RMOL. Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memuji kemampuan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menata wilayah kerjanya. Terbukti, di bawah kepemimpinannya, Risma berhasil menempatkan tata kelola pemerintahan Surabaya pada peringkat kedua, di atas Provinsi DKI Jakarta.

"Tahun ini (Indonesia Governance Index) peringkat DKI kalah sama Jawa Timur," ujar Ahok di Balaikota, Jakarta, Kamis (13/6).

Ia menilai sistem birokrasi di Surabaya yang tidak mengharuskan masyarakat mendatangi kantor pemerintahan merupakan terobosan baru. Apalagi, lanjut Ahok, staf pemerintah sampai rela datang ke rumah warga. Karena itulah menurut dia, sebaiknya Risma dapat memimpin Jakarta kelak jika Joko Widodo menjadi presiden pada Pemilu 2014.

"Kalau Pak Jokowi jadi presiden, baiknya bu Risma suruh ke sini (jadi Gubernur DKI) saja," katanya.

Menurut Ahok, sejauh ini kualitas orang daerah sangat teruji menjabat di ibukota. Dan, Jakarta membutuhkan pemimpin yang memiliki komitmen tinggi menciptakan transparansi birokrasi.

"Mantan walikota Solo saja bagus, apalagi Walikota Surabaya," katanya pula.

Ahok pribadi mengaku tidak begitu mengenal sosok Risma secara detail. Namun ia yakin tipikal Risma tidak jauh berbeda dengan Joko Widodo, yakni pekerja keras dan senang blusukan.

"Tentunya setelah saya pensiun muda, dia (Risma) jadi gubernur DKI," selorohnya kembali.[wid]Sumber

Rabu, 16 Januari 2013 17:56:50 WIB
Reporter : Arif Fajar Ardianto

Surabaya (beritajatim.com) - Meski sempat mendapat cibiran dari beberapa golongan, namun gaya 'blusukan' Walikota Surabaya Tri Rismaharini tetap dipertahankan hingga saat ini.

Walikota wanita pertama di Surabaya ini kerapkali terlihat di pinggir jalan, atau ikut bekerja bhakti bersama karyawan Pemkot Surabaya.

Masih segar dalam ingatan kita Walikota Surabaya pernah mengalami patah tulang, karena terjatuh saat membantu karyawan Pemerinta Kota Surabaya saat kerja bhakti beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, Risma kerap terlihat ikut membatu polisi lalu - lintas untuk mengurai kemacetan pada jam - jam padat. Risma juga sealu tampil memberikan komando kepada petugas PMK saat terjadi kebakaran.

Risma kerapkali menjadi bahan pergunjingan lantaran gaya kepemimpinannya yang dinilai overacting dan terkesan membangun pencitraan diri.

Beberapa golongan menilai, bahwa sudah bukan tugas Walikota untuk ikut mengatur lalu - lintas, mengkomandoi petugas PMK, serta ikut membantu petugas membersihkan taman - taman kota.

Kritikan pedas sempat dilontarkan beberapa anggota DPRD Surabaya lantaran sikap Risma tersebut dinilai overacting. Anggota dewan berpendapat, seharusnya tugas seorang Walikota hanya melakukan kontrol terhadap pegawai, serta memunculkan ide - ide segar untuk membawa kota yang dipimpinya agar lebih maju.

"Harusnya dipahami tugas seorang Walikota itu seperti apa, kalau cuma mengatur lalu lintas, membersihkan taman kan bisa dikerjakan petugas yang berwenang. Seorang Walikota itu dibutuhkan pemikiran - pemikirannya untuk membawa kota yang dipimpinya agar lebih maju, bukan seperti itu," kritik salah seorang anggota DPRD Surabaya.

Tak jarang, Risma dicibir, dikritik, bahkan diperolok saat 'beraksi' menunjukkan kinerja konkritnya kepada masyarakat. Risma bahkan dituding memperparah kebakaran di beberapa tempat, diantaranya Gedung Balai Pemuda serta Gedung Pasar Turi Surabaya.

Hal ini lantaran Risma tampil sebagai pemberi komando kepada petugas PMK yang tengah bekerja memadamkan api. Sebagian kalangan, berpendapat, bahwa dalam kejadian kebakaran tersebut, petugas PMK sudah paham dengan apa yang akan dilakukan, karena telah mendapat pelatihan sebelumnya, sedangkan tugas seorang Walikota seharusnya mencari solusi konkrit terhadap korban pasca kebakaran.

"Jika ingin membantu, peran Walikota itu mencari solusi untuk para korban, serta membenahi peralatan dan kinerja PMK, bukan mengatur petugas saat sedang bekerja. Apa Walikota tahu teknik tentang pemadaman api?" ujar seorang anggota dewan yang enggan disebutkan namanya.

Terlepas dari cibiran dan kritik atas 'aksi' Walikota Surabaya yang kotroversional tersebut, namun Walikota wanita pertama Surabaya ini ternyata mendapat simpati dari warganya.

Beberapa kelompok masyarakat menilai bahwa sosok Risma adalah tipikal pemimpin yang peduli dengan rakyatnya dan selalu menyempatkan diri untuk terjun langsung ke lapangan dan menyapa warga kota.

Seorang guru dari TK Islam Dwi Matra Jalan Kartini Surabaya yang bernama Tianing menuturkan bahwa sepak terjang Walikota Wanita tersebut patut diacungi jempol. Tianing menceritakan kejadian yang dialaminya dan mengaku masih membekas dalam benaknya tentang kehebatan sosok seorang Tri Rismaharini. Kepada beritajatim.com, Tianing menuturkan, bahwa saat ini dirinya hendak berangkat untuk melakukan aktivitas mengajarnya, saat ditengah jalan, tepatnya di Jalan Kartini, dirinya menjumpai Walikota Surabaya memegang sapu dan ikut bekerja membersihkan jalan yang kotor.

"Saya sampai merinding mas, kok masih ada ya pemimpin seperti itu," herannya.

Tak hanya itu, Tianing meneruskan, saat membersihkan jalan, Risma mendapati jalan yang rusak dan berlubang. Secara spontan Risma memerintahkan kepada anak buahnya untuk memanggil petugas dan membenahi jalan rusak tersebut.

"Yang membuat saya kaget, sepulang mengajar, saya sudah tidak melihat jalan itu rusak. semua sudah ditambal rapi. benar - benar hebat, kerja konkrit," ujar Tianing.

'Aksi' kontaversi yang dilakukan oleh Risma tersebut ternyata memiliki dua sisi pandangan yang berbeda. bagi sebagian lawan politik 'aksi' Risma dianggap sebagai tindakan yang berlebihan, namun bagi sebagian lain yang notabene lebih besar, Risma dianggap sebagai pahlawan yang bekerja memanggul amanahg dengan sungguh.[rif/ted] sumber

Jum’at 3 Agustus 2012 dua hari yang lalu saya diajak Kiai saya, Abuya Luthfi Muhammad yang diminta memberikan tausiyah di acara Silaturrahmi dan Buka Puasa Wali Kota Surabaya Bersama Warga Lokalisasi Surabaya di Rumah Dinas Walikota Surabaya di Jl. Walikota Mustajab. Acara ini sendiri berlangsung selama tiga hari sampai dengan hari Ahad 5 Agustus 2012, di hari pertama kemarin dihadiri oleh 200-san lebih keluarga Lokalisasi di Surabaya yang berasal dari wilayah sekitar Dolly untuk hari kedua Sabtu kemarin peserta berasal dari wilayah Benowo dan sekitarnya, sementara hari ini direncanakan pesertanya adalah warga lokalisasi sawahan dan krembangan.

Jujur mata saya basah dan terharu ketika mendengarkan Bu Risma, Wali Kota Surabaya memberikan pengarahan kepada para warga lokalisasi di Surabaya. Setelah acara dibuka oleh Abuya Luthfi Muhammad sekitar 20 menitan, Ibu Wali Kota, Ir. Tri Rismaharini, M.T memberikan pengarahan kepada ratusan undangan yang hadir. Dengan kata-kata yang halus dan lembut Bu Risma mengajak segenap undangan warga lokalisasi itu untuk berhenti dari pekerjaan asusila tersebut. Beliau siap membantu apabila warga mempunyai niat yang tulus dan sungguh-sungguh untuk berubah.

Beliau mengatakan sebagai pemimpin yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan di akhirat kelak, telah melaksanak tugasnya sebagai ulil amri dengan mengajak kepada para warga lokalisasi tersebut untuk berubah dan siap meembantu dengan segala kempampuan agar warga lokalisasi tersebut mau beralih profesi yang lebih berkah dan manfaat. Tapi jikakalau warga tidak ada respond an tanggapan yang baik, maka tidak ada jalan lain kecuali tempat-tempat tersebut ditutup sebagaimana prosedur. Hal ini karena dalam Perda Kota Surabaya Tahun 1999 bahwa siapapun dilarang mendirikan bangunan atau tempat-tempat yang dgunakan untuk tindakan asusila.

“Sudah banyak ulama dan tokoh-tokoh agama yang mendesak saya untuk menutup tempat-tempat itu Bapak-Ibu Sekalian, maka dari itu sekali lagi saya mohon kepaada panjengan semua untuk meninggalkan pekerjaan itu, saya dan pemeerintah kota Surabaya bismillah siap membantu dan memfasilitasi panjenagan semua.” Kata Bu Risma dengan mata berkaca-kaca dan suara purau.Peserta yang hadir di tempat itu, baik itu warga lokalisasi, pejabat-pejabat kota Surabaya dan beberapa tamu undangan tampak terharu ketika mendengarkan sambutan tulus dari Ibu Walikota itu, termasuk saya yang mengikuti acara itu sejak kemarin karena ikut mendampingi Kiai saya.

Di tengah keharuan saya itu, saya sempat berpikir andai seluruh pemimnpin di negeri ini mempunyai sifat seperti Bu Risma itu, saya yakin Indonesia akan menjadi negeri yang hubungan pemimpin dan rakyatnya tidak hanya sebatas formalitas belaka, tapi lebih dari itu, pemimpin yang cinta rakyatnya dan rakyat yang mencintai pemimpinnya. Jika sudah begitu pasti sebuah Negara akan menjadi Negara yang kuat lagi hebat.sumber