Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

polisianjingAvatar border
TS
polisianjing
(Menteri sapi inside) Kehilangan Momentum, Operator WiMax Migrasi ke LTE
Jakarta - Para operator penyedia layanan pita lebar WiMax di Indonesia berbondong-bondong akan meninggalkan perangkat teknologi lamanya untuk mengimplementasikan perangkat baru berbasis Long Term Evolution (LTE).

Setelah First Media dan Indosat Mega Media (IM2), kini Berca Hardayaperkasa juga ingin segera merealisasikan niatnya untuk berganti teknologi. Ketiganya merupakan pemegang lisensi broadband wireless access (BWA) di pita spektrum 2,3 GHz sejak 2009.

Duta Subagio Sarosa, Direktur PT Berca Hardayaperkasa, sempat bercerita kepada detikINET tentang sulitnya untuk menggelar layanan WiMax. "Kami sudah kehilangan momentum dua tahun lebih," lirihnya, saat mau mengkomersialisikan WiGO, layanan WiMax yang digelar Berca.

Memang tak bisa dipungkiri, kebijakan pemerintah untuk menggelar WiMax di Indonesia terlalu lama. Sejak ramai dibicarakan 2005 silam, perangkat regulasi dan lisensinya baru hadir empat tahun kemudian.

Setelah itu, WiMax yang dinanti-nanti juga tak kunjung jalan karena perselisihan soal standardisasi teknologi. Tarik ulur soal standar D dan E dengan alasan melindungi kepentingan lokal pada akhirnya membuat layanan ini bak mati segan hidup tak mau.

Berca sendiri yang menguasai lebar spektrum 30 MHz di 2,3 GHz di Sumatera Bagian Selatan dan Tengah, Kalimantan, Sulawesi Bagian Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara, akhirnya baru mulai ekspansi 2011-2012 lalu.

Rentang waktu yang terlalu lama ini pada akhirnya membuat momentum WiMax sirna. Orang-orang tak lagi membicarakan WiMax. Untungnya, pemerintah akhirnya membebaskan lisensi di 2,3 GHz untuk teknologi netral. Alasan ini pula yang membuat para operator pemegang lisensi BWA berbondong-bondong migrasi cari selamat ke LTE.

Operator BWA yang juga telah mantap ke LTE adalah First Media. Anak perusahaan Lippo ini bahkan rela menghentikan sementara layanan Sitra WiMax yang telah digunakan 5.600 pelanggannya demi berganti teknologi.

Dalam klarifikasinya kepada Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), manajemen First Media menyatakan siap mengganti kerugian konsumen dengan sejumlah opsi agar diizinkan untuk mematikan layanannya selama empat bulan di Jabodetabek sebelum pindah ke LTE.

Di Jabodetabek, First Media kabarnya akan mengganti teknologi WiMax miliknya dengan perangkat eNodeB dan Core TDD LTE yang disediakan vendor jaringan Huawei.

IM2

Selain Berca dan First Media, Indosat juga akan melakukan hal yang sama melalui anak usahanya PT Indosat Mega Media (IM2) dengan menggelar teknologi Time Division Duplex Long Term Evolution (TDD LTE).

"Secara realita teknologi WiMax tidak menghadirkan ekosistem yang bagus sehingga susah dikembangkan. Kita langsung TDD LTE saja untuk BWA yang dimiliki IM2," ungkap President Director & CEO Indosat Alexander Rusli, belum lama ini.

Ia menjelaskan, IM2 saat ini memiliki lisensi BWA di Jawa Barat minus Jabodetabek yang pasarnya lumayan besar. "Potensi zona ini kedua terbesar setelah Jabodetabek. Bayar Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensinya lumayan mahal," ungkapnya.

Sejak mendapatkan lisensi pada 2009, perseroan hanya sekadar melakukan uji coba terhadap teknologi WiMax baik itu standar D atau E.

"Kita bayar terus BHP frekuensinya setiap tahun. Sekarang dengan ekosistem TDD LTE sudah lumayan matang, rasanya bisa kita gelar di zona yang dimenangkan IM2," jelas Alex.

BHP frekuensi zona 5 untuk tiga tahun pertama setiap tahunnya sekitar Rp 18,408 miliar per tahun. Namun, sejak adanya kebijakan teknologi netral di frekuensi 2,3 GHz, maka BHP naik menjadi sekitar Rp 19,962 miliar setiap tahunnya.

Diprediksi, ekosistem TDD LTE sudah lumayan matang di Indonesia pada triwulan ketiga 2014. Pasalnya, jika Indosat ingin menggelar TDD LTE membutuhkan perangkat di sisi konsumen yang bisa menjalankan GSM dan TDD LTE.

"Sekarang sudah ada perangkat yang dua teknologi jalan. Pasalnya, di Indonesia itu TDD LTE kan hanya untuk data, padahal suara itu masih dibutuhkan. Di Jepang sudah ada, kita mau perangkat seperti itu masuk Indonesia dulu," kata Alex.

Menurutnya, kendala untuk operator seperti Indosat dalam mengembangkan teknologi baru seperti TDD LTE adalah dalam penyediaan perangkat karena selama ini tidak mengenal subsidi.

"Kita tidak mau subsidi perangkat. Nah, sekarang itu menjadi pekerjaan rumah pemilik teknologi membangun ekosistem di Indonesia," pungkasnya.

Sejauh ini, dua vendor jaringan telah mendekati Indosat untuk menggelar TDD LTE bagi IM2, yakni Huawei dan Ericsson. "Baru penjajakan. Kita sedang kaji mau vendor financing atau tidak. Soalnya vendor financing itu, bayar memang belakangan, tetapi lebih mahal," jelasnya.

TDD LTE diklaim menjadi teknologi dan solusi yang menawarkan layanan-layanan yang lebih majemuk, peningkatan kecepatan yang lebih tinggi dan percepatan konektivitas M2M (machine to machine), serta pelayanan berbagai aplikasi media sosial lainnya.

[url]http://inet.detik..com/read/2013/05/31/105010/2261255/328/kehilangan-momentum-operator-wimax-migrasi-ke-lte?i991102105[/url]

menteri sapi kejar setoran 2T, operator belum bisa jualan sudah dipalak milyaran
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 30 suara
Bagaimana komen ada tentang menkominfo
mentri guoblog
77%
saya guoblog
3%
ts guoblog
20%
0
1.7K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.