Formasi, taktik dan Strategi dalam sepakbola adalah Hal yang wajib dilakukan sebelum pertandingan dimulai, strategi apapun boleh dilakukan oleh Manajer tim, banyak pilihan strategi yang dapat dimainkan oleh sang Pelatih, Namun tidak untuk strategi yang satu ini
Quote:
Taktik Haram (Negative Football)
Tim-tim sepakbola yang mempunyai ciri-ciri menyerang mungkin menyetujui judul yang ada di atas seperti Brazil, Belanda, dan Spanyol yang merupakan kultur sepakbolnya menyerang. Tim-tim di atas harus menerima kekalahan dengan taktik ini dengan cara yang menyakitkan, ini dikarenakan Catenacio menerapkan taktik pertahanan grendel yang anti bagi tim-tim berkultur menyerang dan harus menerima kekalahan dengan cara yang menyakitkan Sejarah
Catenaccio sebenarnya dipengaruhi oleh verrou atau rantai, sistem yang diperankan oleh pelatih Austria Karl Rappen. Sebagai pelatih Swiss, Karl memainkan posisi defensive sweper yang disebut juga verrouilleur, yang posisinya adalah sebagai seorang bek yang berdiri tidak sejajar dengan bek lainnya atau tepatnya sedikit berada di dekat depan kiper. Rappan sendiri awal menciptakan taktik ini sewaktu melatih klub asal Swiss, Servette pada tahun 1932 yang memainkan 4 bek dengan sistem man-to-man marking, ditambah seorang playmaker di lapangan tengah dan dua pemain sayap.
Lalu mengapa Catenaccio selalu identik dengan negara Italia? Nereo Rocco lah orangnya yang mengembangkan sistem ini, taktik Rocco sering disebut sebagai realnya Catenaccio yang ditunjukkan pertama kali pada tahun 1947 dengan Triestina : formasi yang paling terkenal pada saat itu adalah 1-3-3-3 dengan taktik yang benar-benar defensive. Dengan taktik tersebut Triestina duduk di posisi kedua dan banyak mengejutkan pengamat sepakbola pada saat itu. Selain dengan 1-3-3-3, 1-4-4-1 dan 1-4-3-2 menjadi andalan dari Nereo Rocco.
Setelah era Rocco berakhir, pada tahun 1960-an pelatih yang berasal dari Argentina Helenio Herrera benar-benar memanfaatkan taktik ini. Intermilan yang dilatih oleh Helenio dibuatnya menjadi tim yang sangat ditakuti dan disegani oleh tim-tim yag mereka lawan sehinggan Inter dijuluki sebagai El Grande Inter atau Inter yang besar. Prestasi yang diraih antara lain beberapa Scudetti, dua gelar Liga Champion, dan dua gelar Interlontinental pada saat itu.
Catenaccio sendiri memperkenalkan sebuah posisi yang cuku kontroversial yang bernama Libero atau Swepper yang memainkan posisi di belakang 3 bek sejajar yang telah kita sebutkan di atas. Selain sebagai pemain bertahan, Swepper juga berperan besar sebagai kunci dari Counter Attack sebuah tim ketika bertanding. Pemain yang paling terkenal di posisi ini adalah Frans Backenbauer.
Di zaman Hererra sendiri, 4 bek akan menjaga dengan ketat para penyerang yang ingin mencoba menyerang lewat berbagai sisi sementara itu sweeper akan mencari celah untuk mendapatkan bola yang hilang atau bebas akibat sudah terkover oleh 4 bek tersebut dan akan mencoba melakukan counter atack dengan bola yang hilang tersebut.
Semalam pertandingan antara Portugal melawan Israel yang bberakhir seri juga menggunakan strategi ini dipihak ISRAEL menerapkan strategi Catenaccio untuk menghadapi Portugal, dan terbukti Pemain Termahal dunia Cristiano Ronaldo tak bisa berkutik. peluang selalu dihadang Dengan jumlah bek yang banyak.
Sedangkan nanti malam Indonesia akan menjamu Saudi Arabia, apakah nanti Rahmad Darmawan akan memakai Taktik ini, kita Lihat saja nanti, mengingat lawan kita bukanlah tim Sembarangan, jika Malaysia saja yang sudah dipersiapkan bertahun tahun dibantai Arab Saudi 4 - 1 bagaimana dengan Indonesia yang hanya 1 Minggu.