SUMBER
Quote:
Magelang - Hari Trisuci Waisak merupakan hari yang paling krusial bagi seorang umat Buddha. Pada hari ini, umat Buddha memperingati kelahiran Pangeran Siddharta yang kelak menjadi Sang Buddha, Pertapa Siddharta mencapai Kebuddhaan, wafatnya Sang Buddha, dimana tiga peristiwa penting tersebut jatuh pada hari yang sama dalam kehidupan Sang Buddha.
Sehari sebelum memasuki acara puncak dari Tri Suci Waisak di Candi Borobudur, para bhikkhu/bhikkhuni dari berbagai vihara yang datang untuk Waisak, berkumpul di Klenteng Liong Hok Bio, Magelang, untuk melakukan tradisi Pindapatta. Sejak pagi, mereka sudah datang ke klenteng ini, untuk berdoa sejenak secara bergantian sebelum memulai prosesi ini. .
"Tradisi Pindapatta berasal dari bahasa Pali, yang artinya menerima persembahan makanan." kata seorang upasaka Buddha. " Patta atau mangkuk makanan yang digunakan oleh para bhikkhu/bhikkhuni. Tradisi bagi para Bhikkhu Sangha dalam mengumpulkan sumbangan makanan ke dalam patta dari satu tempat ke tempat lainnya yang dilakukan bersama-sama dengan berjalan kaki, sembari kepala tertunduk sambil membawa patta."
Tradisi pindapatta sudah ada sejak sejak zaman kehidupan Sang Buddha lebih dari 2500 tahun yang lalu . Dibeberapa negara Buddhis, pindapatta dilaksanakan setiap hari di pagi hari dimana para Bhikkhu mengumpulkan makanan untuk dirinya sendiri cukup untuk kebutuhan 1 hari saja, untuk dimakan setiap jam 7 pagi dan 11 siang karena setelah lewat jam 12.00 siang, para Bhikkhu tidak boleh menyantap makanan apapu lagi sampai keesokan harinya.
Pindapatta sendiri merupakan tradisi yang membuka kesempatan kepada rakyat miskin untuk melakukan perbuatan maha baik, yaitu berdana makanan kepada para pertapa dimana menurut keyakinan akan membawa kekayaan di beberapa kelahiran yang akan datang atau terwujudnya kesempatan untuk mencapai cita-cita luhur.
Para Bhikkhu menerima makanan apa pun tanpa membeda-bedakan, menerima makanan hanya cukup kebutuhan 1 hari, serta menyadari bahwa fungsi makanan adalah untuk kebutuhan jasmani, mempertahankan keberlangsungan hidup saja agar bisa menjalankan kehidupan suci dalam arti maupun maknanya, bukan untuk memanjakan nafsu.
Tradisi ini, di negara yang mayoritas penduduk beragama Buddhis, seperti Thailand, Sri Lanka, Myanmar, Laos, dan Kamboja. Biasanya para Bhikkhu hutan yang lebih ketat dimana mereka cuma makan 1 hari sekali saja, keluar dari hutan di pagi buta menuju desa terdekat untuk melakukan tradisi ini. Sampai sekarang, hal itu bahkan masih terus dilakukan setiap hari, hingga menjadi momentum yang unik dan menarik bagi wisatawan.
Semoga Semua Makhluk Berbahagia dalam arti bebas dari kebencian, kesukaran, penyakit batin, dan tidak kehilangan kebahagiaan yang telah diperoleh.