as4madunAvatar border
TS
as4madun
INDONESIA Masuki Krisis Pangan? Presiden SBY Sudah Ramalkan Sembako akan Mahal


Harga Sembako Kian Tak Terkendali, di Mana Pemerintah?
Rabu, 10 Jul 2013 09:16 WIB

Menjelang dan saat memasuki bulan suci Ramadhan ini, harga sembilan bahan pokok (sembako) kian melambung tinggi. Kesannya, harga-harga itu sangat tak terkendali. Di beberapa kota di Aceh seperti Bireun, Lhokseumawe dan Langsa, harga daging sapi menyentuh Rp120.000 per kilogram (kg). Sementara di ibukota propinsi, yakni Banda Aceh, mencapai Rp130.000 per kg.

Harga ikan pun ikut naik. Ikan Bandeng dijual Rp25.000 per kg. Sebelumnya Rp20.000 per kg. Udang windu Rp100.000 per kg, sebelumnya Rp75.000 per kg. Di Kota Medan, Sumatera Utara, harga daging sapi sedikit "murah" ketimbang di Aceh, yakni Rp90.000 per kg dari sebelumnya Rp80.000 per kg. Daging ayam sedikit naik yakni Rp28.000 hingga Rp30.000 per kg. Dalam keadaan normal, harga daging ayam dipatok paling tinggi Rp22.000 per kg.

Beras, kini dijual dengan harga paling rendah Rp9.800 per kg. Padahal pekan lalu di level Rp8.900 per kg. Minyak goreng dan gula dijual dengan harga Rp11.500 dan Rp12.000 per kg, naik 10% dari sebelumnnya. Harga sembako lainnya mungkin juga turut naik. Lalu, pakah kenaikan itu akan dibiarkan begitu saja tanpa kontrol pemerintah dengan alasan itu adalah "MEKANISME PASAR"? Peran pemerintah seperti tak terlihat, walau sudah melakukan pasar murah. Terimakasih
http://www.medanbisnisdaily.com/news.../#.UeTF5tLfCfc

Katanya Negara Agraris, Tapi Kok Serba Mahal??
Jumat, 7 Juni 2013 - 11:11

Jakarta, Seruu.com - Mulai dari kasus korupsi yang semakin masif dan menyeret sejumlah nama-nama pejabat negara hingga persoalan melonjaknya beberapa harga bahan pangan yang meroket menjadi cobaan terberat untuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan menteri-menteri di Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Anehnya, Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan alam yang melimpah. Predikat tersebut melekat dikarenakan Indonesia cukup berhasil dalam swasembada pangan, seperti beras.

Sepertinya predikat itu pantas dipertanyakan seiring dengan sikap pemerintah yang semakin rajin mendatangkan bahan pangan dari negara lain. Sebagai negara dengan kekayaan alam yang sangat besar, harga kebutuhan pangan di dalam negeri justru mahal. "Memang aneh, negara Agraris kok justru bahan pangan semua mahal, ada yang paling mahal di dunia bahkan," ujar asosiasi pedagang pasar seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran, Kamis (6/6/2013).

Beragam reaksi dari SBY pun menanggapi lonjakan sejumlah harga bahan pangan yang meroket. Bahkan SBY pun sempat geram dan tidak bisa menahan amarahnya ketika mendapati lonjakan harga kebutuhan pokok masyarakat. SBY mengaku marah karena kinerja anak buahnya yang tidak maksimal menjaga stabilitas harga pangan di pasaran, sehingga membuat masyarakat sengsara. Bahkan, dengan sedikit nada keras, SBY meminta menterinya tidak tidur jika harga bahan pangan masih tinggi.

"Ini tidak boleh begini. Ketika ada krisis harga pangan dan minyak 2008 meluas karena itu global, bermalam-malam berhari-hari kita bekerja. Kalau tingkatannya masih seperti ini hanya beberapa komoditas yang mengalami kenaikan tidak wajar, selesaikan. Jangan tidur kalau perlu sampai selesai," katanya di Istana Negara pada Maret lalu. Ini beberapa rangkuman bahan pangan yang meroket di akhir pemerintahan SBY :

1. Jengkol dan petai
Harga jengkol dibeberapa pekan terakhir ini meroket menembus Rp. 50.000-Rp. 60.000/Kg dari harga normal Rp 8.000-Rp 10.000/Kg. Bahkan harga jengkol lebih tinggi dari harga daging ayam boiler yang hanya Rp 26.122/Kg. Tak hanya jengkol, petai pun ikut meroket tajam. Biasanya petai dijual Rp 5.000 untuk per papan, tapi sekarang naik menjadi tiga kali lipat.

2. Daging sapi
Kisah daging sapi lebih mengejutkan bahkan mengenaskan. Pasalnya, harga daging di Indonesia menjadi harga daging termahal dibandingkan negara-negara lainnya. Di Indonesia harga daging stabil di level Rp 90.000/Kg, sedangkan di beberapa negara lainnya seperti Malaysia dijual USD 0,43 atau sekitar Rp 50.000/Kg, Singapura dengan harga Rp 40.000-Rp 50.000/Kg, bahkan di Australia hanya menjual Rp 20.000/Kg.

3. Bawang putih dan bawang merah
Beberapa waktu yang lalu, harga bawang putih dan bawang merah sempat melejit. Hal ini terjadi karena tingkat ketergantungan Indonesia akan pasokan bawang dari negara lain yang cukup tinggi. Sehingga, ketika pasokan impor tersendat, disisi lain produksi dalam negeri tidak maksimal harga otomatis merangkak naik. Harga bawang merah sempat menyentuh level Rp 60.000/Kg sedangkan bawang putih pada level Rp 65.000/Kg.

4. Kedelai
Tahun lalu, tahu dan tempe sempat menghilang dari pasar. Hal ini disebabkan oleh merekotnya harga kedelai yang membuat pengusaha tahu dan tempe memutuskan untuk mogok. Harga kedelei pada waktu itu menyentuh Rp 8.000/Kg. Imbas dari kenaikan kedelai dan mogoknya para pengusaha tahu dan tempe, ikut dirasakan oleh masyarakat selaku konsumen. tahu dan tempe adalah kebutuhan sehari-hari, namun sulit untuk mereka dapatkan. Kalaupun ada, harganya jauh lebih tinggi dari biasanya.

5. Cabe
Kenaikan harga bawang di pasaran menjadikan harga cabe ikut naik. Kenaikan harga cabe hampir melebihi 100 persen. Harga cabe yang biasanya hanya Rp 25.000/Kg, naik menjadi Rp 60.000/Kg. Saat ini apa langkah pemerintah ? Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan Gita Wirjawan hanya mampu berjanji untuk mengendalikan harga pangan di dalam negeri. Dengan cara menjamin stok sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) untuk konsumsi masyarakat aman. Gita juga menjamin Bulog pasti akan menyediakan stok beras yang cukup. "Kami menjamin untuk ketahanan beras atau stok bahan pokok lainnya yang ada di Bulog bagi kebutuhan masyarakat di bulan Ramadan dan lebaran aman," kata Gita Wirjawan.

Gita meminta masyarakat tidak khawatir meskipun pola konsumsi cenderung meningkat di bulan puasa dan lebaran. Untuk mengantisipasi kenaikan harga akibat pembatasan kuota impor sejumlah bahan pangan, pihaknya akan terus melakukan pengawasan proses distribusi mulai dari distributor hingga ke konsumen
http://utama.seruu.com/read/2013/06/...ok-serba-mahal

Gita Wirjawan Perparah Impor Pangan
Kamis, 4 Juli 2013 | 16:52 WIB

Institut For Global Justice (IGJ) bersama aliansi Gerak Lawan (Gerakan Rakyat Melawan Neokolonialisme dan Imperialisme) menggelar aksi protes di depan kantor Kementerian Perdagangan di Jakarta, Kamis (4/7/2013). Mereka menolak keputusan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan melalui Permendag nomor 16 tahun 2013 tentang ketentuan impor produk holtikultura. “Kebijakan telah memperparah impor pangan di Indonesia,” ujar M Riza Damanik, Direktur Eksekutif IGJ. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 16 Tahun 2013 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura baru disahkan April lalu. Dalam Permedag yang baru ini, ada 18 jenis produk hortikultura yang impornya tidak lagi dibatasi dengan kuota, di antaranya bawang putih, bawang putih bubuk, cabai bubuk, kubis, bunga krisan, bunga heliconia, bunga anggrek, dan beberapa produk hortikultura olahan. Padahal, dalam atura sebelumnya, ada 57 produk sayur dan buah yang masuk dalam ketentuan pengetatan impor.

Menurut Riza, keputusan Menteri Perdagangan itu hanya alat promosi pemerintah Indonesia untuk menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Menteri ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Bali pada Desember mendatang. “Kami menilai, prestasi WTO terus memburuk, yang ditandai dengan semakin menurunnya kualitas perdagangan nasional kita. Juga rentannya kebijakan Indonesia dari kriminalisasi negara-negara industri melalui instrumen WTO,” katanya.

Riza mencontohkan, pada Januari 2013, pemerintah AS menggugat pemerintah Indonesia ke Mekanisme Penyelesaian Sengketa (Dispute Settlement Mechanism) WTO karena mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60/2012 tentang rekomendasi impor produk holtikultura karena dianggap terlalu protektif. Padahal, menurut Riza, aturan pembatasan impor holtikultura ini dikeluarkan setelah Indonesia diserbu berbagai komoditas pertanian murah, terutama kentang dan bawang putih dari AS, Australia, dan China. Situasi itu merugikan petani kecil dan mengancam keamanan pangan di Indonesia.

Bukti lainnya, kata Riza, adalah protes Asosiasi Industri Udang AS terkait kebijakan pemerintah Indonesia memberikan sejumlah paket subsidi kepada pelaku usaha budidaya udang, termasuk pembudidayaan udang skala kecil. Sementara itu, M Ikhwan, aktivis dari Serikat Petani Indonesia (SPI), menganggap membanjirnya impor produk holtikultura, terutama sayur-sayuran dan buah-buahan, telah merugikan petani lokal karena tidak sanggup bersaing dengan produk impor.
http://www.berdikarionline.com/kabar...or-pangan.html

Setahun lalu:
Presiden SBY Isyaratkan Sembako Bakal Serba Mahal
Aug 16 2012

Jakarta [Berita Dewan]: Siapapun, khususnya masyarakat kelas bawah, bersiaplah menghadapi harga sembilan bahan pokok (sembako) yang serba meroket. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan, masa harga pangan murah telah berakhir.

Presiden Yudhoyono mengatakan, hampir seluruh negara di dunia saat ini tidak lagi hanya mewaspadai krisis energi, tapi juga mewaspadai ketahanan pangan nasional negara masing-masing. Demikian pula halnya dengan Indonesia.“Era pangan murah nampaknya telah berakhir,” kata Presiden SBY saat menyampaikan pidato kenegaraan di DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (16 Agustus 2012).

Tingginya harga pangan, diproyeksikan masih akan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Karena itu Indonesia dituntut harus mampu menyediakan ketersediaan pangan yang memadai melalui optimalisasi sumber daya domestik. Indonesia wajib mengamankan penyediaan pangan pokok, utamanya beras. “Target penetapan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014, meskipun memerlukan kerja keras kita semua harus dapat kita wujudkan. Swasembada pangan harus kita perluas dan kita tingkatkan,” tegas SBY.

Menurut SBY, pergerakan dan tingginya harga minyak dunia harus terus dipantau. Tujuannya agar subsidi BBM tidak terus membengkak dan pemerintah dapat melakukan langkah-langkah antisipasi. “Kita harus mengambil langkah yang tidak merugikan rakyat,” katanya. Pemerintah, Yudhoyono menambahkan, terus berupaya menyehatkan subsidi BBM melalui pembatasan dan penghematan, agar beban APBN dapat dikurangi secara bertahap. Dengan cara itu, alokasi subsidi BBM dapat digunakan untuk peningkatan pembangunan infrastruktur. Pemerintah juga terus mencari, mengembangkan dan memanfaatkan energi baru dan terbarukan sebagai alternatif. “Kecuali jika ada perubahan harga minyak mentah yang dramatis, yaitu meroketnya harga minyak itu, kita tidak begitu saja menaikkan harga BBM kita, melainkan mencari solus untuk sehatnya APBN kita,” tukas SBY lagi.
http://www.beritadewan.com/presiden-...l-serba-mahal/

JK: Sembako Mahal karena Kebanyakan Ekspor
Selasa, 1 April 2008 22:46 wib

JAKARTA - Kenaikkan harga kebutuhan pokok yang terjadi belakangan ini bukan karena kekurangan stok, namun lebih disebabkan sikap produsen yang mengekspor produknya. Hal itu dikatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat menutup Rapimnas Kadin 2008, di JHCC, Senayan, Jakarta, Selasa (1/4/2008) malam. "Naiknya harga sembako lebih banyak disebabkan oleh kegiatan ekspor akibat harganya tinggi di pasar internasional,? tukas Kalla dalam pidato penutupannya.

Harga komoditi yang saat ini melambung, jelas Kalla, yakni terigu, kedelai, dan minyak goreng. "Stok di dalam negeri banyak, lalu diekspor,? ujarnya. Sementara, untuk komoditas harga barang lainnya seperti gula dan beras, lanjut JK, masih dalam kisaran harga yang aman.
http://jakarta.okezone.com/read/2008...anyakan-ekspor

Ego Sektoral Penyebab Sembako Mahal?
27 January 2011 09:34 WIB

Sejak beberapa bulan terakhir harga sejumlah kebutuhan pokok di berbagai wilayah tanah air meroket. Kondisi tersebut mendatangkan keresahan yang demikian hebat bagi kebanyakan masyarakat di tanah air, termasuk di Kota Dumai, Provinsi Riau. Sejak beberapa pekan terakhir, harga kebutuhan pokok di kota berjuluk Mutiara Pantai Sumatera ini kian membumbung terutama untuk jenis beras. Harga barang pangan satu ini mengalami kenaikan yang signifikan. Dari Rp10 ribu untuk jenis beras berkualitas bagus, saat ini menjadi Rp14 ribu per kilogram.

Begitu juga dengan harga bahan kebutuhan bokok lainnya, seperti minyak goreng, bawang, gandum, dan sayur-sayuran. Sementara untuk cabai, meski mengalami penurunan harga, namun tetap dirasa mahal. Ketidakstabilan harga kebutuhan pokok membuat kebanyakan masyarakat di sana terpaksa menghemat biaya konsumsi mereka.

Kondisi tersebut membuat sejumlah kalangan pejabat pemerintahan di sana angkat bicara. Mereka berpandangan, mahalnya kebutuhan pokok disebabkan cuaca yang tidak menentu atau ekstrem, hingga mengakibatkan para petani di berbagai wilayah pemproduksi pangan sering gagal panen. "Semua ini tidak lepas dari faktor cuaca yang menyebabkan kebanyakan petani gagal panen," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Investasi (Disperindagin) Kota Dumai, H Djamalus, Rabu (26/1).

Kendati demikian, ia memastikan bahwa merangkaknya harga bukanlah ditentukan oleh para produsen, namun merupakan mekanisme pasar, yaitu para distributor dan agen karena khawatir dengan stok beras yang semakin hilang di pasaran sehingga mengharuskan mereka untuk melakukan penimbunan. Di lain pihak, berdasarkan hasil survei Yayasan Lembaga Kosumen Indonesia (YLKI) Provinsi Riau, mahalnya harga kebutuhan pokok terutama beras belakangan ini antara lain disebabkan oleh munculnya isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Ego Sektoral?
Sementara itu, seorang pemerhati ekonomi dari Universitas Riau, Restu, berpandangan, krisis ekonomi yang menyebabkan mahalnya harga sejumlah kebutuhan pokok disebabkan kentalnya ego sektoral yang mewarnai arah kebijakan sumber penghasil pangan nasional. Ego sektoral ini mengarah kepada dua kebijakan, baik itu kelembagaan di birokrat tingkat pusat maupun daerah, ataupun yang menghalangi upaya pengembangan industri di sektor ketahanan pangan.

Berdasarkan pengamatan pemerhati, lemahnya koordinasi di tingkat pusat dan daerah jadi kendala utama pengembangan sektor pangan. Hal itu kontraproduktif dengan potensi investasi di sektor produk pangan yang kini menyebabkan mahalnya bahan yang menjadi konsumsi keseharian masyarakat Indonesia. "Selama ini pemerintah selalu memandang bahwa mahalnya harga kebutuhan pokok seperti beras, sayuran, dan gandum disebabkan cuaca buruk atau gagal panen para petani yang berada di daerah penghasil. Namun berdasarkan pengamatan ekonomi, hal itu belum dibenarkan karena sebenarnya masih dapat diantisipasi dengan langkah proaktif pemerintah mencari wilayah produktif," kata Restu. Berdasarkan pandangannya, pemicu mahalnya barang kebutuhan pokok di Indonesia tidak terkecuali Riau atau Dumai terjadi karena munculnya aturan di tingkat pusat maupun daerah yang menyudutkan ketahanan pangan itu sendiri.
http://www.antarariau.com/berita/133...ko-mahal?.html

Harga Pangan Merangkak Naik, FAO Ramalkan Dunia di Ambang Krisis Pangan
Kamis, 13 Januari 2011, 00:45 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dunia sedang menghadapi ancaman menurunnya produksi pangan akibat perubahan iklim. FAO memprediksi sejak 2009-2015 produksi pangan dunia merosot hingga lima persen. Saat ini secara global, harga pangan dunia sudah naik hingga 35 persen, sedangkan harga gandum sudah melonjak hingga 50 persen dan akan membawa efek berganda. Harga beras internasional saat ini juga terus naik. Di Thailand harga beras telah mencapai 500 dolar AS per ton, bahkan di California mencapai 875 dolar AS.

Terkait hal ini, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Ade Komarudin mendesak pemerintah segera bergerak cepat mengantisipasi ancaman krisis pangan pada 2011 menyusul sinyal dari FAO, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia. "Depinas SOKSI mendesak pemerintah untuk mengantisipasi secara serius berbagai peringatan tersebut. Jika pemerintah tidak, maka dikhawatirkan menjadi bola liar yang sangat membahayakan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, termasuk kehidupan para petani?" kata Ade Komarudin kepada wartawan di Gedung DPR Senayan Jakarta, Rabu.

Kenaikan harga pangan dunia ini akan berdampak langsung bagi kondisi pangan nasional karena tingkat ketergantungan masyarakat masih tinggi khususnya impor bahan pangan, tambahnya. Terkait kondisi harga pangan nasional, SOKSI mencatat pada minggu pertama tahun 2011 masih diwarnai dengan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok atau Sembako. Kenaikan rata-rata bahan pokok seperti beras, minyak, telur, gula dan terigu antara dua hingga tiga ribu rupiah per kilogram di pasar tradisional, bahkan kenaikan harga pada cabai telah mencapai Rp120 ribu per kilogram. "Kenaikan harga kebutuhan pokok dan bahan pangan akan menjadi pukulan berat bagi rakyat khususnya warga miskin. Hal ini disebabkan pengeluaran maupun kemampuan daya beli keluarga miskin terhadap pangan menempati persentase yang sangat besar dari total pengeluaran keluarga," katanya.
http://www.republika.co.id/berita/br...-krisis-pangan

PBB Peringatkan Berlanjutnya Fluktuasi dan Tingginya Harga Pangan Sampai 10 tahun ke Depan
Selasa, 28 Agustus 2012 02:54 WIB

Paris (ANTARA News) - Fluktuasi dan tingginya harga pangan akan terus bertahan dan negara-negara perlu memastikan bahwa mereka memiliki stok yang cukup, kepala lembaga pangan PBB mengatakan dalam sebuah wawancara pada Senin. "Harga pangan akan tetap tinggi dan akan berfluktuasi dalam 10 tahun ke depan," kata Ketua Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Jose Graziano da Silva dalam sebuah wawancara dengan harian Prancis Le Monde, lapor AFP. "Untuk menjaga ketahanan pangan dan menghadapi harga yang lebih tinggi, masing-masing negara harus memastikan bahwa mereka memiliki stok untuk menutupi kebutuhan mereka untuk antara satu minggu hingga satu bulan," ia menambahkan.

Indeks Harga pangan (FPI) FAO, sebuah ukuran perubahan bulanan dalam sekeranjang komoditas pangan, melonjak enam persen pada Juli, karena kekeringan mengirimkan harga jagung dan gandum melonjak. Graziano mengatakan, situasi ini tidak mengancam seperti pada 2007-2008 ketika harga pangan melonjak dipicu kerusuhan, sehingga harga beras, yang merupakan makanan pokok terbesar, tetap stabil.

Dia memperkirakan bahwa koordinasi internasional telah meningkat berkat inisiatif untuk meningkatkan transparansi di pasar pertanian yang dibawa oleh Kelompok 20 ekonomi utama (G20). Prancis, Meksiko dan Amerika Serikat yang akan mengadakan konferensi jarak jauh pada Senin, untuk membahas apakah akan mendesak pertemuan G20 untuk merencanakan tanggapan terhadap kenaikan harga."Pertemuan pertama forum ini tidak boleh ditafsirkan sebagai tanda panik, namun keinginan untuk koordinasi yang lebih baik," kata Graziano.
http://www.antaranews.com/berita/329...a-harga-pangan

--------------------------------



Negeri agraris bisa krisis pangan? Terlalu!
Terus apa artinya lagu Koes plus dulu, Indonesia itu tanah surga?


emoticon-Turut Berduka
Diubah oleh as4madun 16-07-2013 04:35
0
4.8K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.