Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mustikajiwaAvatar border
TS
mustikajiwa
FILOSOFI TUAH KERIS
hanya sekedar ingin berbagi pokok-pokok pemahaman tentang sejatinya sebuah keris , pemahaman mengenai tujuan diciptakannya sebuah keris dan mengenai tuahnya.

Tulisan ini juga ditujukan untuk meluruskan pandangan orang tentang keris jawa dan tuahnya, termasuk pandangan para pemerhati perkerisan, karena kecenderungannya sudah salah kaprah yang menyamakan sebuah keris dengan jimat bertuah, yang hanya dinilai dari bentuk fisiknya dan jenis tuahnya saja, tidak memahami sisi kejiwaan sebuah keris



Umumnya sebuah keris bersifat dinamis. Walaupun masing-masing keris memiliki kekhususan sendiri-sendiri dan sifat karakter sendiri-sendiri, tetapi secara umum sisi kegaibannya akan mengikuti sisi kehidupan manusia pemiliknya, terutama jika sudah ada penyatuan kebatinan antara manusia si pemilik keris dengan kerisnya.

Jadi, jika sudah ada penyatuan kebatinan antara manusia si pemilik keris dengan kerisnya, apapun jenis kerisnya dan tuahnya, secara umum sisi kegaibannya akan mengikuti jalan kehidupan manusia pemiliknya.

Dalam penyatuannya (pendampingan) kepada si manusia pemiliknya ada sosok gaib keris yang tampak berdiri mendampingi manusia tuannya, tetapi ada juga yang tetap berdiam di dalam kerisnya, mengawasi tuannya. Masing-masing sosok gaib keris mempunyai cara penyatuan / pendampingan sendiri-sendiri.

Menyatunya kegaiban keris dengan pemiliknya tidak semuanya ditunjukkan dalam bentuk sosok gaib kerisnya tampak keluar mendampingi si manusia pemilik keris, karena isi gaib keris ada yang tetap berdiam di dalam kerisnya, tidak keluar mendampingi manusia, tapi tetap mengawasi. Biasanya ini adalah dari jenis keris-keris kesaktian. Yang penting dan diperlukan adalah adanya bentuk penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, sehingga apakah isi gaib kerisnya keluar mendampinginya ataukah tetap berdiam di dalam kerisnya tidak akan menjadi masalah. Sewaktu-waktu dalam sekejap khodam kerisnya bisa keluar dan datang kalau diperlukan dan tetap bisa berinteraksi batin dengan si manusia walaupun jaraknya jauh.

Secara umum tujuan keris-keris dibuat dimaksudkan dengan cara pendampingannya masing-masing keris-keris itu akan memberikan tuahnya kepada si manusia, dan untuk manfaat yang maksimal dalam pendampingan itu dibutuhkan adanya penyatuan kebatinan si manusia dengan kerisnya (ada interaksi batin).

Sifat kejiwaan keris sama seperti manusia yang memomong dan menjaga anaknya. Bila si manusia peka rasa, bisa mendengarkan bisikan kerisnya yang berupa ide dan ilham dan firasat (dan mimpi), maka orang itu akan dituntun kepada jalan yang mengantarkannya sukses sesuai jenis tuah kerisnya dan menjauhkannya dari kesulitan dan bahaya. Sifat kejiwaan yang seperti itu tidak kita dapatkan dari benda-benda gaib lain. Umumnya orang-orang jawa jaman dulu peka rasa dan batin, sehingga akan mudah penyatuan kebatinannya dengan keris-kerisnya. Itulah juga sebabnya orang-orang jawa jaman dulu, yang peka rasa, lebih memilih keris daripada benda-benda gaib lain.


Sebagai sebuah benda pribadi, keris dibuat secara khusus agar memiliki tuah yang sesuai dengan kepribadian dan kehidupan si manusia pemiliknya (si pemilik pertama), sehingga kegaiban sebuah keris dapat secara maksimal mendukung aktivitas keseharian dan upaya pemiliknya dalam mencapai keinginan atau cita-citanya.

Pada jaman dulu orang-orang yang datang kepada seorang empu keris, yang menjadi pesanan khususnya hanyalah bentuk kerisnya dan kelengkapan kerisnya saja, bukan tuahnya. Bentuk tuah keris ditentukan sendiri oleh si empu keris berdasarkan pertimbangannya pada karakteristik kepribadian dan kehidupan si manusia calon pemilik keris. Jadi, dalam membuat sebuah keris, tuah yang terkandung di dalam sebuah keris bukanlah pesanan dari calon pemiliknya, tidak seperti halnya orang yang datang kepada seorang paranormal / spiritualis untuk meminta jimat pengasihan, kerejekian, kekayaan, kewibawaan, kekuatan, kekebalan, dsb.

Pada saat pembuatannya, tuah keris dibuat berdasarkan pertimbangan yang bersifat pribadi, sehingga tuah keris yang dipesan oleh seorang raja, bupati dan adipati, atau keluarga raja, dan penguasa dan pejabat pemerintahan selalu mengenai kesaktian, wibawa kekuasaan dan kepemimpinan. Tuah keris untuk para pedagang selalu berkisar pada kejayaan berdagang. Tuah keris untuk panembahan / spiritualis / sesepuh tokoh masyarakat kebanyakan berkisar pada sifat-sifat kesepuhan. Tuah keris untuk rakyat biasa kebanyakan berkisar pada kerejekian, keselamatan, ketentraman keluarga, keberkahan hidup, dsb.

Tuah keris jawa yang paling dasar adalah untuk kesaktian. Semua keris, apapun jenis kerisnya dan jenis tuahnya, selalu mengandung unsur kesaktian dan kekuatan gaib di dalamnya. Walaupun tuah utamanya adalah untuk kerejekian, ketika sedang digunakan untuk berkelahi, keris itu akan berfungsi sebagai keris kesaktian. Walaupun tuahnya untuk kerejekian, tetapi biasanya kekuatan gaib keris-keris jawa itu berada jauh di atas kekuatan gaib jimat-jimat kebal yang biasa dipakai orang, seperti mustika wesi kuning, rante babi, mustika merah delima, jimat rajahan ataupun jimat-jimat kebal isian. Sehingga walaupun tuahnya untuk kerejekian, keris-keris jawa siap setiap saat untuk mengalahkan kekuatan gaib jimat-jimat kebal tersebut.

Tuah dasar lainnya adalah untuk perlindungan gaib bagi si pemilik keris dari serangan gaib atau kejahatan. Jadi, selain tuah utamanya yang untuk kesaktian, kekuasaan atau rejeki, keris juga memberikan tuah perlindungan gaib bagi si pemilik. Dengan demikian, bila dikatakan bahwa sebuah keris bertuah kesaktian, atau kewibawaan, atau rejeki, sebenarnya terkandung juga di dalamnya tuah untuk perlindungan gaib, walaupun tuah itu mungkin tidak terasa dominan. Sesuai sugesti sang pemilik keris, kekuatan gaib di dalam keris jawa dapat diminta untuk memberikan pagaran gaib atau perlindungan gaib untuk si pemilik keris dan keluarganya.



1. Tuah Keris Sesuai Tujuan Awal Pembuatannya.

Seperti sudah diuraikan dalam halaman-halaman sebelumnya bahwa sesuai filosofi dasar pembuatan keris jawa, sebuah keris dibuat dengan kegaiban di dalamnya yang sejalan dengan status keris dan kelas keris di dunia manusia maupun di dunia gaib keris yang aturannya sama dengan status dan kelas wahyu dewa yang diturunkan kepada manusia, karena filosofi dasar diturunkannya wahyu gaib keris adalah untuk dipasangkan dengan wahyu dewa yang diturunkan kepada manusia, sehingga hirarki status dan kelas gaib keris dan wahyu dewa itu sejalan (baca : Status Keris dan Kelas Keris). Aturan ini menjadi faktor dominan yang akan menentukan apakah sebuah keris akan cocok dan bisa menyatu dengan seseorang.

Dalam halaman berjudul Tuah Keris - Filosofi Dasar dituliskan bahwa tujuan sebuah keris dibuat beserta kegaiban di dalamnya adalah untuk menjadi pendamping manusia pemiliknya dan menunjang kehidupannya dalam bidang :
- Kesaktian / Ksatriaan
- Wibawa Kekuasaan
- Kerejekian
- Kesepuhan

Pada saat pembuatannya, tuah keris dibuat berdasarkan pertimbangan yang bersifat pribadi, sehingga tuah keris yang dipesan oleh seorang raja atau keluarga raja, bupati dan adipati / penguasa / pejabat pemerintahan selalu mengenai kesaktian, wibawa kekuasaan dan kepemimpinan. Tuah keris untuk para pedagang selalu berkisar pada kejayaan berdagang. Tuah keris untuk panembahan / spiritualis / sesepuh tokoh masyarakat kebanyakan berkisar pada sifat-sifat kesepuhan. Tuah keris untuk rakyat biasa kebanyakan berkisar pada kerejekian, keselamatan, ketentraman keluarga, keberkahan hidup, dsb.

Keris-keris untuk para prajurit, senopati, panglima perang dan pemimpin perang lainnya dan untuk para pesilat dan ksatria dalam dunia persilatan selalu dominan mengandung tuah kesaktian. Sebagian keris-keris jenis ini mengandung hawa aura yang panas dan energi yang tajam.

Keris-keris untuk seorang raja atau keluarga raja, bupati dan adipati / penguasa / pejabat pemerintahan selalu mengandung tuah kesaktian, wibawa kekuasaan dan kepemimpinan. Sebagian keris-keris jenis ini mengandung hawa aura yang panas dan angker.

Sebagian dari keris-keris di atas ada yang bersifat khusus, yaitu yang disebut sebagai Keris Keraton yang tujuan pembuatannya adalah untuk menjadi lambang kebesaran sebuah kerajaan / kadipaten / kabupaten, yang terkandung di dalamnya apa yang biasa disebut sebagai Wahyu Keraton.

Keris-keris lain yang bersifat khusus adalah yang disebut Keris Keningratan, yang tujuan pembuatannya hanya untuk dimiliki oleh seorang raja / adipati / bupati dan keluarganya, yang tergolong sebagai orang-orang ningrat / bangsawan.

Keris-keris yang bersifat khusus di atas hanya patut dimiliki oleh orang-orang tertentu yang sesuai dengan tujuan keris-keris itu diciptakan, bukan untuk orang umum.

Keris-keris untuk para pedagang selalu berkisar pada kejayaan berdagang.
Keris-keris untuk rakyat biasa kebanyakan mengandung tuah untuk kerejekian, keselamatan, ketentraman keluarga, keberkahan hidup, dsb.

Keris-keris untuk panembahan / spiritualis / sesepuh tokoh masyarakat kebanyakan berkisar pada sifat-sifat kesepuhan. Umumnya hawa auranya teduh.


Keris-keris yang disebutkan di atas mengandung sifat tuah, karakter dan kekhususan sendiri-sendiri yang sudah dicocokkan dengan manusia pemiliknya dulu, yang akan menentukan apakah keris-keris tersebut cocok untuk dimiliki oleh manusia jaman sekarang.
Diubah oleh mustikajiwa 16-05-2013 04:38
0
23.3K
76
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
SupranaturalKASKUS Official
15.6KThread10.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.