Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

arifien.suryonoAvatar border
TS
arifien.suryono
"Hidup di Jakarta lebih banyak pengaruh Negatif daripada pengaruh Positifnya"
DKI Jakarta yang merupakan Ibukota Negara kita adalah kota Megapolitan yang berpenduduk lebih dari 10juta jiwa baik penduduk asli ataupun pendatang. Dan tiap tahunnya terus bertambah.

Kepadatan penduduk yang terlalu Extrim menciptakan permasalahan yang sangat kompleks. Pandangan bahwa di Jakarta adalah tempat untuk mengadu nasib dan tempat paling mudah mencari uang adalah pemikiran banyak masyarakat dari daerah berbondong-bondong ke Jakarta.

Dari judul yang telah ditulis di atas, langsung saja kita melihat permasalahan yang timbul di Jakarta:

Jakarta merupakan kota yang membuat pendudukan menjadi lebih emosional di bandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Kondisi kota yang semrawut dengan kendaraan yang jumlahnya tidak terkontrol membuat penduduknya mengalami tekanan psikologi yang membuat emosi tidak terkontrol. Bisa kita lihat pengendara kendaraan baik motor, mobil, ataupun angkutan umum yang lebih extrim melanggar aturan lalulitas apalagi disaat macet. Permasalahan macet teleh berlangsung lama di kota Jakarta ini. Dan menjadi Pekerjaan Rumah paling besar Pemerintah Jakarta. Kesadaran berlalulintas warga Jakarta terbilang parah dibandingkan warga kota lain. Dan hal ini tidak pantas untuk di contoh. Hal ini tidak mencerminkan bahwa Jakarta adalah ibu kota negara.

Sebagai kota Megapolitan tentu Jakarta memiliki fasilitas yang lebih dari pada kota lainnya di Indonesia. Termasuk fasilitas pendidikan. Disini banyak berdiri sarana pendidikan dari tingkat terbawah sampai Universitas. Kaum intelektual tentu juga banyak di kota ini. Namun hal ini tidak bisa mengukur kwalitas warganya. Tata bahasa yang rusak dari kaidah aturan tata bahasa yang baik dan benar sudah mulai luntur tercemari bahasa pasar, bahasa gaul, bahasa kasar. dan tentu hal ini menghilangkan persepsi Jakarta atau Indonesia sebagai bangsa timur yang sopan, santun, dan bermartabat. Tata Bahasa dan Tata Krama di Jakarta tidak bisa menjadi contoh daerah lain di Indonesia. Secara pribadi saya menyesalkan Komisi Penyiaran Indonesia yang membiarkan siaran televisi yang tidak mendidik dengan membiarkan film atau sinetron menggunakan bahasa yang tidak baku tetap tayang. dan hal itu dapat di tiru oleh anak atau warga di daerah lain. Sungguh-sungguh di sayangkan.

Jakarta memang memiliki cerita masalalu yang panjang. Jakarta yang sekarang sebagai tempat bertemunya warga dari seluruh Indonesia seharusnya menjadi tempat pemersatu bangsa dengan adanya berbagai perbedaan suku, adat, ras, dan agama (SARA). Dengan hal ini, rasa solidaritas antar warga harusnya dipupuk dan saling menghormati dan melengkapi. Namun berbeda dengan kota satu ini. Banyak terjadi tindak kekerasan, gesekan antar masyrakat, tawuran pelajar, demo anarkis dan semua itu tidaklah patut untuk di pertontonkan ke daerah lain apalagi untuk di contoh.

Yang paling tidak dapat di ambil contoh dari masyarakat Jakarta adalah adanya prinsip "Gua Gua, Elo Elo" atau "Semau Gue" jika di artikan dalam bahasa yang baik dan benar yaitu "aku aku, kamu kamu" yang berarti urusanku urusanku, urusanmu urusanmu. Jadi dapat di artikan lebih lanjut orang di Jakarta walaupun bukan semua, tapi banyak yang menganut hal ini. Rasa egois telah banyak tumbuh di Kota ini. Yang paling parah dari hal tersbut adalah ketidak pedulian pejabat pada masyarakatnya dengan Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) yang mereka lakukan. Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak terlepas dari bantuan orang lain. Kepedulian dengan orang lain, kepedulian dengan lingkungan, kepedulian dengan masa depan bangsa, negara, termasuk kepedulian dengan generasi yang akan datang sangat perlu di tanamkan kepada warga Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya. Yang menjadikan Bangsa ini Bangkit menjadi Bangsa yang besar dan Bermartabat.

Semoga hal ini segera disadari dan menjadi starter untuk perubahan Jakarta yang lebih Baik.

Untuk menjadi lebih baik kita harus mengerti keburukan kita, bukan kebaikan kita. Dan tanpa kita sadari yang tahu keburukan kita adalah orang lain, bukanlah kita.




0
1.9K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.6KThread41.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.