Bangkok merupakan kota paling padat penduduknya di Thailand.

Dalam keadaan itu menimbulkan pembangunan gedung-gedung pencakar langit untuk hunian maupun perkantoran serta pusat perbelanjaan tak bisa dihindarkan lagi.

Sayangnya, pembangunan pesat ini menyebabkan penurunan muka tanah, apalagi didorong dengan pengambilan air tanah terus menerus secara agresif oleh penduduk kota.

Hingga akhirnya para ahli pun mengatakan jika tidak ada tindakan tegas dari pemerintah untuk memperbaiki keadaan, tahun 2030 Bangkok akan banjir dan pada 2100 akan menjadi Atlantis selanjutnya.

Saat ini Bangkok selalu mengalami banjir rutin setiap tahunnya.

Selain Bangkok, kota lainnya yang juga bernasib serupa adalah Ho Chi Minh City.

Pembangunan besar-besaran yang menyebabkan sedikitnya daerah resapan air, termasuk area dataran tanahnya yang rendah dari muka laut menyebabkan kota ini sering mengalami banjir setiap tahunnya.

Jumlah penduduk di kota ini memang sangat tinggi yakni bisa mencapai hingga 8 juta jiwa, jadi wajar jika pembangunan di kota ini maju sangat pesat.

Apalagi daerah ini diapit oleh tiga sungai besar yang sering pasang ketika terjadi hujan dan setiap tahun banjir di daerah ini pun selalu naik setinggi dua sentimeter. Seram!

Shanghai disebut-sebut sebagai kota paling rawan terhadap resiko banjir di China.

Hal ini dikarenakan posisinya yang berada di pinggir laut sehingga sangat rawan terhadap resiko naiknya muka laut akibat berubahnya iklim.

Selain itu tanah Shanghai yang merupakan tanah bekas rawa yang lembut, tentunya membuat tanah menjadi kurang stabil ketika harus menahan beban dari gedung-gedung besar perkotaan metropolitan, dan menyebabkan permukaannya terus menurun hingga setengah inchi setiap tahun.

Kebutuhan akan bangunan pencakar langit tersebut merupakan akibat dari melonjaknya populasi penduduk Shanghai. Bahkan pada tahun 2001, penduduk kota Shanghai ini berjumlah hingga 20 juta orang.

Daerah lainnya yang juga terancam punah akibat naiknya air muka laut karena global warming adalah kota besar di India bernama Mumbay (Bombay).

Kota Mumbay yang terletak di pesisir pulau membuat posisinya sangat rawan terendam. Terutama di daerah dengan ketinggian rendah dan dekat dengan sungai.

Oleh karena itulah di abad ke 21 Mumbai diramalkan akan tenggelam dan tersapu oleh air laut karena tiap tahun suhu bumi meningkat terus hingga 4-5 derajat celcius dan menyebabkan air laut naik hingga 5 meter.

Kota terakhir yang mungkin akan mengalami nasib na’as sama seperti kota-kota sebelumnya, tidak lain dan tidak bukan adalah kota Jakarta, Indonesia.

Sering menjadi langganan banjir, menyebabkan pengikisan muka tanah tidak bisa dihindari. Belum lagi pengambilan air tanah terus menerus dan semakin sedikitnya area resapan air yang mumpuni membuat penurunan muka tanah tidak bisa dihindari.

Bahkan Menlu Belanda yang dulu berkunjung di awal 2013 sempat mengatakan bahwa Jakarta dalam kondisi yang rawan jika tidak segera diambil langkah pencegahan seperti melakukan perputaran air dari sungai ke rumah-rumah warga setelah diolah dan mengurangi atau bahkan menghentikan pengambilan air tanah dan membuat area terbuka hijau sebagai area serapan air tanah.

Jika hal ini tidak segera dilakukan, jangan kaget jika di abad ke 21, Jakarta tenggelam hilang dari peta bumi.