Liputan6.com, Jakarta : Ditengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara mendadak menggelar konfrensi pers yang khusus membahas mengenai rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.

Sayang dalam keterangan pers yang disiarkan langsung media selama 20 menit tersebut, presiden tak secara tegas mengumumkan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut.
Dalam penjelasannya di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/6/2013), SBY memastikan kondisi perekonomian Indonesia saat ini dalam kondisi baik. "Dibandingkan 2005 dan 2008, sekarang ini juga jauh lebih kuat," katanya.

Namun diakui presiden, Indonesia saat ini memang tengah menghadapi sejumlah permasalahan seperti pelemahan nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan (IHSG) serta potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Harus saya sampaikan secara jujur,memang ada masalah itu," kata dia.

Terkait kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi, SBY menjelaskan pilihan tersebut merupakan satu-satunya solusi penyelematan ekonomi negara Indonesia.

Diakui Presiden dirinya telah mendengar adanya desakan agar pemerintah segera menaikkan harga BBM pada 2011 lalu. "Saya katakan, kalau masih ada cara lain, kita pilih cara lain, karena saya tahu implikasinya," kata dia.

SBY menegaskan dirinya ingin memutusksn kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi dengan pertimbangan mendalam dan bukan asal-asalan. Tak hanya itu, presiden juga ingin memasukan program dana kompensasi BBM dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Perubahan 2013.

Sayang hingga penjelasan yang berlangsung selama 20 menit tersebut, Presiden SBY sama sekali tak menyinggung mengenai waktu pelaksanaan kebijakan BBM tersebut akan dijalankan. Padahal waktu kenaikan harga BBM adalah yang paling ditunggu-tunggu publik.

"Setelah APBN 2013 disahkan makasaya mengajak semua pihak menjalankan dengan baik, sungguh-sungguh dan pengawasan seksama agar tak terjadi penyimpangan," ujar SBU menutup konferensi persnya kali ini.

Sumber


SBY: Naikkan Harga BBM, Ini Risiko Politik Saya




Liputan6.com, Jakarta : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau semua pihak untuk mengesampingkan kepentingan politik dan kelompok saat pemerintah menaikkan harga BBM. SBY tegaskan, bila dilihat dari sudut pandang politik, justru kebijakan ini sangat tidak populer.

"Tentu akal sehat mengatakan tidak mungkin seorang Presiden harus mengambil kebijakan untuk menaikkan harga BBM. Tapi risiko politik itu saya ambil dengan penuh tanggung jawab," kata Presiden SBY di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Rabu (12/6/2013).

Maka itu, SBY meminta semua pihak untuk mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan dan politiknya. SBY mengimbau agar semua kepentingan politik dikesampingkan terlebih dahulu demi kepentingan rakyat.

"Marilah kita nomorduakan itu, karena ada sesuatu yang harus kitalakukan secara bersama oleh kita semua," ujar SBY. "Karena saya tidak ingin membiarkan keadaan ini, ekonomi kita memburuk."

Dalam memberikan penjelasan ini Presiden SBY tampak didampingi hampir seluruh menteri dari Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, kecuali 3 menteri dari PKS. Ketiganya yakni Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, dan Menteri Pertanian Suswono.

PKS merupakan satu-satunya partai koalisi Sekretariat Gabungan yang menolak keras kenaikan harga BBM. Alhasil, PKS tinggal menunggu surat resmi keluar dari koalisi.
Pesan 'pengusiran' PKS dari koalisi sudah ditegaskan Wakil Sekjen PKS Fahri Hamzah.

"Pertengahan pekan lalu, seseorang dari pihak Istana sudah memberitahu salah seorang menteri PKS, kalau PKS sudah dikeluarkan dari koalisi. Ini informasi yang valid dan serius," ujar Fahri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Sumber

siap siap saja di bata pak, atau di banned