- Beranda
- The Lounge
Tak Kuhadiri Reuni, Sebab Aku Miskin
...
TS
anwarj.malmstee
Tak Kuhadiri Reuni, Sebab Aku Miskin
ASSALAMUALAIKUM
Spoiler for HT:
: Alhamdulillah jadi HT
shakehand2 ASYIKKK TRIT ANE JADI HT ,, THANKS BUAT KASKUSER YANG BAIK HATI YANG SUDAH KOMEN BERMUTU
Misi agan agan sekalian nubi mau numpang bikin trit lebih tepatnya SHARE seblumnya ane mminta maaf kalo trit ane mudah mudahan sih enggak maaf kalo berantakan juga haha... ane nemu artikel ini ga sengaja di G oog le,sdikit menyentuh sih gan isinya. ini pengalaman orang lain sih tapi ane juga kadang pernah ngerasain
Spoiler for judul:
Tak Kuhadiri Reuni, Sebab Aku Miskin
Spoiler for cerita 1:
Booming Facebook, Booming Reuni
Ini semua gara-gara Facebook. Hebat betul media sosial yang satu ini mempengaruhi bahkan mengubah hidup manusia. Bayangkan saja, teman sekolah, saudara, teman sepermainan waktu kecil, mantan kekasih, mantan teman satu kantor, yang sudah puluhan tahun tak berjumpa, yang kita pikir sudah hilang ditelan bumi, tiba-tiba dalam hitungan minggu atau bulan saja, sudah ditemukan, bahkan sudah bisa kontak lagi. Ini benar-benar sebuah keajaban dunia maya !
Booming Facebook, diikuti dengan maraknya penyelenggaraan acara reuni, sebab pertemuan di dunia maya dirasa tak cukup lagi memuaskan rasa rindu pada teman di masa lalu. Beragam undangan reunipun berdatangan. Dari reuni SD hingga reuni kantor. Sayang saya tidak bisa menghadiri seluruh undangan reuni itu karena berbagai alasan.
Selalu ada perasaan yang sama manakala kita menghadiri acara reuni : perasaan bahagia ketika rindu terobati ,saat akhirnya dapat berjumpa lagi dengan sahabat tercinta yang telah hilang bertahun-tahun. Rasa haru biru yang menyelinapi hati saat menyalami Bapak dan Ibu Guru yang sudah sepuh, juga suasana nostalgia yang begitu melenakan, yang membuat kita tak ingat umur, terlupa sejenak bahwa kita kini sudah menjadi orang tua. Obrolan dan canda tawa yang terjalin, sangat menghanyutkan kita ke masa muda, saat kita masih sekolah dulu. Ah asyiknya ..
Tak menghadiri reuni sebab miskin
Dalam sebuah kunjungan ke rumah famili saya di Bandung, saya terlibat obrolan serius dengan seorang kerabat dekat saya. Kerabat saya itu seorang laki-laki yang usianya lebih muda beberapa tahun dibawah usiaku. Pekerjaan sehari-harinya adalah berjualan bensin eceran di sebuah kios kecil di pinggir jalan raya di kota Bandung. Sebut saja nama kerabatku itu Fahmi.
Dengan pekerjaan seperti itu, tentu saja Fahmi tidak bisa membuat keluarganya (istri dan ketiga anaknya ) hidup nyaman berkecukupan secara materi. Itu terlihat dari rumah beserta isinya yang sangat sederhana dan terkesan seadanya. Dan disini, di atas sehelai karpet di ruang keluarga yang sempit, kami berbincang hangat tentang segala hal, maklum sudah lama tidak bertemu.
Kebetulan saya dan Fahmi satu sekolah saat di SD dulu. Kepada Fahmi saya menyampaikan rencana acara reuni akbar SD untuk semua angkatan yang akan dilaksanakan selepas Lebaran nanti. Mendengar kabar itu, Fahmi hanya terdiam dan tampak tercenung. Tadinya saya tidak terlalu memperhatikan perubahan air mukanya. Namun setelah mendengarkan kata-katanya, gantian sayalah yang tercenung cukup lama
” Aku tak akan menghadiri acara reuni dimanapun, sebab aku miskin “
Kata – kata yang keluar dari mulutnya terdengar begitu pelan dan sedih. Saya terhenyak mendengarnya, namun sudah dapat menduga kelanjutan kalimatnya.
“ Aku malu pada teman-teman yang sudah kaya dan sukses “
“ Apa hubungannya reuni dengan kaya- miskin ? ayolah datang ! yang penting silaturahminya. Lagi pula tak akan ada orang yang bertanya-tanya apakah kita ini kaya atau miskin ! “, bantahku. Bantahan yang aku tahu terdengar sangat klise dan sangat naïf jika tidak dapat dikatakan bodoh.
Fahmi hanya tersenyum, menghela nafas, dan menggeleng. “ Aku nggak akan datang “. Pembicaraan tentang reunipun berhenti sampai disitu, tak dilanjutkan lagi sampai saya dan suami pamit pulang.
Spoiler for cerita 2:
Kadang Reuni Memang menjadi Ajang Pamer
( Ukuran Kesuksesan Kaum Hedonis : HARTA )
Apa yang pertama kali ditanyakan di acara reuni, saat pertama kali berjumpa dengan teman-teman yang sudah lama sekali tidak bertemu ? apakah pertanyaan seputar : sekarang tinggal dimana ? sudah married ? anaknya sudah berapa ?. Mungkin terdengar seperti pertanyaan biasa saja, basa-basi normal yang acap kali terlontar dalam setiap pergaulan. Namun bahkan pertanyaan sesederhana itu menjadi sangat sensitif bagi sebagian orang yang (mohon maaf) belum mendapatkan jodohnya sementara usia semakin menua umpamanya, atau bagi pasangan yang belum mendapatkan keturunan padahal sudah bertahun-tahun menikah. Jadi jangankan pertanyaan soal kaya atau miskin ( yang mana pertanyaan seperti ini mustahil dilontarkan dalam keadaan serius), perkara sudah menikah dan memiliki keturunan saja sudah cukup membuat sebagian orang enggan menghadiri acara reuni, karena merasa malu dan minder.
Katakanlah pertanyaan -pertanyaan standar sudah terlampaui, lalu masuklah kita pada pertanyaan berikutnya, yakni soal pendidikan, soal pekerjaan, soal karir, dsb. Nah disinlah letak permasalahannya. Ketika pembicaraan sudah menyangkut masalah-masalah itu, akan ada teman-teman yang merasa sangat enggan untuk menjawab, karena merasa minder, sebab pendidikan dan pekerjaannya tak terlampau bergengsi, tak terlampau berkelas dan menghasilkan income yang besar untuk dibanggakan. Beberapa teman lagi memilih menghindar dengan tidak menghadiri reuni, daripada harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan serupa itu.
Saya tidak dalam kapasitas menilai acara-acara reuni yang sudah saya hadiri, karena saya sangat menghargai teman-teman yang sudah bersusah payah menyelenggarakan acara tersebut, dan sebab saya sangat menghormati teman-teman saya. Lagi pula semua acara reuni yang saya hadiri, jauh dari kesan hedonik.
Namun di luar itu, kita melihat betapa banyak reuni yang digelar dengan sangat megah di hotel-hotel berbintang, dengan acara dan sajian makanan minuman serba mewah dan melimpah, lebih mirip sebuah pesta ketimbang reuni. Oh ya tentu saja mereka yang hadir adalah orang-orang yang sudah sukses, sudah kaya raya, atau sudah menjadi pejabat atau tokoh ternama di negeri ini. Terlihat dari penampilan mereka yang serba gemerlap , juga terlihat dari deretan mobil mewah yang terparkir di pelataran hotel, dengan petugas keamanan dan kepolisian berseliweran di sekitar area reuni.
Apakah mereka teman-teman kita ? ya tentu saja, mereka adalah teman-teman kita, teman sekolah kita. Bahkan mungkin saja mereka adalah teman sebangku kita, yang terbawa nasib menjadi orang yang sukses secara duniawi. Perkara mereka telah terlihat bak penduduk negeri langit, jangan lupa sudah berapa masa kita tak berjumpa dengan mereka ? jangan lupa juga, waktu yang telah lama terlampaui membuat manusia berubah. Tak hanya fisiknya, namun sifat dan karakternya pun bisa saja berganti.
Tak usah heran jika kemudian dalam kesempatan reuni, kita menemukan teman karib kita begitu membanggakan penampilannya yang serba wah, menceritakan dengan penuh semangat perawatan wajah yang dia jalani, tatkala teman-teman yang lain memuji kemulusan kulitnya. Menceritakan dengan sumringah perjalanan-perjalanan bisnisnya ke kota-kota besar dunia , seraya mempermainkan tali tas Hermesnya yang berharga puluhan juta. Jika sudah begini, tak ada gunanya kita membanggakan anak kita yang hafal 5 juz Al Quran, atau juara Olimpiade Fisika, atau rasa syukur karena anak kita diterima di perguruan tinggi negeri. Tak ada manfaatnya, karena sama sekali bukan itu ukuran kesuksesan kaum hedonik.
Lebih banyak teman-teman yang kurang beruntung
Lalu bagaimana dengan teman-teman yang belum sukses ? bagaimana dengan teman-teman yang bekerja mencari nafkah membanting tulang menjual bensin eceran dan tambal ban seperti Fahmi ? yang tinggal di rumah kontrakan terselip di pelosok gang sempit yang kumuh dan pengap ? yang hanya memiliki kendaraan sepeda motor cicilan ?. Apakah orang-orang seperti Fahmi akan memiliki cukup keberanian untuk hadir ke acara reuni semegah itu ? Fahmi tidak berani, dan saya rasa banyak orang seperti Fahmi yang juga tak cukup memiliki nyali untuk melakukannya.
Saya sangat memaklumi perasaan Fahmi. Sebab bagi orang yang tidak mampu, pembicaraan tentang kelimpahan materi di antara teman yang sukses hanya akan melukai perasannya. Dia mungkin tidak merasa iri dengan keberhasilan teman-temannya, tapi dia jelas merasa sedih. Betapa tidak merasa sedih, jika dilihatnya teman-teman sepermainannya hidup serba berkecukupan, sementara dia serba berkekurangan ?
Saya jadi berpikir, pantas saja acara- acara reuni yang saya datangi, hanya dihadiri sebagian kecil saja dari jumlah keseluruhan yang tercatat dan seharusnya hadir. Kemanakah gerangan teman-teman yang lain ? mengapa tidak ada kabar beritanya ?. Tadinya saya berpikir, mereka mungkin sibuk, atau terkendala jarak yang jauh. Namun melihat Fahmi, saya jadi berpendapat lain. Mungkin karena mereka yang tidak hadir itu memiliki alasan yang sama dengan Fahmi : merasa malu menghadiri reuni karena miskin.
( Ukuran Kesuksesan Kaum Hedonis : HARTA )
Apa yang pertama kali ditanyakan di acara reuni, saat pertama kali berjumpa dengan teman-teman yang sudah lama sekali tidak bertemu ? apakah pertanyaan seputar : sekarang tinggal dimana ? sudah married ? anaknya sudah berapa ?. Mungkin terdengar seperti pertanyaan biasa saja, basa-basi normal yang acap kali terlontar dalam setiap pergaulan. Namun bahkan pertanyaan sesederhana itu menjadi sangat sensitif bagi sebagian orang yang (mohon maaf) belum mendapatkan jodohnya sementara usia semakin menua umpamanya, atau bagi pasangan yang belum mendapatkan keturunan padahal sudah bertahun-tahun menikah. Jadi jangankan pertanyaan soal kaya atau miskin ( yang mana pertanyaan seperti ini mustahil dilontarkan dalam keadaan serius), perkara sudah menikah dan memiliki keturunan saja sudah cukup membuat sebagian orang enggan menghadiri acara reuni, karena merasa malu dan minder.
Katakanlah pertanyaan -pertanyaan standar sudah terlampaui, lalu masuklah kita pada pertanyaan berikutnya, yakni soal pendidikan, soal pekerjaan, soal karir, dsb. Nah disinlah letak permasalahannya. Ketika pembicaraan sudah menyangkut masalah-masalah itu, akan ada teman-teman yang merasa sangat enggan untuk menjawab, karena merasa minder, sebab pendidikan dan pekerjaannya tak terlampau bergengsi, tak terlampau berkelas dan menghasilkan income yang besar untuk dibanggakan. Beberapa teman lagi memilih menghindar dengan tidak menghadiri reuni, daripada harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan serupa itu.
Saya tidak dalam kapasitas menilai acara-acara reuni yang sudah saya hadiri, karena saya sangat menghargai teman-teman yang sudah bersusah payah menyelenggarakan acara tersebut, dan sebab saya sangat menghormati teman-teman saya. Lagi pula semua acara reuni yang saya hadiri, jauh dari kesan hedonik.
Namun di luar itu, kita melihat betapa banyak reuni yang digelar dengan sangat megah di hotel-hotel berbintang, dengan acara dan sajian makanan minuman serba mewah dan melimpah, lebih mirip sebuah pesta ketimbang reuni. Oh ya tentu saja mereka yang hadir adalah orang-orang yang sudah sukses, sudah kaya raya, atau sudah menjadi pejabat atau tokoh ternama di negeri ini. Terlihat dari penampilan mereka yang serba gemerlap , juga terlihat dari deretan mobil mewah yang terparkir di pelataran hotel, dengan petugas keamanan dan kepolisian berseliweran di sekitar area reuni.
Apakah mereka teman-teman kita ? ya tentu saja, mereka adalah teman-teman kita, teman sekolah kita. Bahkan mungkin saja mereka adalah teman sebangku kita, yang terbawa nasib menjadi orang yang sukses secara duniawi. Perkara mereka telah terlihat bak penduduk negeri langit, jangan lupa sudah berapa masa kita tak berjumpa dengan mereka ? jangan lupa juga, waktu yang telah lama terlampaui membuat manusia berubah. Tak hanya fisiknya, namun sifat dan karakternya pun bisa saja berganti.
Tak usah heran jika kemudian dalam kesempatan reuni, kita menemukan teman karib kita begitu membanggakan penampilannya yang serba wah, menceritakan dengan penuh semangat perawatan wajah yang dia jalani, tatkala teman-teman yang lain memuji kemulusan kulitnya. Menceritakan dengan sumringah perjalanan-perjalanan bisnisnya ke kota-kota besar dunia , seraya mempermainkan tali tas Hermesnya yang berharga puluhan juta. Jika sudah begini, tak ada gunanya kita membanggakan anak kita yang hafal 5 juz Al Quran, atau juara Olimpiade Fisika, atau rasa syukur karena anak kita diterima di perguruan tinggi negeri. Tak ada manfaatnya, karena sama sekali bukan itu ukuran kesuksesan kaum hedonik.
Lebih banyak teman-teman yang kurang beruntung
Lalu bagaimana dengan teman-teman yang belum sukses ? bagaimana dengan teman-teman yang bekerja mencari nafkah membanting tulang menjual bensin eceran dan tambal ban seperti Fahmi ? yang tinggal di rumah kontrakan terselip di pelosok gang sempit yang kumuh dan pengap ? yang hanya memiliki kendaraan sepeda motor cicilan ?. Apakah orang-orang seperti Fahmi akan memiliki cukup keberanian untuk hadir ke acara reuni semegah itu ? Fahmi tidak berani, dan saya rasa banyak orang seperti Fahmi yang juga tak cukup memiliki nyali untuk melakukannya.
Saya sangat memaklumi perasaan Fahmi. Sebab bagi orang yang tidak mampu, pembicaraan tentang kelimpahan materi di antara teman yang sukses hanya akan melukai perasannya. Dia mungkin tidak merasa iri dengan keberhasilan teman-temannya, tapi dia jelas merasa sedih. Betapa tidak merasa sedih, jika dilihatnya teman-teman sepermainannya hidup serba berkecukupan, sementara dia serba berkekurangan ?
Saya jadi berpikir, pantas saja acara- acara reuni yang saya datangi, hanya dihadiri sebagian kecil saja dari jumlah keseluruhan yang tercatat dan seharusnya hadir. Kemanakah gerangan teman-teman yang lain ? mengapa tidak ada kabar beritanya ?. Tadinya saya berpikir, mereka mungkin sibuk, atau terkendala jarak yang jauh. Namun melihat Fahmi, saya jadi berpendapat lain. Mungkin karena mereka yang tidak hadir itu memiliki alasan yang sama dengan Fahmi : merasa malu menghadiri reuni karena miskin.
Spoiler for cerita 3:
Seharusnya persahabatan tidak terhalang status sosial
Saya tetap merasa bersyukur, karena sebagian besar teman-teman saya tidak berkelakuan aneh, meski mereka telah sangat sukses dari segi materi dan status sosial di masyarakat. Hanya segelintir saja yang bersikap sangat ajaib, kalau tidak bisa dibilang norak dan berlebihan dalam memamerkan kekayaannya. Mereka ini sangat tidak empatif terhadap orang-orang yang kesusahan.
Bagi orang yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi, harta sama sekali bukan ukuran kesuksesan, dan sama sekali bukan syarat bagi terjalinnya sebuah pertemanan. Dari dulu sampai kapanpun, teman tetaplah teman, tak boleh ada yang menghalangi, apalagi hanya sekedar harta yang sifatnya sementara.
Saya hanya ingin mengatakan bahwa reuni tidak pernah salah. Yang salah adalah segelintir oknum hadirinnya. Hadirin yang berlagak jadi orang yang paling penting sedunia, yang bersikap mentang-mentang. Orang-orang seperti inilah yang membuat teman-teman yang kurang beruntung, menjadi enggan hadir, dan menyebabkan tujuan reuni tidak tercapai.
Sementara pendapat saya bagi teman-teman yang enggan menghadiri reuni karena faktor ketiadaan harta, percayalah bahwa sebagian terbesar dari kami adalah orang-orang yang memandang persahabatan adalah sesuatu yang sangat bernilai dalam hidup kami. Tak perlu malu menghadiri reuni hanya karena ketiadaan harta, karena kami tak peduli. Kami hanya rindu padamu, kami hanya ingin mendengar kabar, bahwa engkau tetap sehat dan penuh semangat dalam mengarungi kehidupan ini. Selebihnya, tak penting lagi.
Tentu saja kami mengerti perasaanmu, perasaan tidak setara dihadapan teman-teman yang lain. Tapi ingat, engkau tidak mengetahui apa yang telah kami lalui dalam puluhan tahun hidup kami. Dan jika engkau menganggap kami berhasil, kami merasa bersyukur. Namun engkau juga harus tahu, bahwa ukuran keberhasilan dan kebahagiaan kami, bukan semata-mata sebanyak apa harta yang kami miliki. Kami hanya ingin berteman denganmu, selamanya
Saya tetap merasa bersyukur, karena sebagian besar teman-teman saya tidak berkelakuan aneh, meski mereka telah sangat sukses dari segi materi dan status sosial di masyarakat. Hanya segelintir saja yang bersikap sangat ajaib, kalau tidak bisa dibilang norak dan berlebihan dalam memamerkan kekayaannya. Mereka ini sangat tidak empatif terhadap orang-orang yang kesusahan.
Bagi orang yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi, harta sama sekali bukan ukuran kesuksesan, dan sama sekali bukan syarat bagi terjalinnya sebuah pertemanan. Dari dulu sampai kapanpun, teman tetaplah teman, tak boleh ada yang menghalangi, apalagi hanya sekedar harta yang sifatnya sementara.
Saya hanya ingin mengatakan bahwa reuni tidak pernah salah. Yang salah adalah segelintir oknum hadirinnya. Hadirin yang berlagak jadi orang yang paling penting sedunia, yang bersikap mentang-mentang. Orang-orang seperti inilah yang membuat teman-teman yang kurang beruntung, menjadi enggan hadir, dan menyebabkan tujuan reuni tidak tercapai.
Sementara pendapat saya bagi teman-teman yang enggan menghadiri reuni karena faktor ketiadaan harta, percayalah bahwa sebagian terbesar dari kami adalah orang-orang yang memandang persahabatan adalah sesuatu yang sangat bernilai dalam hidup kami. Tak perlu malu menghadiri reuni hanya karena ketiadaan harta, karena kami tak peduli. Kami hanya rindu padamu, kami hanya ingin mendengar kabar, bahwa engkau tetap sehat dan penuh semangat dalam mengarungi kehidupan ini. Selebihnya, tak penting lagi.
Tentu saja kami mengerti perasaanmu, perasaan tidak setara dihadapan teman-teman yang lain. Tapi ingat, engkau tidak mengetahui apa yang telah kami lalui dalam puluhan tahun hidup kami. Dan jika engkau menganggap kami berhasil, kami merasa bersyukur. Namun engkau juga harus tahu, bahwa ukuran keberhasilan dan kebahagiaan kami, bukan semata-mata sebanyak apa harta yang kami miliki. Kami hanya ingin berteman denganmu, selamanya
sekian dulu ya gan trit dari ane ... mudah mudahan sedikit berguna ane juga mohon komengya juga jangan cuma dibaca doang
Spoiler for referensinya gan:
http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2013/07/16/tak-kuhadiri-reuni-sebab-aku-miskin-577214.html
Spoiler for penting:
WaSSALAMUALIKUM
makasih lagi buat yg sudah ngasih ane ijo ijo..lumayah buat buka puasa
Spoiler for :
Quote:
Original Posted By openmindmafia►emang bener gan reuni sekarang lebih orientasinya ke pamer pameran daripada silaturahminya
tapi yang bisa ane tangkep sih harusnya si miskin ini datang saja lah ke reuni atas dasar memang untuk silaturahmi, nah terus ente pikir aja mungkin aja sohibnya yang kaya raya 7 turunan dateng juga ke reunian dan ketemu si miskin dan ngobrol ngalur ngidul ,akhirnya tau si miskin emang hidupnya pas pasan
nah pas ngedenger si miskin ngomong gitu si kaya ber inisiatif mbantu si miskin dengan minjemin modal lah atau ngasih tempat usaha
mungkin aja kan?
Rejeki sudah ada yang ngatur gan
intinya kita juga harus sadar reuni itu adalah ajang silaturahmi
Tambahin di pejwan gan
tapi yang bisa ane tangkep sih harusnya si miskin ini datang saja lah ke reuni atas dasar memang untuk silaturahmi, nah terus ente pikir aja mungkin aja sohibnya yang kaya raya 7 turunan dateng juga ke reunian dan ketemu si miskin dan ngobrol ngalur ngidul ,akhirnya tau si miskin emang hidupnya pas pasan
nah pas ngedenger si miskin ngomong gitu si kaya ber inisiatif mbantu si miskin dengan minjemin modal lah atau ngasih tempat usaha
mungkin aja kan?
Rejeki sudah ada yang ngatur gan
intinya kita juga harus sadar reuni itu adalah ajang silaturahmi
Tambahin di pejwan gan
Quote:
Original Posted By JAMBANANA►kata emak ane, biasanya emang yg datang ke acara reuni adalah orang2 yg udah sukses gan...
Kalo adek ane lucu lg gan...
Temen2nya pada reuni, pas nyampe tempat reuni, adek ane dateng cuma bentaran trus pulang. Apa pasal? Ternyata tempat yg dipake buat reuni itu kayak semacem bar gitu... dan adek ane merasa gak nyaman aja, sebab adek ane udah berjilbab :-)
Dan kebanyakan temen2 dia kaget juga dengan perubahan adek ane...
Pekiwan gan kalo bole...
Kalo adek ane lucu lg gan...
Temen2nya pada reuni, pas nyampe tempat reuni, adek ane dateng cuma bentaran trus pulang. Apa pasal? Ternyata tempat yg dipake buat reuni itu kayak semacem bar gitu... dan adek ane merasa gak nyaman aja, sebab adek ane udah berjilbab :-)
Dan kebanyakan temen2 dia kaget juga dengan perubahan adek ane...
Pekiwan gan kalo bole...
Quote:
Original Posted By lakulelaki►menyentuh sekali ceritanya, gan. Tapi memang gak selamanya reuni jadi ajang pamer-pameran harta. Ada juga cerita lainnya yang sama sekali gaj diduga. Ini sih cerita emak ane dulu pas masih muda .
Emak ane waktu itu belum menikah karena sibuk kerja dan kuliah. Atau mungkin beliau punya alasan lain kenapa pada usia cukup matang untuk ukuran perempuan belum juga punya pasangan. Suatu saat dia menghadiri reuni akbar SMA nya di Bogor. Dari sana dia bertemu dengan banyak teman lama yang sudah bermetamorfosis dalam hal kehidupan. Kaya, miskin, sukses, belum sukses, semuanya berkumpul dalam suka cita. Nah yang paling berkesan bagi emak ane waktu ketika dia bertemu dengan mantan pacarnya waktu kelas 1 SMA. Dari sana emak tahu ternyata sampai saat itu mantanya belum menikah juga alias masih perjaka tongtong. Tuhan memang selalu membuat rencana yang tak terduga dan pasti indah, buktinya mantan pacarnya itu sekarang sudah menjadi orang yang paling setia mendampingi hidupnya hampir 27 tahun lebih. Betul gan, mantan pacar emak ane itu adalah bapak ane
makasih gan maaf kepanjangan. pekiwan juga boleh
Emak ane waktu itu belum menikah karena sibuk kerja dan kuliah. Atau mungkin beliau punya alasan lain kenapa pada usia cukup matang untuk ukuran perempuan belum juga punya pasangan. Suatu saat dia menghadiri reuni akbar SMA nya di Bogor. Dari sana dia bertemu dengan banyak teman lama yang sudah bermetamorfosis dalam hal kehidupan. Kaya, miskin, sukses, belum sukses, semuanya berkumpul dalam suka cita. Nah yang paling berkesan bagi emak ane waktu ketika dia bertemu dengan mantan pacarnya waktu kelas 1 SMA. Dari sana emak tahu ternyata sampai saat itu mantanya belum menikah juga alias masih perjaka tongtong. Tuhan memang selalu membuat rencana yang tak terduga dan pasti indah, buktinya mantan pacarnya itu sekarang sudah menjadi orang yang paling setia mendampingi hidupnya hampir 27 tahun lebih. Betul gan, mantan pacar emak ane itu adalah bapak ane
makasih gan maaf kepanjangan. pekiwan juga boleh
Quote:
Original Posted By AyyubTheHero►menyentuh, nice share!
Quote:
Original Posted By AlvienRizki►belom pernah ngerasain reuni...
smoga aja kita semua bisa bersikap empatif seperti yang seharusnya di cerita itu
nice thread gan!
smoga aja kita semua bisa bersikap empatif seperti yang seharusnya di cerita itu
nice thread gan!
Quote:
Quote:
Original Posted By CurlHargo►thread bagus gan...
ceritanya inspiratif & menyentuh sekali...
ceritanya inspiratif & menyentuh sekali...
Quote:
Original Posted By apalho►Nice share dah
Quote:
makasih gan
Quote:
0
163.3K
Kutip
1.9K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.2KThread•91.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya