pulgasadidunAvatar border
TS
pulgasadidun
Fenomena "Keturunan" Nabi
Telinga saya sempat panas dan terganggu ketika mendengar bahwa ada sebahagian orang yang secara terang-terangan dengan angkuh mengaku sebagai keturunan Nabi, seakan-akan ia memang berniat menggunakan status "keturunan" tersebut agar orang lain di sekitarnya lebih hormat dan bahkan "memuja" dia. Ironis memang, tapi itu terjadi!

Secara umum sebenarnya sah-sah saja dan tidak ada salahnya sama sekali. Karena, pada dasarnya semua umat manusia di muka bumi ini merupakan keturunan seorang Nabi, yaitu Nabi Adam Alaihissalam yang merupakan Nabi dan Rasul pertama di muka bumi ini.

Secara historis kita tahu, bahwa tidak semua keturunan Nabi Adam Alaihissalam beriman kepada Allah SWT dan mengakui bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Artinya, secara umum, tidak ada yang ‘istimewa’ dengan status keturunan Nabi. Apalagi, yang sesungguhnya dinilai oleh Allah SWT bukanlah asal-usul keturunan seseorang tetapi tingkat ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Orang yang baik semisal Mbok Kiyem tetangga saya, atau Mahatma Gandhi yang menjadi pelopor kemerdekaan India atau bahkan lebih jauh yang bengis sekalipun seperti Hitler sang "Fuhrer" Nazi Jerman dan Ariel Sharon dari Israel pun adalah keturunan Nabi Adam Alaihissalam.

Semua nabi penerus Nabi Adam yang jumlahnya mencapai ribuan atau mungkin lebih, juga keturunan Nabi Adam Alaihissalam, begitu juga dengan para Rasul Allah. Sementara itu, tidak ada satu pun keturunan Nabi Muhamad SAW yang menjadi Nabi atau Rasul, kecuali kalau ada yang mengaku-ngaku, maka bisa jadi orang tersebut adalah nabi ataupun rasul yang palsu dan menjadi biang kesesatan nyata.

Beberapa waktu yang lalu ada fenomena yang menggelikan saya terkait hal ini, yaitu "penghormatan berlebih" beberapa kalangan kepada sekelompok orang "yang konon katanya adalah keturunan Nabi Muhammad SAW".

Memang fenomena seperti ini sudah ada sejak lama di Jakarta dan beberapa daerah lainnya. Pasti anda tidak asing dengan sebutan Habib (yang tercinta), Sayid (tuan), Syarif (yang mulia), dan sebagainya. Di Jakarta, sebutan tersebut cukup populer untuk ‘menghormati’ para keturunan "yang konon langsung dari" Nabi Muhammad dari jalur Fathimah ra.

Sekali lagi, memang tidak salah mengaku sebagai keturunan Nabi. Tapi yang salah adalah menggunakan "predikat" tersebut untuk kepentingan yang jauh dari kebenaran. Apalagi menutupi kebejatan pelaku kejahatan dengan jubah "Habibism" tersebut.



Ada yang punya pengalaman terkait hal ini?
Ayo berbagi pengalaman disini.
0
7.2K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.