Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hudapurwandokoAvatar border
TS
hudapurwandoko
RUMAH ANYO
Hati saya terketuk dan seketika ingin membuat tulisan ini ketika tadi sewaktu sahur saya melihat tayangan di sebuah tv swasta kita, dalam tayangan tersebut hanya berdurasi sekitar 10 menitan ,namun dari 10 menit tersebut betapa luas makna dan harapan dalam tayangan itu. “Rumah Anyo” ,seperti judul tulisan saya ini, tayangan tersebut menceritakan sebuah rumah di kawasan Slipi ,tepatnya di Jalan Anggrek Nelli Murni A-110, Slipi. Letaknya sangat dekat dengan RS Dharmais, dan RSAB Harapan Kita, mengenai kedekatan letak tersebut juga mendasari dan melatarbelakangi pendirian “Rumah Anyo” ini.
Belum ada yang menarik bukan , tapi nanti dulu, ini baru saja dimulai , “Rumah Anyo” didirikan oleh seorang ibu bernama Pinta Manulang pada Juni 2012 lalu, rumah tersebut beliau dedikasikan untuk mengenang puteranya yang benrama Andre,lalu apa hubungannya dengan “Anyo”?, “Anyo” merupakan panggilan kesayangan ibu Pinta buat Andre, Andre sendiri meninggalkan dunia ini karena mengidap kanker darah. Sampai disitu pasti anda sudah mulai menebak-nebak kan apa itu “Rumah Anyo”.
Sebelum saya menanggapi “Rumah Anyo”,mari sejenak apa yang melatarbelkangi pendirian Rumah Anyo ini, secara lebih dalam lagi, maklum dari tayangan tv tadi pagi, hanya sedikit dikupas mengenai latar belakangnya tersebut, dari situ saya dibuat penasasaran dengan sosok Ibu Pinta dengan Anyo ,lalu jari saya mulai menggelitik ke sebuah mesin pencari ternama yang juga pasti menjadi andalan kita semua . Tanpa butuh waktu lama, saya mendapati kisah Anyo dan ibu Pinta tersebut, Disini saya kutip kisah tentang Ibu Pinta dan Anyo .
“Pinta lantas menceritakan kisah Anyo sejak terserang leukemia hingga dijemput Sang Pencipta. Saat awal sakit, Anyo sama sekali tidak menunjukkan bahwa dirinya menderita kanker darah. Oleh beberapa dokter yang memeriksa, Anyo divonis sakit tifus. "Tapi, tidak sembuh-sembuh. Tubuh Anyo malah semakin kurus. Kami jadi bingung," ungkap Pinta.

Diliputi kecemasan yang luar biasa, Anyo akhirnya menjalani observasi total di salah satu rumah sakit swasta di kawasan Cinere, Kota Depok. Hasilnya cukup mengejutkan, leukositnya tinggi sekali hingga mencapai seratusan ribu keping. Dari kondisi tersebut, diagnosis Anyo terkena leukemia sangat kuat. Tanpa pikir panjang, Pinta lalu membawa Anyo ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Saat itu Anyo masih berusia 11 tahun dan duduk di kelas 6 SD. Dia dibawa ke RSCM pada Oktober 2000. Kebetulan, saat itu sedang ada kerja sama antara RSCM dan Academisch Medisch Centrum (ACM) Belanda, semacam RS pendidikan di Indonesia. Kerja sama itu terkait dengan penanganan penderita kanker.

Anyo menjadi bagian dari model kerja sama penanganan penderita kanker tersebut. Karena itu, November 2000, dia diterbangkan ke Belanda untuk menjalani perawatan di Negeri Kincir Angin tersebut. Pengobatan kanker di ACM rata-rata sejenis kemoterapi.

Total Anyo menjalani pengobatan di ACM sekitar 3,5 bulan. Setelah kondisinya membaik, dia diperbolehkan pulang ke tanah air. Dia lalu melanjutkan sekolah di bangku SMP.

Tapi, saat menyiapkan diri menghadapi ujian kelas 3 SMP, tiba-tiba kondisi kesehatan Anyo turun drastis. Dia lantas diterbangkan ke Belanda lagi untuk menjalani pengobatan. Tidak membutuhkan waktu lama, dia diperbolehkan pulang karena kesehatannya sudah pulih kembali.

Kondisi memburuk terjadi lagi ketika Anyo duduk di kelas 3 SMA dan menghadapi ujian akhir. Bahkan, kali ini agak parah. "Dugaan saya, pemicunya karena Anyo stres. Sebab, dua kali dia drop ketika akan menghadapi ujian," ujarnya. "Tapi, kata dokter bukan itu penyebabnya."

Saat kondisi Anyo turun drastis menjelang kuliah itu, tim dokter di Belanda menyarankan agar dia menjalani transplantasi stem cell (sel induk atau sel punca). Kala itu sel induk yang akan ditransplantasikan ke Anyo adalah milik Andri Manullang, anak kedua Pinta, yang masih 15 tahun.

"Si adik tidak keberatan. Dia ikhlas demi membantu kesembuhan kakaknya," kenang Pinta.

Operasi transplantasi dilakukan pada 9 Mei 2007 dan berlangsung lancar. Awalnya, transplantasi stem cell itu dinilai cukup berhasil. Kondisi Anyo terus membaik. Setiap tes kesehatan, komposisi sel darahnya normal. Anyo pun sempat mengenyam kuliah di Amsterdam, Belanda.

Tetapi, setahun kemudian, April 2008, kesehatan Anyo turun lagi. Kali ini dokter sudah kehabisan cara. Sebab, transplantasi sel induk setahun sebelumnya dianggap sebagai upaya akhir. Anyo pun disarankan untuk menjalani kemoterapi umum.

Saran itu dijalankan Pinta. Dia membawa Anyo untuk menjalani kemoterapi yang sedianya berlangsung enam kali. Tetapi, saat memasuki kemoterapi ketiga, kondisi Anyo benar-benar lemah. "Saya harus legawa. Menangis bombay percuma, malah membuat Anyo stres," katanya.

Melihat kondisi anaknya yang "tak berpengharapan lagi", Pinta sempat menawari Anyo untuk tetap dirawat di Belanda atau pulang ke Indonesia. Anyo pun seperti menyadari umurnya tidak lama lagi. Karena itu, dia memilih pulang ke tanah air. Benar saja, tidak lama kemudian, tepatnya 7 Desember 2008, pemuda cerdas itu akhirnya mengembuskan napas terakhir dengan damai. (sumber : www.jpnn.com )
Sangat menyedihkan membaca kisah Ibu Pinta di atas, dari pengalaman panjang itulah Ibu Pinta mendirikan Rumah Anyo , rumah tersebut ditujukan untuk tempat singgah dan menginap untuk anak-anak penderita kanker beserta pendampingnya, dari cerita diatas juga kita tahu, bahwa penyakit kanker tersebut membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalamperawatan dan pengobatan, bisa dibayangkan keluarga penderita kanker khususnya yang berada diluar Jakarta atau di pinggiran Jakarta, untuk bolak balik ke kawasan RS Dharmais dan Harapan Kita, tentunya akan mengelurakan banyak waktu dan banyak biaya.
Nah, kali ini saya sudah yakin pasti kita sudah tahu fungsi “Rumah Anyo” tersebut, saat ini Rumah Anyo menampung sekitar 70 pasien kanker khususnya anak-anak, dan telah kehilangan sekitar 12 anak karena meninggal dunia. Di rumah tersebut memang tidak sama sekali diberikan perawatan medis, namun bukan berarti itu tidak mebantu, disitu para penderita kanker berkumpul dan menjadikan kekuatan mereka bertambah untuk menghadapi penyakit tersebut.
Sekarang ,apa yang kita bisa lakukan,sungguh sangat beruntungnya kita diberikan kesehatan dan kekuatan lebih untuk menjalani hidup ini, bayangkan dengan anak-anak tersebut , ada yang berusia belum genap setahun sudah divoniskanker, betapa menderita dan menyakitkan tentunya bagi kedua orang tuanya, Ibu Pinta sendiri dalam menjalankan operasionlanya menarik biaya Rp 5.000,- , tentunya sangat jauh dari kata komersil, ya karena memang tujuan didirikan rumah tersebut untuk faktor social, dana tersebut digunakan untuk Ibu Pinta untuk perawatan dan kebersihan rumah itu. Tentu banyak sekali dana yang dibutuhkan dalam menjalankan operasional “Rumah Anyo” tersebut , Selain dari iuran tersebut ,Ibu Pinta kerap juga mendapat bantuan dari donasi-donasi baik dari perseorangan maupun perusahaan. Sekarang, tunggu apa lagi, buat apa kita hidup kalau tidak bermanfaat untuk orang lain seperti Ibu Pinta. Apalagi untuk saya seorang muslim dan mungkin sebagian pembaca kompasiana ini, kita jadikan momentum bulan Ramadhan ini untuk lebih peduli dan berbagi dengan sesama.

Wassalam…….

0
4.1K
24
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.