PONORORGO - Tidak semua warga miskin mau menerima bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM). Di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, seorang warga miskin yang tinggal di bekas kandang kambing menolak bantuan tersebut.
Meski tak memiliki rumah dan hanya bekerja sebagai buruh tani, pria lanjut usia (lansia) bernama Misdi, warga Desa Sumberejo, Kecamatan Balong, Ponorogo, itu menolak BLSM dengan alasan masih bisa mencari nafkah sendiri.
Pria berusia 80 tahun itu tinggal di gubuk berukuran dua meter persegi yang tadinya digunakan sebagai kandang kambing. Kondisi gubuk sangat memprihatinkan karena tak ada dindingnya, melainkan hanya diberi pembatas bambu.
Dia mengaku sudah tinggal di tempat itu sejak 13 tahun lalu atau dua tahun setelah istrinya meninggal. Tempat itu dipilih karena dia ingin menyendiri setelah kematian istrinya.
Setiap hari, Misdi bekerja sebagai buruh tani. Dia menggarap lahan milik warga lain di desa itu. Uang hasil bekerja digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari hari.
Meski hidup serba kekurangan, namun Misdi tetap menolak BLSM dari pemerintah.
Saat perangkat desa setempat mengabarkan ia akan mendapat BLSM, dengan tegas Misdi menolaknya. Ia menyarankan agar bantuan tersebut diberikan kepada warga miskin lain.
“Enggak usah saja. Saya tidak perlu. Saya pilih bekerja, saya tidak mau. Kalau diberikan orang lain, enggak apa-apa,” ungkapnya, Minggu (30/6/2013).
Dia menegaskan, BLSM hanya mengajarkan orang menjadi malas.
Sementara itu, prinsip keras Misdi tersebut membuat perangkat desa pasrah.
”Tidak mau, masih mau usaha sendiri. Dia mandiri, ia benar-benar mandiri. Biasanya bekerja jadi buruh tani. Kalau hujan kehujanan, kalau panas kepanasan. Memang rumahnya tidak ada dindingnya,” ujar Sarno, seorang perangkat Desa Sumberejo.
okezone
TEMPO.CO, Palu - Sumardi, pria yang berprofesi sebagai buruh serabutan, menolak Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Kepala Kantor Pos Indonesia Cabang Palu, Arif Yudha Wahyudi, mengatakan Sumardi kemarin mengembalikan kartu BLSM ke kantor pos daerah setempat. “Dia mengembalikan karena berpikir masih banyak warga yang lebih layak tetapi tak dapat bantuan itu,” ujarnya, Rabu, 24 Juli 2013.
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat adalah bantuan yang diberikan pemerintah sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak. BLSM ini rencananya dibagikan selama empat bulan sejak bulan Juli ini, dengan nilai Rp 150 ribu per bulannya. Namun, bantuan yang disalurkan oleh pemerintah ini menuai protes karena banyak yang tak tepat sasaran.
Arif mengatakan, Sumardi mengaku dirinya bekerja hanya sebagai buruh serabutan. Meskipun pendapatannya tak menentu, warga Kelurahan Lolu Utara itu merasa dirinya tak pantas menerima BLSM. "Saya memang ekonomi tidak juga bagus. Tetapi, jika melihat warga lain, sepertinya mereka justru yang lebih pantas menerima BLSM," kata Arif mengutip keterangan Sumardi.
tempo