1. Atlet tunanetra pertama di Olimpiade

Ketika berumur 9 tahun Marla Runyan mengembangkan penyakit Stargardt, suatu bentuk degenerasi makula yang membuatnya mengalami kebutaan. Tapi kondisi tersebut tak pernah menghentikan langkah Marla.

Pada tahun 1987 ia melanjutkan studi ke San Diego State University, di mana ia mulai bersaing dalam beberapa acara olahraga. Karirnya terus naik semenjak memenangkan empat medali emas pada Paralimpiade Musim Panas tahun 1992, dan pada 1996 Paralimpiade di Atlanta dia meraih perak di cabang menembak dan emas di pentathlon.

2. Surfer tunanetra

Derek Rabelo bukanlah surfer biasa. Pria 20 tahun asal Brasil ini terlahir dengan glaukoma kongenital. Namun kondisi itu tak menghentikannya belajar surfing sejak masih berusia tiga tahun.

"Bersama Tuhan, semuanya mungkin," kata Rabelo.

Agama memainkan peran besar dalam hidupnya. Gereja membantu membawanya ke Hawaii musim dingin lalu, di mana komunitas surfing mengajaknya membuat film dokumenter. Hanya dengan mengandalkan empat inderanya, Rabelo bersama papan surfingnya berhasil menggarap film dokumenter 'Beyond Sight'.

3. Pelukis tunanetra

John Bramblitt kehilangan penglihatannya pada tahun 2001 ketika ia berusia 30 tahun karena komplikasi epilepsi. Pada awalnya, John mengatakan kehilangan harapan dan mengalami depresi berat, tapi kemudian ia menemukan 'mukjizat' melalui lukisan.

Karena tak bisa melihat warna, John mengembangkan sebuah proses di mana ia melukis dengan sentuhan. Warna terasa berbeda baginya, putih tebal, hitam sedikit basah, dan ketika butuh abu-abu ia mencampur kedua warna tersebut. Karyanya telah terjual ke dua puluh negara lebih, juga menerima banyak penghargaan seperti 'Most Inspirational Video of 2008' dari Youtube, dan tiga Presidential Service Awards untuk lokakarya seni inovatif.

4. Pengemudi NASCAR tunanetra

Pada 29 Januari 2011, Mark Anthony Riccobono mengambil kemudi Ford Escape dan melaju sendirian di sekitar Daytona International Speedway, sesuatu yang biasa kecuali bagi Riccobono yang tunanetra.

Dengan hanya 10 persen fungsi mata normal pada usia 5 tahun, Riccobono terus kehilangan penglihatan sepanjang hidupnya. Tapi sekarang, sebagai bagian dari program dari National Federation of the Blind, dia bekerja untuk menunjukkan bahwa tunanetra dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan mengemudi dengan aman dengan bantuan teknologi baru, DriveGrip.

5. Koki tunanetra

Koki sangat bergantung pada indera perasa dan penciuman untuk memasak terutama jika mereka tak bisa melihat, seperti pemenang MasterChef TV Show Amerika 2012, Christine Hà. Pada tahun 2004, ia didiagnosis dengan neuromyelitis optica, secara bertahap mulai kehilangan penglihatannya dan hampir sepenuhnya buta pada tahun 2007.

Christine mengaku tak pernah belajar memasak secara profesional. "Saya harus bergantung lebih banyak pada indera lain untuk memasak, perasa (lidah), penciuman (hidung), untuk merasakan bagaimana rasa bahan tertentu," ujarnya.

6. Fotografer tunanetra

Pete Eckert merupakan orang terlatih di industri patung dan desain. Dia selalu menjadi visual person dan berencana belajar di arsitektur Yale University, tapi kemudian ia mulai kehilangan penglihatannya karena kondisi yang disebut retinitis pigmentosa.

Yang mengagumkan, ia 'memeluk' fotografi lebih erat bahkan setelah tak bisa melihat. Ia menembakkan ethereal double exposure dan vivid light painting dengan Mamiyaflex TLR. Ia menvisualisasikan gambar yang ingin ia ciptakan dalam pikirannya dan menggunakan suara, sentuhan dan memori untuk membuat sebuah foto.

"Saya visual person. Saya hanya tidak bisa melihat," katanya.

7. Arsitek tunanetra

Christopher Downey adalah seorang arsitek, perencana, dan konsultan yang kehilangan penglihatannya pada 2008 setelah tumor melilit saraf optiknya. Bagaimana mungkin tetap bekerja sebagai arsitek? Dia bekerja dengan seorang ilmuwan komputer tunanetra yang telah menemukan cara untuk mencetak peta online melalui printer taktil.

Kini, ia mendedikasikan dirinya untuk menciptakan hal yang bermanfaat dan memperkaya lingkungan tunanetra, dan ia juga membantu dalam proses desain kerajinan yang lebih responsif terhadap kebutuhan tunanetra.