Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Pakai Jilbab Karena Alergi Matahari, Dennis Dituduh Muslim dan Dicaci

key.kayAvatar border
TS
key.kay
Pakai Jilbab Karena Alergi Matahari, Dennis Dituduh Muslim dan Dicaci
Pakai Jilbab Karena Alergi Matahari, Dennis Dituduh Muslim dan Dicaci

Pakai Jilbab Karena Alergi Matahari, Dennis Dituduh Muslim dan Dicaci


London - Dennis Queen bukanlah seorang muslimah. Dia hanya seorang wanita Inggris non muslim biasa sebagaimana yang lainnya. Namun keputusannya memakai busana muslimah untuk melindungi diri dari sinar matahari, justru berbuah cacian rasis dari warga Inggris lainnya.

Pengalaman pahit yang dialaminya justru memberikan pemahaman kepadanya soal bagaimana sulit dan beratnya kehidupan yang harus dijalani wanita-wanita muslimah di negara seperti Inggris.

Dennis mengalami suatu kondisi yang dikenal sebagai Polymorphic Light Eruption (PMLE), yang berarti hanya dapat bertahan beberapa menit saja di bawah sinar matahari. Jika terlalu lama berjemur di bawah sinar matahari, kulitnya akan memerah dan gatal.

Karena itu Dennis meyakini keputusannya mencoba mengenakan busana muslimah adalah langkah yang tepat.

"Orang-orang langsung menganggap saya muslim. Saya tidak keberatan dengan itu tapi saya menemukan komentar rasis menjijikkan. Saya sudah disebut pengkhianat ras dan itu benar-benar membuka mata saya untuk jenis rasisme yang harus dirasakan umat Islam sehari-hari," tutur Denni kepada surat kabar Express, sebagaimana dikutip dari onislam, Minggu (21/7/2013).

Saat pertama kali dirinya menyadari terkena PMLE, wanita berusia 40 tahun ini hanya berpikir menggunakan krim matahari dan topi. Tapi ternyata usahanya itu sia-sia. Bahkan demi melindungi tubuhnya dari matahari, Dennis tidak berani keluar rumah.

Dennis lalu mencari jenis busana yang cocok untuk kondisi yang dialaminya. Dia melihat baju muslim adalah solusi ideal. Dia pun akhirnya memutuskan untuk memakai busana muslimah agar dapat hidup normal.

Namun mendapat serangan cacian dan makian rasis setelah keputusannya memakai jilbab karna alergi matahari memang tidak dibayangkan Dennis sebelumnya.

"Burka adalah satu-satunya yang memberikan perlindungan nyata agar terhindar dari matahari dan saya sebenarnya sangat menikmati menggunakannya sekarang," ungkap ibu dari 4 anak ini.

"Semua teman-teman Muslim saya telah sangat mendukung saya memakai ini, sehingga saya benar-benar tidak menyangka. Saya justru benar-benar terkejut oleh ketakutan dan kebencian yang dimiliki orang-orang," tambahnya.

Dennis tidak peduli dengan segala cacian rasis yang dialamatkan kepadanya. Dennis justru mengaku dapat menikmati busana muslimah karena menambah kepercayaan dirinya dan bebas dalam beraktivitas.

Bagi Dennis, jilbab telah membuatnya lebih 'memahami orang' dan menambah rasa percaya dirinya.

"Saya sudah mendapatkan beberapa kali komentar rasis, tapi jujur saya tidak terlalu peduli apa yang mereka pikirkan mengenai saya. Saya memulainya dengan kesadaran diri, tapi saya punya banyak dorongan dari teman, dan saya benar-benar merasa cukup terbebas," katanya.

Dennis juga berharap kisahnya akan menginspirasi orang lain untuk mengambil keputusan yang sama.

"Saya hanya bisa berharap bahwa orang mungkin membaca ini dan mengambil keputusan yang sama dengan yang saya lakukan. Anda tidak perlu menghabiskan banyak uang dengan memakai pakaian khusus atau obat-obatan terbaru. Anda hanya perlu mengambil langkah-langkah praktis untuk menutupi diri," cetusnya.

Inggris adalah rumah bagi hampir 2,5 juta umat muslim. Islam melihat jilbab sebagai aturan wajib berpakaian, bukan sekadar simbol agama yang menampilkan afiliasi seseorang.
nona212
nona212 memberi reputasi
1
2.7K
30
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.