Quote:
KEDIRI, - Masjid Baitul Salam milik jemaah Ahmadiyah di Desa Gempolan, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, dirusak massa, Kamis (16/5/2013) malam. Para pimpinan jemaah Ahmadiyah kini mengamankan diri di Kota Kediri, Jawa Timur.
Ada dua mubaligh atau juru dakwah yang berada di Kota Kediri, yaitu Rizal Fazli Mubarrok (24) dan Edi Susanto (30). Keduanya saat ini mengungsi di rumah Aminullah Yusuf, muballigh wilayah Kediri di Kelurahan Ngadisimo.
"Kami di sini dievakuasi. Enggak tahu kapan kembali ke sana, tergantung sikon (situasi kondisi di Tulungagung, red)," kata Rizal Fazli Mubarrok saat ditemui di Ngadisimo, Jumat (17/5/2013).
Rizal mengakui datang ke Tulungagung dari Bogor sejak sepekan lalu. Kedatangannya itu karena mendapat tugas dari pengurus pusat Ahmadiyah untuk membantu para jemaah di Tulunggagung. Kegiatannya itu, menurutnya, hanya berupa pelaksanaan ibadah pokok saja.
"Di sana saya ditugaskan untuk membina jemaah Ahmadiyah dalam hal beribadah seperti salat 5 waktu dan mengaji saja. Tidak ada kegiatan lainnya," kata pria yang kedatangannya dituding menjadi pemicu terjadinya perusakan masjid di Tulungagung ini.
Awal saat datang di Tulungagung, Rizal mengaku sudah melaporkan diri ke perangkat desa tingkat RT yang diantarkan oleh Jakfar, anggota jemaah Ahmadiyah Tulungagung. Bahkan, dia juga mengaku sudah menemui ketua RW.
"Jadi tidak benar kalau saya tidak lapor. Mungkin terjadi miskomunikasi antar mereka (perangkat desa)," tegasnya.
Rizal menceritakan awal mula perusakan perusakan masjid Ahmadiyah oleh massa. Mubaligh kelahiran Mataram ini mengaku diundang pemerintah desa di rumah ketua RT, Kamis malam. Ia mengaku tidak mengetahui pasti tujuan undangan itu.
Saat ia datang, menurutnya, sudah ada beberapa orang yang berkumpul di dalam forum itu.
"Saya datang berdua dengan pak Edi, jam setengah delapan malam. Jam 8, kami disuruh pulang, dan kami kembali ke rumah pak Jakfar," tuturnya.
Tak berselang lama, setelah forum bubar, tiba-tiba massa datang lalu merusak masjid Ahmadiyah. Massa melempari kaca masjid hingga pecah. Saat aksi perusakan berlangsung, ia dan rekannya berhasil menyelamatkan diri.
"Jumlahnya (massa) berapa, saya kurang tahu. Suasananya gelap," imbuh pria berkacamata ini saat ditanya jumlah massa perusak masjid Ahmadiyah.
Informasi yang dihimpun Kompas.com, massa diduga mengamuk karena masjid Ahmadiyah tiba-tiba menggelar kembali kegiatan beribadah. Padahal sebelumnya, masjid yang dibangun secara swadaya oleh jemaah itu sudah dibekukan sesuai kesepakatan bersama antara warga dan pengelola masjid. Kini masjid yang sempurna dibangun itu masih dalam penjagaan ketat petugas dari kepolisian maupun tentara.
Ini menarik, kejadian ini dekat dengan Presiden SBY yang akan menerima penghargaan dunia atas usahanya menjaga toleransi umat beragama dimana penghargaan itu banyak mendapat protes dari beberapa kalangan karena Presiden dinilai tidak berani dan tidak berbuat apa-apa saat beberapa kekerasan seperti di atas terjadi.