- Beranda
- The Lounge
[Menyedihkan] Kehilangan Istri Akibat Kesalahan Diagnosa dan Penanganan Tidak Optimal
...
TS
Newbie.Botol
[Menyedihkan] Kehilangan Istri Akibat Kesalahan Diagnosa dan Penanganan Tidak Optimal
Sungguh menyedihkan kaskuser dengan ID lifewithoutmama harus kehilangan istrinya karena kesalahan diagnosa dan penanganan yang kurang optimal dari pihak RS
Berikut tulisannya di Surat Pembaca KASKUS:
LINK SURAT PEMBACA
Resume Medis:
Semoga amal ibadah almarhumah diteima disisi-Nya dan buat agan lifewithoutmama agar diberi ketabahan.
Berikut tulisannya di Surat Pembaca KASKUS:
Quote:
Original Posted By lifewithoutmama►Kami masih merasa sangat terpukul dan tak habis pikir dengan penanganan dokter pasca persalinan normal di RSIA Asyifa Depok/ Asy-Syifa Medical Center (AMC) Depok di Parung Bingung, yang akhirnya mengakibatkan istriku tercinta harus meregang nyawa di rumah sakit tersebut tepat pada tanggal 1 Januari 2013 yang lalu.
Sungguh tak pernah kami mengira, hari kelahiran anak kami yang telah ditunggu-tunggu sekian lama ternyata juga menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah keluarga kami. Nyawa orang yang paling berarti buat kami ternyata harus melayang di ruang tindakan rumah sakit tersebut, ketika dokter melakukan tindakan pengambilan miom atau mioma yang menurut dokter ditemukan dalam rahim almarhumah setelah bayi lahir, padahal dalam pemeriksaan USG rutin di rumah sakit tersebut tidak ada ditemukan adanya indikasi mioma.
Kami masuk ke RSIA Asyifa Depok/ Asy-Syifa Medical Center di Parung Bingung, Depok, pada pukul tiga dini hari. Dan kemudian bayi kami dilahirkan secara normal pada jam 7:30 pagi. Namun keceriaan kami menyambut si buah hati segera berubah ketika dokter Anisar Lestaluhu, Sp.OG yang membantu persalinan menyatakan bahwa ditemukan mioma sebesar 10 cm (belakangan diralat jadi 15 cm) sehingga harus segera dilakukan operasi sesar untuk pengangkatan mioma tersebut. Kami diperlihatkan daftar harga operasi pengangkatan mioma di kasir, mulai dari 13 juta rupiah, yang langsung kami setujui.
Namun tak lama sesudahnya dokter menyampaikan pula bahwa karena pendarahan telah berhenti, operasi sesar bisa ditunda sampai besok. Walau begitu kami diminta untuk ke PMI Depok untuk pengambilan stock darah untuk transfusi sebanyak satu kantong berukuran 250 cc. Setelah kami mengambil kantong darah tersebut dan menyerahkannya, siang harinya dokter lewat telepon kepada perawat meminta kami untuk kembali mengambil stok darah di PMI, kali ini sebanyak dua kantong dengan jumlah volume total 500 cc.
Kami pun kembali ke PMI untuk pengambilan darah tersebut. Namun, ketika kami masih berada di PMI di sore harinya, dokter kembali ke rumah sakit dan rupanya dokter juga telah berubah pikiran dan melakukan pengambilan mioma tersebut tanpa operasi sesar. Ternyata tindakan tersebut mengakibatkan kami harus kehilangan nyawa orang yang paling kami cintai untuk selama-lamanya...
Yang sangat membuat kami syok, dokter menyampaikan pada kami seolah-olah tanpa beban, bahwa karena keterbatasan yang ada, nyawa istriku telah tiada. Saat itu kami tak tau harus berkata apa dan hanya mengucapkan terima kasih kepada dokter sebelum beliau berlalu.
Namun tetap menjadi pertanyaan besar bagi kami: mengapa mioma hampir berukuran sebesar 10-15 cm, hampir sebesar kepala bayi itu tak pernah terdeteksi sebelumnya dalam pemeriksaan USG rutin di rumah sakit tersebut, bahkan dengan dua dokter yang berbeda? Apakah alat USG-nya yang tidak layak atau bagaimana?
Kalau rumah sakit memang punya keterbatasan, mengapa kami harus ditahan-tahan di rumah sakit tersebut dan tidak langsung dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih lengkap? Kami yakin kalau dokter melakukan tindakan yang tepat, tak perlu orang yang kami cintai meregang nyawa di rumah sakit tersebut dan tak perlu kedua anak kami menjadi piatu...
Hari itu adalah hari yang paling kelam yang kami alami di RSIA Asyifa Depok/ Asy-Syifa Medical Center (AMC) Depok yang terletak di Parung Bingung tersebut, tak jauh dari kediaman kami. Sungguh sangat tak bisa terlupakan dan terus menjadi mimpi-mimpi buruk kami sampai sekarang.
Apalagi ketika kami berada di rumah sakit, kami dilayani oleh seorang perawat yang sangat kasar pada kami. Walaupun berjilbab namun sikapnya sangat ketus. Dengan alasan capek, ia membanting-banting pintu lemari dan peralatan medis yang hendak ia bersihkan dilempar-lemparkan begitu saja sehingga membuat suara gaduh dan berisik. Bahkan almarhumah yang dalam kondisi kesakitan juga merasa ketakutan karena mendengar ada yang marah-marah.
Saat ini dua orang anak kami yang masih kecil-kecil, yang masih sangat butuh kasih sayang dan asuhan ibu kandungnya, harus tumbuh besar sebagai anak piatu. Mudah-mudahan kejadian yang menimpa kami menjadi perhatian dari pihak yang berwenang dan semoga tidak ada lagi korban-korban lainnya setelah kami.
***
Untuk kronologi lengkap meninggalnya almh. bisa dibaca di blog kami:
http://mimiadelita.blogspot.com
Sungguh tak pernah kami mengira, hari kelahiran anak kami yang telah ditunggu-tunggu sekian lama ternyata juga menjadi hari yang paling kelam dalam sejarah keluarga kami. Nyawa orang yang paling berarti buat kami ternyata harus melayang di ruang tindakan rumah sakit tersebut, ketika dokter melakukan tindakan pengambilan miom atau mioma yang menurut dokter ditemukan dalam rahim almarhumah setelah bayi lahir, padahal dalam pemeriksaan USG rutin di rumah sakit tersebut tidak ada ditemukan adanya indikasi mioma.
Kami masuk ke RSIA Asyifa Depok/ Asy-Syifa Medical Center di Parung Bingung, Depok, pada pukul tiga dini hari. Dan kemudian bayi kami dilahirkan secara normal pada jam 7:30 pagi. Namun keceriaan kami menyambut si buah hati segera berubah ketika dokter Anisar Lestaluhu, Sp.OG yang membantu persalinan menyatakan bahwa ditemukan mioma sebesar 10 cm (belakangan diralat jadi 15 cm) sehingga harus segera dilakukan operasi sesar untuk pengangkatan mioma tersebut. Kami diperlihatkan daftar harga operasi pengangkatan mioma di kasir, mulai dari 13 juta rupiah, yang langsung kami setujui.
Namun tak lama sesudahnya dokter menyampaikan pula bahwa karena pendarahan telah berhenti, operasi sesar bisa ditunda sampai besok. Walau begitu kami diminta untuk ke PMI Depok untuk pengambilan stock darah untuk transfusi sebanyak satu kantong berukuran 250 cc. Setelah kami mengambil kantong darah tersebut dan menyerahkannya, siang harinya dokter lewat telepon kepada perawat meminta kami untuk kembali mengambil stok darah di PMI, kali ini sebanyak dua kantong dengan jumlah volume total 500 cc.
Kami pun kembali ke PMI untuk pengambilan darah tersebut. Namun, ketika kami masih berada di PMI di sore harinya, dokter kembali ke rumah sakit dan rupanya dokter juga telah berubah pikiran dan melakukan pengambilan mioma tersebut tanpa operasi sesar. Ternyata tindakan tersebut mengakibatkan kami harus kehilangan nyawa orang yang paling kami cintai untuk selama-lamanya...
Yang sangat membuat kami syok, dokter menyampaikan pada kami seolah-olah tanpa beban, bahwa karena keterbatasan yang ada, nyawa istriku telah tiada. Saat itu kami tak tau harus berkata apa dan hanya mengucapkan terima kasih kepada dokter sebelum beliau berlalu.
Namun tetap menjadi pertanyaan besar bagi kami: mengapa mioma hampir berukuran sebesar 10-15 cm, hampir sebesar kepala bayi itu tak pernah terdeteksi sebelumnya dalam pemeriksaan USG rutin di rumah sakit tersebut, bahkan dengan dua dokter yang berbeda? Apakah alat USG-nya yang tidak layak atau bagaimana?
Kalau rumah sakit memang punya keterbatasan, mengapa kami harus ditahan-tahan di rumah sakit tersebut dan tidak langsung dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih lengkap? Kami yakin kalau dokter melakukan tindakan yang tepat, tak perlu orang yang kami cintai meregang nyawa di rumah sakit tersebut dan tak perlu kedua anak kami menjadi piatu...
Hari itu adalah hari yang paling kelam yang kami alami di RSIA Asyifa Depok/ Asy-Syifa Medical Center (AMC) Depok yang terletak di Parung Bingung tersebut, tak jauh dari kediaman kami. Sungguh sangat tak bisa terlupakan dan terus menjadi mimpi-mimpi buruk kami sampai sekarang.
Apalagi ketika kami berada di rumah sakit, kami dilayani oleh seorang perawat yang sangat kasar pada kami. Walaupun berjilbab namun sikapnya sangat ketus. Dengan alasan capek, ia membanting-banting pintu lemari dan peralatan medis yang hendak ia bersihkan dilempar-lemparkan begitu saja sehingga membuat suara gaduh dan berisik. Bahkan almarhumah yang dalam kondisi kesakitan juga merasa ketakutan karena mendengar ada yang marah-marah.
Saat ini dua orang anak kami yang masih kecil-kecil, yang masih sangat butuh kasih sayang dan asuhan ibu kandungnya, harus tumbuh besar sebagai anak piatu. Mudah-mudahan kejadian yang menimpa kami menjadi perhatian dari pihak yang berwenang dan semoga tidak ada lagi korban-korban lainnya setelah kami.
***
Untuk kronologi lengkap meninggalnya almh. bisa dibaca di blog kami:
http://mimiadelita.blogspot.com
LINK SURAT PEMBACA
Resume Medis:
Quote:
Original Posted By lifewithoutmama►Agan-agan yth., di bawah ini adalah resume medis yang diberikan oleh pihak RS kepada kami c.q. LBH Jakarta.
Bagaimana pendapat agan-agan sekalian mengenai resume medis ini?
Bagaimana pendapat agan-agan sekalian mengenai resume medis ini?
Semoga amal ibadah almarhumah diteima disisi-Nya dan buat agan lifewithoutmama agar diberi ketabahan.
0
24.4K
Kutip
30
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya