milannilaAvatar border
TS
milannila
LDR - bertemu setelah 9 bulan jadian
Sudah lebih dari 8 bulan kami menjalani hubungan jarak jauh ini. Dari awal kami berkomitmen, kami belum pernah sekalipun bertatap wajah, aku gak pernah tau bagaimana wajahnya. Akhirnya kami memutuskan untuk bertemu pertama kalinya di Kota Trenggalek. Ya aku ke Pacitan dulu dengan alasan ingin liburan yang memang itu adalah tanah kelahiran Bapak.

Rabu, 24 November 2010 aku berangkat dari rumah dengan diantar oleh bapak, mamah dan abangku. Sedih rasanya berpisah sebentar dengan mamah, tapi mau bagaimana lagi, rindu ini sudah tidak dapat ku tahankan. Jam 11.00 bis yang ku tunggu tiba. Inilah satu-satunya transportasi yang bisa menuju Pacitan secara langsung, kalo naik kereta harus turun di Madiun atau Solo dulu baru naik bis lagi. Aku berangkat sendirian dengan bermodal nekat dan uang yang seadanya.


Pacitan, 04.30 pagi aku tiba di kota kesayanganku ini. Di terminal Pak Lek ku sudah siap siaga dari tadi menunggu bisku datang. Setelah itu aku menuju rumahnya menggunakan sepeda motor. Hmm udara yang sangat dingin di kota yang sangat sejuk ini. Sesampainya di rumah, aku langsung disuruh beristirahat oleh Bu Lek.


Aku dan Dia merencanakan sebuah pertemuan. Awalnya kami memang berencana bertemu di Trenggalek, tapi setelah dipikir kecil kemungkinannya aku diizinkan. Akhirnya Dia mengalah, iya dia yang akan datang ke kota ini.


Senin, 06 Desember 2010. Hari ini aku bangun lebih pagi, melakukan rutinitasku setiap hari. Setelah semua selesai aku langsung mandi, ya aku benar-benar sudah tidak sabar menantikan saat itu. Setelah selesai aku ikut sepupuku yang bekerja dan dia yang nanti akan mengantarkanku ke terminal dimana kita berjanji untuk bertemu. Tiba-tiba telfon ku berdering. "Halo yang", "Iya yang", "Kamu dimana?", "Ini aku lg mau berangkat bareng sama Sendy", "Eh jangan dulu, aku masih sejam-an lagi sampenya", "Iya udah gapapa, dari pada aku ga ada yg anter", "Yaudah deh, aku jalan lagi ya", "Iya hati-hati yang". Setelah percakapan singkat itu aku langsung pergi bersama sepupuku itu.


Aku menunggu di counter HP tempat sepupuku itu berkerja, untunglah semua karyawannya ramah. Aku menunggu dengan penuh rasa was-was. Jantungku saat itu berdebar lebih cepat dari biasanya. Ku rasakan tanganku gemetar. Aku keringat dingin. Ya Tuhan, baru kali ini aku merasakan hal seperti ini.


2 jam sudah aku menunggunya. HPku berdering. "Yang", "Iya", "Aku udah di pasar Minulyo, kamu dimananya sih?", "Aku di tempatnya sendy, di pasar Arjowinangun", "Aduh itu dimana?", "Yaudah kamu tetep ke terminal aja, kita ketemu disana, aku berangkat sekarang", "Iya udah cepet ya". Aku langsung meminta Sendy untuk mengantarku. Rasanya aku ingin berteriak. Aku terlalu gugup.


Setibanya di terminal, aku langsung menelfonnya. Dia bilang dia sudah melihatku. Mana? Kenapa hanya dia yang melihatku? Dia dimana? Dia yang mana? Aku melihat seorang pria menghampiriku. Dia mengenakan sweater, celana jeans panjang, sepatu cokelat, dan topi. Wajahnya tidak terlihat jelas karena topi itu sedikit menutupi wajahnya. Dia mendekat. Semakin dekat. Dia di sampingku. Jujur saat itu bibirku gemetar. Aku sulit berkata-kata. Aku yang saat itu masih berada diatas motor, dia menjabat tanganku. Tuhan, dia memelukku! Sungguh ini sebuah pelukan yang selama ini aku inginkan. Dia seolah memberi isyarat agar aku turun dari motor. Aku meminta Sendy untuk pergi meninggalkan kami. Aku berjalan di belakang mengikuti langkahnya dengan wajah yang tertunduk malu.


Dia membawaku bertemu temannya. Ternyata dia tidak sendirian. Aku dikenalkan dengan temannya. Walaupun dia terlihat tidak begitu ramah. Temannya itu meninggalkan kami berdua. Aku kini duduk disebelahnya. Bersebelahan disampingnya tanpa ada jarak lagi diantara kami. Selama ini kami berada dalam ribuan Kilometer tp sekarang 1 cm pun tidak.


Dia menatapku. Dia tersenyum. Indah. Sungguh indah. Sesuatu yang selama ini hanya bisa aku bayangkan tapi kini aku bisa menyaksikannya dengan nyata. Aku hanya menunduk. Sungguh aku malu. "Gimana udah ketemu kan?", "Iya", jawabku dengan wajah masih tertunduk. "Nyesel gak?", "Ngga, buat apa nyesel". Jawabku yang kini mulai berani menatap wajahnya bahkan melontarkan senyumku padanya.


Mendung. Sedikit demi sedikit gerimis turun. Dia mengajakku bertemu dengan Mas Anthonie, teman yang Dia kenal dari MIG33 (online chat dimana aku bertemu Dia) juga. Kami janji bertemu di alun-alun. Dia memboncengku. Dia menyuruhku untuk memeluknya agar aku tidak terjatuh. Aku masih ragu-ragu. Aku malu. Akhirnya aku pun memeluknya. Kami sempat agak tersesat saat menuju alun-alun tapi akhirnya sampai berkat bantuan dari ingatanku.


Dia mengajakku duduk di tribun alun-alun itu. "Yang", "Apa?", "Itu ada banci!", "Hah? Mana!?", "Sini makanya", iya saat itu dia menarik ku kepeluknya. Aku hanya diam merasakan kenyamanan yang selama ini aku inginkan. Dan ternyata dia membohongiku. Disana tidak ada banci. Dia hanya tertawa. Dan aku tersipu malu. Kami pindah duduk ke sisi lain tribun itu, menatap lapangan hijau yang rumputnya mulai dibasahi oleh rintik hujan. Dia duduk disampingku. Mengelus-elus rambutku. Merangkulku. Mengusap-usap punggungku. Dan dia mencium keningku beberapa kali. Aku hanya diam tersipu malu menyingkapi perilakunya yang begitu manis terhadapku. Tak lama Mas Anthonie datang, dia mengajak kami mampir kerumahnya yang sebelumnya kami kembali ke terminal untuk menjemput temannya yang ternyata dia tidur selama aku dan Dia meninggalkannya.


Setelah agak lama kami di rumah Mas Anthonie, kami kembali lagi ke alun-alun karena ... (hihi malu) Aku dan Dia duduk berdua sedangkan temannya duduk disisi satunya lagi. Banyak sekali yang kami bicarakan. Pertama kalinya dia bilang dia menyayangiku secara langsung dihadapanku. Sungguh ini saat terindah.


Sekitar pukul 2 sore dia memaksa untuk mengantar ku pulang. Dia hanya tidak ingin Bu Lek merasa cemas.Tapi aku terus merengek padanya. Aku belum mau pulang. Aku masih ingin lebih lama berada disampingnya. Dan jam 4 sore dia benar-benar memaksaku. Aku menangis saat itu. Dia menenangkanku dan membujukku. Ya akhirnya aku mau diantarnya pulang. Suasana saat itu hujan yang cukup deras. Dia memberikanku jaketnya yang kebetulan saat itu dia membawa 2 namun yang satu yang dia pakai sudah basah.


Aku lihat tubuhnya gemetar. Dia kedinginan. Dia mengenakan jaket yang memang sudah basah dan dia memberikan yang kering untuk ku pakai. Aku gak tega melihatnya seperti itu. Aku melingkarkan tanganku di pinggangnya. Aku memeluknya erat. Menempelkan tubuhku padanya agar dia merasa sedikit lebih hangat. Dia menoleh kearahku. Dia tersenyum. Aku kemudian menyandarkan kepalaku di punggungnya. Punggung yang sampai hari ini masih ku ingat dan dapat ku rasakan. Akhirnya sampai juga di halaman depan rumah. Aku belum mau berpisah dengannya. Dia memegang erat tanganku. Tuhan, dia hendak menciumku! Tapi aku menghindar, aku sadar banyak yang memperhatikan kami saat itu. Aku berpamitan padanya. Aku mencium tangannya tanda hormatku padanya, karena aku yakin, dia lah suamiku kelak. "Jangan nakal yang, jaga diri baik-baik", itulah pesannya padaku. Aku memasuki rumah. Aku masih memandanginya yang mulai pergi menjauh dan tidak tampak lagi.


Aku masih merindukannya. Aku sayang padanya. Aku tak menyesal telah bertemu dengannya. Dan aku takkan meninggalkannya. emoticon-Kiss

Diubah oleh milannila 26-06-2013 05:09
0
8.7K
171
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.