Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Pahlawan31Avatar border
TS
Pahlawan31
Cerita Batik dari Kampung Laweyan

Laweyan, sebuah kecamatan di Solo, Jawa Tengah ini, terkenal sebagai sentra batik. Lebih sering disebut kampung Laweyan, daerah ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajang. Penduduknya merupakan para pengrajin batik andal, yang mempelajari cara membatik turun-temurun.
Cerita industri batik Laweyan tak seindah motif yang dibuat para pengrajinnya. Jika kini industri batik di kampung tersebut terus menggeliat, itu setelah mengalami proses pasang surut yang cukup panjang.
Gunawan Nizar, Wakil Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan, menceritakan bagaimana masa kelam industri batik Laweyan. Pada era 1970 hingga 1980-an, ternyata regenerasi pengrajin dan pengusaha batik tak berjalan mulus.
Para anak-anak saudagar batik tersebut lebih senang berfoya-foya daripada meneruskan usaha batik orang tuanya. “Saat itu lost regeneration. Anak-anak tidak dididik untuk mempersiapkan usaha batik orangtuanya. Orang tua juga terlalu memanjakannya sehingga kehidupan anak-anaknya hanya berfoya-foya,” kata Gunawan kepada VIVAlife, Selasa 2 oktober 2012.
Sementara itu, generasi sebelumnya sekitar tahun 1950 hingga 1960-an lebih banyak yang melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi. Mereka lebih memilih bekerja secara profesional dan tak mau meneruskan usaha batik orangtuanya.
“Mereka keluar dari Laweyan untuk sekolah. Setelah lulus, ternyata mereka sukses di bidang lain dan nggak mau pulang. Ada yang di luar Solo dan luar negeri,” ujar Gunawan.
Dengan kondisi seperti itu, lanjut dia, jumlah perajin batik di Kampung Laweyan menurun drastis. Hanya tinggal sekitar 10 perajin batik.
“Padahal, dulu hampir semua warga di Laweyan menjadi perajin batik. Mulai dari membatik hingga menjahit pakaian batik,” ungkap pemilik toko batik Putra Laweyan ini.
Lalu pada sekitar tahun 2004, industri batik mulai bergeliat dengan dibentuknya Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan. Forum inilah yang kemudian menjadi urat nadi dalam pengembangan industri batik di Laweyan. Meskipun, pada awal kemunculanya sempat terjadi pro dan kontra dari para perajin batik di kampung tersebut.
“Saat itu ada perhatian dari Pemkot Solo pada masa Walikota Slamet Suryanto untuk melestarikan kampung Laweyan sebagai kampung batik.Setelah itu diresmikan oleh Menteri Malik
Fajar. Selain itu juga dibantu promosi besar-besaran oleh Bu Nina (istri Akbar Tandjung) dengan mengundang ibu-ibu pejabat dan juga Bu Mega,” kata Gunawan.
Eksistensi Kampung Laweyan sebagai kawasan industri batik pun mulai berkembang lagi. Puncaknya, ketika batik diklaim oleh Malaysia.
“Gara-gara klaim itu, nasionalisme untuk memakai baju batik meningkat tajam. Klaim itu menyebabkan permintaan batik di Laweyan naik. Semua orang membabi buta ingin mengenakan batik,” ujar dia.
Perkembangan industri batik di Laweyan kini semakin meningkat. Menurut Gunawan, dampak positif ini makin dirasakan setelah diakuinya batik sebagai intangible heritage oleh UNESCO.
“Kini perajin batik di sini membludak, ada sekitar seratusan perajn. Kampung batik Laweyan menjaadi destinasi wisata batik," ujarnya
suasana kampung batik laweyan :

Spoiler for cekibrootttt:

Bila Anda berada di Solo jangan lupa berkunjung ke sentra batik di Kampung Batik Laweyan. Begitu pesan beberapa kawan kepada sahabatnya yang belum pernah datang ke Solo. Memang betul anjuran itu yang sebenarnya sudah sering sehat dengan reiki dengar dari sahabat baik itu di forum blog, milis ataupun di pertemuan rutin dalam keseharian kerja, di mana sahabat yang pernah datang ke Laweyan ini menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Kampung Batik Laweyan. Apa yang akan diceritakan kalau bukan soal batik.
Sebenarnya Kampung Batik Laweyan sudah terkenal sejak awal kemerdekaan republik ini. Bahkan jauh sebelum itu kampung Laweyan sudah mengukir sejarah dengan munculnya Serikat Dagang Islam ( SDI ) yang dibentuk oleh KH Samanhudi, salah satu saudagar batik terkemuka. Lewat SDI inilah nafas Islam menjadi bagian yang penting dalam perdagangan di Indonesia. Di wilayah ini pula berdiri bangunan Mesjid Laweyan yang konon dibangun pada tahun 1546 Masehi.
Secara geografis Kampung Batik Laweyan berada di Solo Barat dan Selatan Kota Solo. Kawasan ini sejak dulu terkenal sebagai sentra industri batik. Keberadaan sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajang tahun 1546 Masehi. Karena terkenal dengan produksi batiknya maka kampung ini segera menjadi ikon batik pedalaman khususnya di Pulau Jawa di samping batik pesisir produksi Pekalongan, Lasem, Cirebon dan Indramayu. Kampung ini secara cepat menjadi ikon melegenda dan memantapkan diri sebagai pusat kejayaan perkembangan seni batik di kota Solo.
Letak Kampung batik Laweyan sebelah timur berbatasan dengan Kampung Jagalan Bumi Laweyan. Sebelah selatan dibatasi Kali Jenes dan paling barat Kampung Kwanggan. Sebelah utara terdapat ruas jalan Dr. Rajiman yang membentang dari Pasar Jongke hingga Pasar Kabangan. Di ruas utama kampung Batik Laweyan ada jalan Sidoluhur yang diapit bangunan legendaris bertembok tinggi milik para saudagar batik yang pernah mendapat julukan Mbok Mase dan nDoro Nganten Kakung..
Para saudagar batik tadi membuat batik dengan menggunakan cap atau canting sebagai peralatan kerja. Dalam proses pembuatannya menggunakan lilin yang ditorehkan di kain putih. Lilin atau malam digoreskan menggunakan cap tembaga atau canting. Karena dibuat dengan cap maka dinamakan batik cap sedangkan yang menggunakan canting disebut batik carik atau batik tulis. Malam atau lilin ini melekat dikain putih lalu dalam proses pengerjaannya disertakan warna untuk memperindah corak motif batik.
Selama masa pembuatan hingga selesai dipasarkan melibatkan tenaga kerja dari penduduk sekitar Laweyan. Tenaga kerja ini disebut buruh batik. Upaya promosi selanjutnya melalui stiker yang ditempelkan di kain batik yang sudah jadi. Selanjutnya batik dipasarkan di toko batik atau dijual dalam partai besar di Pasar Klewer. Upaya promosi juga dilakukan untuk mengangkat citra batik diantaranya melalui brosur dan sekarang ini menggunakan media internet sehingga penduduk negara lain akan tahu keberadaan batik sebagai hasil karya adiluhung bangsa Indonesia khususnya budaya Jawa.
Hal ini ternyata tidak sia-sia ketika Unesco mengakui batik sebagai warisan budaya Indonesia. Melalui Unesco keberadaan batik telah mendapatkan tempat secara internasional. Adanya pengakuan ini berarti batik telah mendapatkan pasar luar negeri terbukti dengan banyaknya turis asing atau domestik yang berkunjung ke Kampung Batik Laweyan untuk berbelanja sekaligus melihat jalannya proses produksi batik.
Dari kalangan pengusaha pengakuan ini seharusnya direspon pemerintah dengan segera menerbitkan undang-undang yang melindungi para pengusaha batik. "Misalnya perlu ditunjukkan definisi batik yang sebenarnya. Jika prosesnya tidak menggunakan lilin bukan termasuk batik," tutur Widiarso, Pengurus Forum Kampoeng Batik Laweyan sebagaimana dikutip Joglosemar beberapa waktu lalu.
Jika hal itu dilakukan akan bermunculan industri-industri kreatif baru khususnya dalam pembuatan batik.
Ada yang bekerja sebagai tukang cap batik, tukang tolet, nglorot, buruh cuci batik dan pembatik kain tulis yang umumnya dikerjakan oleh ibu-ibu. Mereka bekerja di pabrik batik dan ada juga yang membawa bahan batik untuk di kerjakan di rumah masing-masing. Umumnya pekerja ini bekerja dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore. Terkadang malam hari ada juga yang bekerja lembur.
Tahun 1968 saat produksi batik meningkat ada seorang saudagar batik yang cukup dermawan mengijinkan penduduk sekitar untuk menonton televisi hitam putih setiap malam minggu di pendopo rumahnya dengan syarat ada yang mau membantu melipat kain batik yang belum jadi. Begitu pekerjaan melipat kain batik selesai barulah pesawat hitam putih ukuran 20 inchi dihidupkan. Penduduk ramai-ramai menonton film akhir pekan yang kalau itu TVRI menyiarkan Daktari, Flipper, Bonanza dan siaran iklan niaga. Di kampung itu baru ada 1 pesawat televisi hitam putih milik saudagar batik dan menjadi satu-satunya hiburan akhir pekan bagi penduduk sekitar pabrik batik.
sumber
[URL="www.kampoenglaweyan.com "]sumber[/URL]
sumber
Quote:
0
3.9K
45
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.