada daging sapi.
Hemm, jadi kebayang kan gimana lezatnya daging wagyu ini? Apalagi kalau kita googling gambar-gambar makanan hasil olahannya, dijamin pasti ngiler deh,