traxes_01Avatar border
TS
traxes_01
[semakin gencar] Pengacara Tokoh Pembebasan Papua Barat Benny Wenda Diskreditkan Indo
Sydney - Setelah sejak 2002 lalu kabur dari proses persidangan di Papua Barat, Benny Wenda muncul dan berpidato di Sydney, Australia. Bersama pengacaranya, Jennifer Robinson, tokoh pembebasan Papua Barat ini mendiskreditkan Indonesia.

"Dia tidak hanya seorang yang saya wakili, namun juga teman yang menginspirasi saya. Dia adalah teman yang memiliki komitmen untuk melawan ketidakadilan dan melawan propaganda yang ditujukan kepada dirinya," kata Robinson di panggung acara Tedx Syndey 2013 di The University of Sydney. Pidato ini diunggah ke situs Youtube pada 9 Mei 2013 kemarin.

Robinson yang pertama kali ke Indonesia pada 2002 ini membuka sambutannya dengan menceritakan awal pertemuannya dengan Benny. Saat itu Benny tengah ditahan dengan tuduhan melakukan serangan Aberpura, Papua yang menewaskan satu orang polisi.

Perempuan berambut pirang ini juga memiliki analisisnya tersendiri mengenai orang Papua yang secara kesukuan dan fisik sangat berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya. "Mereka memiliki bentuk rambut dan kulit yang berbeda dengan orang Indonesia," kata Robinson.

Lalu Robinson menceritakan mengenai perjuangan Benny yang pada 2002 berhasil melarikan diri di tengah proses persidangan. Dibantu rekan-rekannya yang sama-sama memperjuangkan Papua Barat, Benny berhasil masuk ke Papua Nugini. Pada 2003, Benny yang dibantu Robinson berhasil mendapatkan suaka di Inggris.

Di Inggris, Benny mendirikan gerakan Papua Barat merdeka. Robinson menyebut perjuangan Benny tersebut pantas untuk dibantu oleh dunia internasional.

Tanpa menyebutkan sumber data, Robinson dalam pidatonya itu menuding selama Papua Barat berada dalam pangkuan Indonesia, ratusan ribu nyawa penduduk setempat melayang di Tangan TNI. "Ratusan ribu penduduk Papua meninggal atau hilang di tangan TNI," kata Robinson.

Robinson juga menuding sumber daya Papua selama ini dieskploitasi oleh perusahaan multinasional. Lagi-lagi dia menuduh pemerintah Indonesia di balik eksploitasi itu.

"Perusahaan-perusaaan tersebut dibeking oleh pemerintah Indonesia. Dan itu semua, terjadi di sini, di halaman belakang Australia," ujar Robinson.

Ujung-ujungnya, Robinson meminta ratusan hadirin yang datang pada acara tersebut untuk memberikan perhatiannya kepada perjuangan Benny, untuk memerdekakan Papua Barat.

"Hukum berada di pihak Papua Barat, meski politik tidak. Mereka punya hak berdasarkan hukum internasional. Individu-individu ini tidak bisa melakukan perjuangannya sendiri. Mereka memerlukan kita, untuk mewujudkan cita-cita itu," kata Robinson.

Setelah sekitar 11 menit, Robinson memberikan sambutan, Benny keluar dari balik panggung. Secara langsung dia meminta bantuan kepada pemerintah dan publik Australia untuk membantunya pulang dan memerdekakan Papua Barat.

"Terima kasih kepada hadirin, mendengarkan cerita saya. Tapi ini bukan cerita saya saja, ini cerita dari para laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak dapat menikmati kemerdekaan setiap harinya," kata Benny.

"Tolong beritahukan kepada teman, keluarga dan pemerintah Anda tentang hal ini. Karena cerita tentang Papua Barat kini menjadi cerita Anda. Tanpa bantuan dan dukungan Anda, rakyat saya tidak akan pernah bebas," sambung pria kelahiran 1977 ini.

Robinson merupakan pengacara kondang yang biasa mengadvokasi persoalan HAM. Pada tahun 2010 di pernah menjadi anggota tim pembela Julian Asengas dan Wikileaks-nya di London.

(fjp/fjp)

[URL="http://news.detik..com/read/2013/05/13/081605/2243794/10/pengacara-tokoh-pembebasan-papua-barat-benny-wenda-diskreditkan-indonesia?9911012"]sumber[/URL]

kita tunggu reaksi Mr. prihatin
0
3.3K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.8KThread40.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.