Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

firebreathAvatar border
TS
firebreath
Kenapa harga BBM harus naik ?
Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah pasti mengundang protes. Ini adalah kebijakan yang sangat tidak populer. Jika mungkin, tentu Pemerintah menghindari kebijakan yang tidak menyenangkan
banyak orang ini. Namun, pada kondisi tertentu seperti saat ini, mau tak mau Pemerintah terpaksa mengambil langkah yang tidak populer demi kepentingan
yang lebih besar. Berikut ini adalah penjelasan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang memenuhi pikiran banyak orang, mengapa harga Premium dan Solar harus naik.



1. Mengapa pemerintah menaikkan harga Premium dan Solar?

Harga jual Premium dan Solar saat ini, Rp 4.500 per liter, jauh lebih rendah daripada harga pokoknya. Penambal kekurangan itu adalah uang rakyat. Uang pajak dari rakyat masuk ke anggaran negara, keluar sebagai pengganjal harga Premium dan Solar yang jauh lebih rendah dari harga pokoknya tadi. Di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pos ini masuk sebagai subsidi. Harga minyak dunia yang stabil tinggi, di atas US$ 100 per barel, dan konsumsi BBM di dalam negeri yang semakin melonjak tinggi belakangan ini membuat subsidi untuk Premium dan Solar menjadi semakin besar. Dalam menghitung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013, Pemerintah dan DPR menyepakati harga minyak mentah Indonesia sebesar US$ 100,0 per barel sebagai patokan. Kenyataannya, selama triwulan I rata-rata harga minyak mentah Indonesia saat ini sudah US$ 111,12 per barel. Sedangkan konsumsi Premium dan Solar juga meningkat dari 41,8 miliar liter pada 2011 menjadi 45,0 miliar liter pada 2012 lalu.

Tahun ini, konsumsi BBM bersubsidi di dalam negeri diperkirakan akan naik lagi menjadi hampir 50 miliar liter. Akibatnya, subsidi untuk Solar dan Premium sepanjang 2013 akan melonjak dari Rp 193,8 triliun menjadi Rp 251,6 triliun. Jika harga minyak dunia tetap tingi dan konsumsi terus naik seperti ini, subsidi akan menggelembung di luar kemampuan anggaran negara untuk memikulnya.Subsidi harga BBM adalah jenis pengeluaran yang buruk. Subsidi yang berlebihan mendorong pemborosan. Subsidi harga BBM juga tidak adil bagi rakyat miskin yang tak memiliki kendaraan pribadi. Masyarakat yang kurang mampu akan dapat menikmati manfaat anggaran negara yang
lebih besar jika subsidi BBM berkurang. Sebab masyarakat yang kurang mampu bukan konsumen Premium maupun Solar yang terbesar.
Harga jual yang terlalu rendah dibanding harganya di luar negeri juga cenderung mendorong penyelundupan dan penyelewengan Solar dan Premium.

2. Memangnya harga Premium dan Solar di Indonesia lebih murah dibanding dengan harga di negara-negara lain?

Karena ada subsidi, harga jual Premium dan Solar di dalam negeri jauh lebih murah daripada harga barang sejenis di negara-negara tetangga. Itu sebabnya, para penyelundup justru menikmati perbedaan harga ini seraya merugikan keuangan negara dan merugikan rakyat. Di bawah ini adalah perbandingan harga Premium dengan harga bahan bakar serupa di beberapa negara tetangga.

Memang, ada perbedaan kualitas antara bensin yang dijual di sini dengan bensin di beberapa negara itu, yang bilangan oktannya lebih tinggi dan oleh karenanya kualitasnya lebih baik. Namun, bensin di negara tetangga yang diperbandingkan di sini adalah bensin berkualitas terendah yang tersedia di pasar, sama halnya dengan Premium di Indonesia.
Spoiler for tabel:


3. Indonesia kan negara penghasil minyak, jika harga minyak naik bukankah penerimaan Pemerintah naik?

Indonesia adalah negara penghasil minyak, itu betul. Namun, minyak yang kita hasilkan sekarang ini sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk menutup kekurangan tersebut Indonesia harus mengimpor minyak dari luar negeri: baik berupa minyak mentah untuk diolah di kilang dalam negeri maupun berupa produk jadi dalam bentuk BBM. Secara neto, Indonesia adalah negara pengimpor minyak. Memang, seiring dengan kenaikan harga minyak, ada kenaikan penerimaan negara. Namun, pada saat yang sama pengeluaran negara juga turut melonjak. Naiknya pengeluaran itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tambahan pendapatannya. Jadi secara neto, kenaikan harga minyak justru berefek negatif, memberikan beban tambahan pada anggaran negara. Defisit anggaran semakin besar karenanya.
Perhitungannya, setiap kenaikan harga sebesar US$ 1 per barel, dengan asumsi kurs Rp 9.000 per dolar, akan menaikkan penerimaan sebesar Rp 3,51 triliun. Namun, kenaikan US$ 1 per barel itu juga meningkatkan pengeluaran negara dalam jumlah yang lebih besar, yakni Rp 5,79 triliun. Jadi, secara neto, setiap ada kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 per barel, APBN harus menanggung beban tambahan Rp 2,28 triliun. Beban totalnya tinggal mengalikan jumlah ini dengan berapa US$ kenaikan harga minyak yang terjadi. Penerimaan negara dari minyak dan gas saat ini semakin kecil karena produksi kita terus menurun. Di sisi lain, subsidi BBM justru makin meningkat karena konsumsi semakin besar. Tak boleh dilupakan, harga jual Premium dan Solar juga tidak berubah selama hampir lima tahun terakhir, sejak kenaikan harga yang terakhir pada Mei 2008.

4. Artinya, jika harga minyak mentah tidak melonjak tinggi harga jual BBM bersubsidi bisa turun?

Betul, harga BBM bersubsidi juga bisa turun jika harga minyak mentah rendah. Sebagai gambaran, pada Mei 2008 harga rata-rata minyak mentah Indonesia mencapai US$ 121 per barel. Pada saat itu, Pemerintah terpaksa menaikkan harga Premium dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter. Namun, per 1 Desember 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menurunkan harga Premium menjadi Rp 5.500 per liter karena ratarata harga minyak mentah Indonesia sejak Januari- Desember 2008 sudah turun menjadi US$ 95,87 per barel. Sejalan dengan penurunan harga minyak mentah Indonesia, Presiden SBY juga menurunkan lagi harga jual Premium menjadi Rp 5.000 per liter (15 Desember 2008) dan sekali lagi menjadi Rp 4.500 per liter, pada 15 Januari 2009. Sejak saat itu, harga Premium dan Solar tidak pernah naik kendati harga minyak mentah Indonesia kembali melonjak tinggi. Padahal, selama triwulan I-2013 rata-rata harga minyak mentah Indonesia sudah US$ 111,12 per barel jauh di atas patokan US$ 100,0 per barel dalam APBN 2013. Tetapi harus diingat, ekonomi Indonesia tumbuh di atas 6 persen dalam empat tahun terakhir. Tak heran jika konsumsi minyak di dalam negeri melonjak. Sungguh tidak sehat jika Pemerintah terus menuruti saja permintaan kenaikan subsidi dari kalangan yang sudah mampu. Pemerintah tentu harus memberikan subsidi kepada yang lebih berhak, bukan subsidi berupa harga BBM yang murah.

5. Apakah Pemerintah tidak mencari solusi lain, di luar menaikkan harga Premium dan Solar?

Pemerintah tidak hanya menaikkan harga BBM bersubsidi. Untuk mengantisipasi melonjaknya defisit anggaran, juga ada serangkaian kebijakan mulai dari penghematan pengeluaran, optimalisasi penerimaan negara dari pajak maupun nonpajak, serta memanfaatkan sisa anggaran lebih (SAL) tahun
lalu. Inilah sebabnya Pemerintah mengusulkan RAPBN Perubahan 2013. Secara total, serangkaian kebijakan optimalisasi anggaran ini dapat menghemat Rp 66,6 triliun, di mana Rp 42,0 triliun di antaranya berasal dari penghematan subsidi BBM.

6. Jadi, Pemerintah memilih menaikkan harga. Bagaimana dengan masyarakat yang harus menanggung beban inflasi dan kenaikan harga?

Pemerintah akan memberikan paket-paket kompensasi untuk meringankan beban rakyat kecil melalui berbagai program. Ada dua kelompok program
kompensasi:

Kelompok pertamaadalah tambahan dana bantuan dan perluasan cakupan untuk program-program perlindungan sosial yang selama ini sudah
berjalan. Yakni, program beras untuk rakyat miskin (Raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
Kelompok kedua adalah program baru berupa pembagian dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) serta pembangunan infrastruktur dasar yang banyak berupa proyek-proyek padat karya dan perbaikan pemenuhan kebutuhan air minum di desa-desa rawan air.

7. Bagaimana cara pembagian program-program kompensasi?

Pemerintah akan mencetak Kartu Perlindungan Sosial. Kartu ini akan dibagikan ke 15,5 juta keluarga penerima bantuan melalui pos, langsung ke alamat peserta program. Keluarga yang berhak cukup membawa kartu itu untuk mengambil manfaat berbagai program kompensasi di titik-titik pembagian atau pelayanan sesuai jadwal yang ditetapkan.



Jadi, pemerintah naikin harga BBM itu bukan tanpa sebab gan, banyak pertimbangan yang sudah dipikirkan emoticon-2 Jempol


Buat agan2 yang berkenan jangan lupa emoticon-Rate 5 Star kalo mau emoticon-Blue Guy Cendol (L) ane siap nampung gan emoticon-Ngakak
0
1.4K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.