Kaskus

News

yantiqueAvatar border
TS
yantique
[ANALSIS] Mencermati SIkap Politik Megawati pasca TK Wafat, Semakin Jauh dari SBY?
Taufiq Kiemas Meninggal Dunia, Sosok di Balik Perjuangan Megawati
Minggu, 9 Juni 2013 01:41 WIB

[ANALSIS] Mencermati SIkap Politik Megawati pasca TK Wafat, Semakin Jauh dari SBY?
Megawati dan Taufiq Kiemas

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Almarhum Taufiq Kiemas akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata bersebelahan dengan makam kedua orang tuanya, H Tji Agoes Kiemas SH dan Hj Hamzatoen Roesjda. Presiden SBY akan memimpin langsung pemakaman almarhum yang dikenal sebagai negarawan ini. Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira mengenang almarhum sebagai sosok yang baik. Taufik Kiemas, poiltisi yang Humanis. Banyak orang mengenal TK sebagai seorang politisi ulung. TK adalah figur dibelakang layar perjuangan Megawati," kata Andreas. TK mengawal perjalanan karir politik Mega sejak bergabung dgn PDI, menjadi anggota DPR, melawan rezim otoriter Suharto, mendirikan PDI Perjuangan, menjadi Wapres dan Presiden. Meskipun sering berbeda pendapat, tetapi TK dan Megawati adalah partner politisi yang saling melengkapi utk PDI Perjuangan dan untuk bangsa ini. "Selain politisi ulung, tidak kurang menariknya, TK adalah seorang humanis. TK selalu menyapa siapa saja, dari kalangan mana saja, tanpa membdakan usia, suku, agama, maupun strata sosial.

Salah satu kebihan TK adalah ingatannya yang kuat, termasuk mengingat nama seseorang yg pernah dikenal. TK pun politisi yang murah hati suka membantu mereka yang membutuhkan bantuan," kenang Andreas. TK selalu memberikan perhatian yang serius pada keluarga, sahabat dan kenalan. Obrolan dengan TK selalu menjadi obrolan yang menarik dan penuh canda, saling meledek dan tawa ceria. "TK selalu mengatakan; orang yang sehat dan mau maju adalah orang yang berani mencemoohkan dirinya sendiri. Karena dengan saling meledek kita lebih mengenali diri sndiri dan sahabat kita. Diakhir perjalanan hidupnya sebagai politisi, TK ingin mewujudkan obsesinya menjadi figur politisi negarawan yang menyatukan," lanjut Andreas.

Almarhum, kata Andreas lagi, ingin mempraktekan salah ajaran pokok Guru Besar Politiknya Bung Karno yang juga adalah mertuanya, 'sammen bandeling van alle krachten' menyatukan semua kekuatan sebagai basis dalam perjuangan mewujudkan cita kemerdekaan. TK secara konsisten mempraktekan sekaligus menjadi teladan dalam mewujudkan gotong royong sebagai kekuatan dalam perjuangan mengangkat Pancasila melalui emapat pilar Kebangsaan dalam tim MPR-nya yang solid. Bang TK. Bangsa ini mengenangmu sebagai seorang politisi kawakan yang sangat mencintai bangsa dan negaranya, sebagai seorang sahabat yang penuh perhatian pada sesamanya. Selamat jalan abang," kenang Andreas Pareira.
http://www.tribunnews.com/2013/06/09...angan-megawati

[ANALSIS] Mencermati SIkap Politik Megawati pasca TK Wafat, Semakin Jauh dari SBY?
Anak kesayangan Megawati, Jokowi selalu manut dari belakangnya

Wacana Jokowi Nyapres Membuat PDIP dalam Dilema
Senin, 10/06/2013 04:17 WIB

Jakarta - Nama Jokowi terus berkibar, khususnya setelah mantan wali kota Solo itu berhasil menjadi orang nomor satu di Ibukota. Jokowi bukan saja menjadi media darling, tapi juga bak public darling. Harapan perubahan dari masyarakat Jakarta tertumpu di pundak Jokowi. Besarnya espektasi masyarakat terhadap Jokowi tidak berhenti pada level DKI saja. Sebagian besar masyarakat bahkan juga mendorong tokoh penggemar musik aliran rock ini juga maju menjadi calon presiden karena Indonesia memerlukan perubahan. Hal itu tergambar dalam sejumlah survei yang selalu menempatkan Jokowi di posisi teratas, melampaui tokoh-tokoh nasional lainnya. Beberapa partai politik bahkan melirik Gubernur DKI Jakarta ini untuk diduetkan dengan jago capresnya masing-masing. Sebut saja misalnya Partai Gerindra yang menggadang-gadang duet Prabowo-Jokowi, ataupun Partai Golkar dengan wacana duet Ical-Jokowi. Namun ekspektasi politik yang besar terhadap Jokowi tenyata berdampak kepada internal PDIP. Partai tempat Jokowi bernaung ini terposisikan dalam situasi dilema. "Iya, inilah dilema bagi PDIP," ujar Direktur Center of Election and Political Party (CEPP) Universitas Indonesia, Reni Suwarso, saat berbincang dengan detikcom, Minggu (9/6/2013).

Menurut Reni, PDIP memang telah memberikan lampu hijau untuk kemungkinan kader mudanya maju bertarung di Pilpres 2014. Kader muda termasuk Jokowi di dalamnya. Sebab, saat ini praktis belum terlihat tokoh yang bakal muncul dari partai besutan Megawati Soekarnoputri itu untuk menjadi calon presiden. Sementara sang ketua umum, Megawati, hampir dipastikan tidak akan maju lagi. Dilema PDIP, menurut dosen FISIP UI ini, karena saat ini tidak ada tokoh PDIP yang menonjol dengan elektabilitas tinggi kecuali Jokowi. Sementara Jokowi harus menuntaskan kepercayaan warga Jakarta sebagai gubernur DKI. Di sisi lain, parpo-parpol lain sepertinya tak sabar 'meminang' atau sekadar mendompleng popularitas Jokowi. "Saya tidak yakin. Saya melihat Jokowi orang yang bertanggung jawab, loyal dan bukan oportunis. Dia bukan tipe 'kutu loncat' dari partainya. Saya yakin dia akan buktikan janjinya dulu di Jakarta," kata Reni. Wacana koalisi PD menggandeng PDIP dengan membuka pintu bagi Jokowi untuk mengikuti konvensi capres PD, menurut Reni sebagai sesuatu yang sangat sulit dibayangkan. Sebab menurut dia, PD dan PDIP berada di kutub yang saling bertolak belakang baik secara ideologi, maupun pimpinan politik dan sejarah. "Meskipun dalam politik tidak ada teman dan lawan abadi, tapi agak sulit membayangkan PD dan PDIP berkoalisi. Keduanya partai besar, akan sulit menentukan siapa capres, siapa yang cawapres," imbuhnya.

Reni juga mengatakan meski unggul di banyak survei dengan elektabilitas tertinggi, Jokowi diyakini tidak akan gegabah maju sebagai capres. Dia berargumen, popularitas Jokowi pada kenyataannya tidak cukup mampu memenangkan jago PDIP di Pilgub Jabar, Sumut dan Bali. Kalaupun menang di Jateng, menurut Reni tidak lain karena provinsi tersebut memang dikenal sebagai basis kuat PDIP. "Memang Jokowi digadang-gadang dan dielu-elukan, tapi waktu Jawa Barat, Sumut dan Bali Jokowi datang, tetap kalah. Jawabannya adalah Indonesia itu dari Aceh sampe Papua, bukan cuma Jateng. Saya rasa Jokowi belum. Belum bisa dipastikan siapa dari PDIP selain Ibu (Megawati). Meski sudah ada lampu hijau untuk kader muda," pungkas Reni.
[url]http://news.detik..com/read/2013/06/10/041759/2268432/10/wacana-jokowi-nyapres-membuat-pdip-dalam-dilema?991104topnews[/url]

[ANALSIS] Mencermati SIkap Politik Megawati pasca TK Wafat, Semakin Jauh dari SBY?
Meski sama-sama pria jawa, figur Jokowi tidaklah sama dalam hal 'kesetiaan'nya pada Megawati,
tokoh anutannya, bila dibanding SBY dulu saat menjadi punggawanya Megawati.


Usai Pemakaman TK, Jokowi Dampingi Megawati ke Teuku Umar
June 9, 2013

Ahok.Org – Usai pemakaman Taufiq Kiemas di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Megawati Soekarnoputri langsung menuju kediamannya di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Tampak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menemani Megawati di dalam mobil yang ditumpangi istri almarhum Taufiq Kiemas itu. Mobil dinas yang awalnya ditumpangi Jokowi tampak membuntuti dari belakang, bersama dengan mobil rombongan wartawan. Setibanya di kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar 27, baik Jokowi maupun Megawati langsung masuk ke dalam rumah. Mereka tidak mengeluarkan komentar sedikit pun kepada wartawan yang telah menunggu kehadiran mereka di depan rumah.

Keadaan di lokasi saat ini terpantau sepi. Untuk kendaraan yang melintas dari arah Teuku Umar menuju Taman Suropati sedikit terhambat. Sedangkan untuk arah sebaliknya, ramai lancar. Para petugas keamanan terus menjaga ketat kawasan tersebut. Tampak pula puluhan wartawan yang berusaha meliput dan mengambil gambar dengan memanjat pagar. Taufiq wafat, Sabtu (8/6/2013) malam, di Singapura, karena penyakit komplikasi yang selama ini dideritanya. Ia menjalani perawatan di rumah sakit di Singapura sejak Senin (3/6/2013). Taufiq menjalani perawatan setelah mendampingi Wakil Presiden Boediono meresmikan Monumen Bung Karno dan Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur pada Sabtu (1/6/2013). Ia meninggal dunia pada usia ke-70 tahun. Taufiq meninggalkan seorang istri Dyah Permata Megawati Setyawati atau Megawati Soekarnoputri dan tiga anak yakni Mohammad Rizki Pratama, Mohamad Prananda Prabowo, dan Puan Maharani Nakshatra Kusyala.[Kompas.com]
http://ahok.org/berita/news/usai-pem...ke-teuku-umar/

[ANALSIS] Mencermati SIkap Politik Megawati pasca TK Wafat, Semakin Jauh dari SBY?
siapa mempengaruhi siapa?

Selama ini, TK Imbangi Pengaruh Megawati di PDIP
June 9, 2013 10:20:40

Jakarta, Aktual.co - Taufik Kiemas secara tidak langsung pernah mengajarkan bagaimana cara berjuang memperbaiki bangsa dengan berbagai resikonya termasuk resiko dipenjara pada masa rezim represif orde baru.
Demikian kesan yang disampaikan oleh Direktur Puspol Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun kepada Aktual.co pagi ini (9/6). "Secara politik beliau juga mengajarkan pentingnya politik keseimbangan yang beliau contohkan dalam menciptakan keseimbangan politik di tubuh PDI Perjuangan," ujar Ubed yang juga Dosen Universitas Negeri Jakarta. Misalnya kata Ubed dalam hal menyeimbangkan pengaruh Megawati di tubuh PDI Perjuangan sehingga memunculkan generasi politisi muda berkualitas di PDI Perjuangan.

Selain itu ada pesan penting yang mengingatkan seluruh komponen bangsa bahwa bangsa ini diingatkan untuk kembali pada Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, empat hal ini yang kemudian beliau sebut sebagai 4 pilar. "Beliau seolah mengingatkan bahwa ada yang keliru dalam mengelola jalannya negara," pungkas Ubed yang sempat menjadi aktivis Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ).
http://www.aktual.co/politik/062338t...gawati-di-pdip

[ANALSIS] Mencermati SIkap Politik Megawati pasca TK Wafat, Semakin Jauh dari SBY?
SBY meet TK

SBY-TK bertemu, Demokrat dan PDIP bakal koalisi
Kamis, 27 Desember 2012 − 15:31 WIB

Menurut Syarif dari hasil pertemuan tersebut bukan tak mungkin partai berlambang bintang Mercy itu akan melakukan koalisi dengan PDI Perjuangan. "Itu sangat mungkin, tidak tertutup kemungkinan. Sinyal (koalisi) itu kan dimana-mana selalu ada. Apalagi komunikasinya bagus seperti kemarin kan bagus sekali," ujarnya. Kendati Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tak ikut serta dalam pertemuan tersebut, Syarif mengapresiasi adanya pertemuan itu. Dia mengibaratkan pertemuan SBY dan Taufiq sebagai bentuk kemesraan kedua partai. "Lagunya itu kan kemesraan. Harus selalu dipupuk. Kemesraan itu bagus. Kebersamaan bangun bangsa patut kita tingkatkan bersama," tutur Menteri UKM dan Koperasi ini.

Seperti diketahui, kemarin, Taufiq ditemani putrinya Puan Maharani mendatangi Istana Negara Jakarta. Kedatangan keduanya selain untuk bersilahturahmi juga untuk memberikan buku biografi Taufiq yang
berjudul Gelora Kebangsaan Tak Kunjung Padam. Buku tersebut akan segera diluncurkan saat perayaan ulang tahun Taufiq yang ke-70 pada 31
Desember 2012 mendatang.
http://nasional.sindonews.com/read/2...-bakal-koalisi

[ANALSIS] Mencermati SIkap Politik Megawati pasca TK Wafat, Semakin Jauh dari SBY?
semasa masih bersama, suka beda pandangan politik?

Megawati: Pernyataan TK Bukan Sikap PDIP
Sebagai partai besar, Megawati mengatakan bahwa memang PDIP tidak menutup peluang itu.

[ANALSIS] Mencermati SIkap Politik Megawati pasca TK Wafat, Semakin Jauh dari SBY?

VIVAnews - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tidak ambil pusing soal pernyataan koalisi yang dilontarkan oleh Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI Perjuangan Taufiq Kiemas. Menurut Megawati bahwa Taufiq Kiemas menyatakan pendapat itu adalah hal yang wajar. "Yang dikatakan pak Taufiq, beliau kan Deperpu (Dewan Pertimbangan Pusat). Dalam Anggaran Dasar, Deperpu tentu boleh bicara," kata Megawati usai acara Kongres Daerah ke III PDI Perjuangan di Hailai Building, Ancol, Minggu 21 Maret 2010.

Namun demikian, menurut Megawati, bukan berarti bahwa penyataan yang diungkapkan Taufiq itu adalah sikap partai. "Deperpu adalah bagian dari partai, mereka senior dan punya hak bicara tapi tidak punya hak suara," kata Megawati. Tapi sebagai partai besar, Megawati mengatakan bahwa memang PDIP tidak menutup peluang itu. Jawaban itu disampaikan Megawati secara tersirat tentang komitmen partai secara keseluruhan. "PDIP lugas, komitmen dan berpihak kepada rakyat," katanya. "Nanti di Kongres saya tidak tahu karena nanti dari komisi-komisi yang berdiskusi sikap kita akan seperti apa," katanya. Kongres PDIP Bali akan digelar April mendatang. Dalam Kongres ini, PDIP juga akan menemtukan ketua umum partai.
http://log.viva.co.id/news/read/1379...antung_kongres


Megawati Sakit Hati, Warning Bagi PDIP
Minggu 21 Maret 2010

[ANALSIS] Mencermati SIkap Politik Megawati pasca TK Wafat, Semakin Jauh dari SBY?
Megawati

VIVAnews - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengaku sakit hati karena partainya disebut kalah dua kali. Bagi kader, ucapan Megawati merupakan peringatan. "Wajar dia berkata seperti itu. Bagi kader, itu adalah warning," kata Sekretaris Fraksi PDIP Ganjar Pranowo dalam perbincangan dengan VIVAnews, Minggu 21 Maret 2010. Sakit hati ini disampaikan Megawati saat membuka Konferensi Daerah III DKI Jakarta di Jakarta.

Namun, Ganjar menilai pernyataan Megawati itu dilontarkan cenderung untuk menyikapi sistem politik dan demokrasi negara ini. "Kok gaptek," kata dia. Bagaimana PDIP memperjuangkan hasil pemilihan umum lalu yang dinilai sarat pelanggaran. "Hingga PDIP mengajukan gugatan ke MK. Meski MK tidak mengabulkan pada akhirnya," kata dia. Dalam konsolidasi dari tingkat cabang hingga nanti tingkat nasional di Bali, PDIP sudah mengumpulkan berbagai masukan hingga cacian untuk menjawab sebutan PDIP kalah dua kali itu. "Kami buat sejumlah catatan program dan inovasi. Kekalahan mungkin dinilai karena ada beberapa program yang tidak match dengan keinginan masyarakat," kata dia. Evaluasi internal, kata dia, akan dilakukan PDIP untuk menyelesaikan program-program yang dinilai tidak membumi. "Kami coba political education," jelasnya.
http://log.viva.co.id/news/read/1379...ning_bagi_pdip


------------------

Membahas sikap Megawati pasca wafatnya Taufik Kiemas, minggu-minggu ke depan ini (apalagi usai suasana berkabung 3 bulan ke depan) nanti, akan menarik banyak pihak. Apakah Megawati akan tetap tegar dengan niatnya untuk maju kembali dalm pencapresan tahun depan, atau akan menarik diri? Kalau dia menarik diri dari dunia politik, lalu siapa yang akan menggantikan tiket Capres PDIP itu? Jokowi atau siapa? Akankah Megawati menuruti keinginan terakhir TK, yaitu berkoalisi dengan Demokrat dalam hal pencapresan? Semua tentu yang paham isi hati Megawati sendiri.

Tapi dari sikap politiknya selama ini, kayaknya sulit bagi seorang Megawati untuk menuruti kehendak TK selagi dia hidup dulu, yaitu berkoalisi dengan Demokrat. Alasannya tentu sangat subyektif sekali. Ini menyangkut harga diri dan perasaan seorang wanita yang merasa pernah dikecewakan dan dikhianati oleh seorang laki-laki bernama SBY, saat ybs menjadi punggawanya, saat Megawati menjabat Presiden dulu. Maksudnya? Sulitlah membangkitkan kepercayaan seorang Megawati akan niat tulus SBY yang sangat berharap PDIP mau berkoalisi dengan partainya, Demokrat, yang semakin terpuruk itu. Sementara dari perhitungan peta politik saat ini, ke depan kehadiran partai Demokrat itu di prediksi banyak orang akan semakin tenggelam, seiring dengan lengsernya sang pemimpinnya, SBY, sebagai Presiden RI, serta issue korupsi yang melanda elit partai itu. Bergabung dengan Demokrat di Pemilu dan Pilpres tahun depan, bahkan bisa bernilai negatif bagi PDIP, yaitu berpotensi besar akan menurunkan dukungan pemilih kepada partai PDIP. Hal lainnya adalah, potensi GOLPUT yang tinggi di Pemilu kali ini (diperkirakan sekitar 50% atau sekitar 70 juta suara pemilih). Strategi menghadapi situasi seperti itu, terbaik bagi partai seperti PDIP adalah memperkuat loyalitas akar rumputnya sendiri, ketimbang mencari tambahan suara dari partai lain yang rawan bangkrut pemilihnya itu.

Lalu kalau Megawati ogah berkoalisi dengan SBY dan Demokrat, bagaimana dengan pencapresannya? Hanya ada dua kemungkinannya: pertama, Megawati akan rela melepas tiketnya dan menunjuk Jokowi bersama Puan Maharani; Atau, dia akan tetap mencalonkan dirinya sebagai Capres dari PDIP, tetapi didampingi Jokowi sebagai Wapresnya. Kemungkinan kedua ini belum pernah dipikirkan para politisi sebelumnya. Tetapi dengan meninggalnya Taufik Kiemas, peluang seperti itu akan semakin terbuka. Mega tentu akan berfikiran jauh ke depan di usianya yang sudah uzur itu, kalaulah dia terpilih dan usianya tidak tuntas dalam mengemban jabatan Presiden itu kelak, dia tak perlu khawatir, sebab penggantinya adalah Wapresnya yang setia dengan perjuangan PDIP, siapa lagi kalau bukan Jokowi?



emoticon-Matabelo
Diubah oleh yantique 09-06-2013 23:57
0
3.2K
18
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
KASKUS Official
677.9KThread47.2KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.