Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

antiinter4everAvatar border
TS
antiinter4ever
Guardiola dan Keruntuhan Barca

Josep Guardiola memilih untuk meninggalkan Barcelona FC pada akhir musim lalu. Alasan yang diungkapkan Pep waktu itu adalah karena ia merasa butuh istirahat setelah empat tahun menangani tim.

Musim depan Guardiola sudah dipastikan akan menangani Bayern Munich, tim paling perkasa di Eropa saat ini. Sebagian pengamat percaya bahwa klub yang lebih membutuhkan Guardiola adalah Barca, bukan Bayern.

Benarkah Guardiola mundur murni karena sudah 'lelah'? Apakah ia sudah memperkirakan Barca akan mengalami kemunduran? berikut adalah ulasannya.
1. Empat Tahun Lalu

2 Mei 2009, Barca menggilas Real Madrid 6-2 di Santiago Bernabeu. Kapten Madrid Iker Casillas sampai kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kekalahan itu. "Jika anda berhadapan melawan kereta api, tak banyak yang bisa anda lakukan,"ujar Casillas waktu itu.

Dalam rentang dua pekan setelah mengalahkan Madrid, Barca menjuarai Copa del Rey dan Liga Champions. Bulan madu musim pertama Guardiola berlangsung sangat manis.

Kini, empat tahun kemudian, Barca justru mengalami kekalahan terburuk dalam sejarah mereka. Di tangan Tito Vilanova, harapan Barca pada musim ini tinggal di La Liga saja.

Sedikit kata-kata Guardiola tentang kemenangan dan kekalahan dari tim besar: "Anda bisa berada di puncak dengan cara mengalahkan klub-klub terbaik. Jika tidak, anda sendiri yang akan semakin menurun."
2. Revolusi Yang Gagal

Segera setelah timnya kalah 0-3 dari Bayern Munich, Gerard Pique menegaskan perlunya revolusi bagi Barca. "Harus ada keputusan penting yang dibuat!" tegas Pique.

Bisa jadi Pique sudah jengah dengan segala macam problem Barca yang dibiarkan berlarut-larut. Barca baru merasakan banyaknya problem internal (bukan perpecahan tim) pada akhir musim ini. Namun Guardiola sudah memperkirakannya lebih dari setahun lalu.

Guardiola meminta Barca untuk melakukan revolusi. Petinggi Barca menolak, dan Guardiola akhirnya mengucapkan selamat tinggal. Secara singkat, Guardiola membuat analogi bahwa kariernya bersama Barca sudah seperti orang yang tua.

"Karier saya di Barca sudah berakhir. Semua orang tumbuh dewasa dan menjadi tua. Itu juga yang terjadi pada semua hal."

3. Stagnan

Guardiola sebagai penggerak utama Barca tahu benar bahwa timnya mengalami penurunan performa. Pada musim terakhirnya di Camp Nou, Guardiola menyadari bahwa permainan timnya mulai terbaca lawan.

Sekuat apa pun sebuah tim, mereka harus selalu dinamis. Kekuatan mereka harus selalu diperbaiki dan penyegaran menjadi hal yang wajib, termasuk bagi Barcelona yang perkasa. gagal melakukan hal ini, sebuah tim akan menjadi stagnan alias jalan di tempat.

Guardiola menyadari masalah ini, dan ia pun menyodorkan beberapa solusi kepada petinggi klub. Guardiola ingin wajah Barca diubah; ia ingin membuang beberapa pemain kunci dan mendatangkan pemain-pemain baru. Sedikit banyak, Guardiola harus memulai dari awal lagi.

Pihak klub menolak karena menganggap tim Barca masih sangat kuat. Selain itu, revolusi tim juga akan memakan biaya besar plus berpotensi menggoyahkan harmoni klub jika ada langkah yang salah.
4. Tak Berdaya

Xavi dan Carles Puyol adalah komponen penting dalam era Guardiola. Tetapi semua pemain itu mulai berumur dan Guardiola ingin peran mereka mulai dikurangi. Hal ini tentu akan berdampak pada permainan Barca, tetapi resiko itu pantas diambil demi masa depan tim.

Guardiola juga meminta klub memberikannya bek sekelas Thiago Silva atau David Luiz. Sayang, niat Guardiola bertepuk sebelah tangan. Ia tidak memiliki kekuatan yang cukup di depan para petinggi klub, terutama dalam hal transfer.

Para pemain yang ia inginkan juga tak didatangkan pihak klub. Kesalahan terbesar Barca, terutama Sandro Rosell dan Andoni Zubizarreta, adalah karena mereka tidak memercayai pandangan sang pelatih.

Pada akhirnya, semua masalah itu tak terselesaikan hingga Guardiola pergi. Musim ini, di tangan Vilanova, Barca sudah memulai usaha mereka dengan masalah yang terlihat seperti gunung es.

"Memilih untuk meninggalkan sebuah klub lebih baik daripada jika ada orang lain yang memutuskan anda harus pergi," urai Guardiola.
5. Batasi Messi
Sepanjang kariernya bersama Barcelona, Guardiola melakukan dua hal kontradiktif pada saat bersamaan. Ia membentuk Messi menjadi seorang monster sambil mencari cara untuk membatasi pengaruh besar Messi terhadap tim.

Pada awalnya, Guardiola harus menyingkirkan Eto'o, Ronaldinho dan Deco untuk memberi Messi ruang yang lebih luas. 'Eksperimen' ini sukses dan Messi menjadi buas dengan ditempatkan lebih ke depan.

Namun Vilanova mulai merasakan bahwa pengaruh Messi terlalu besar bagi timnya. Untuk menguranginya, Guardiola sampai harus mendatangkan Zlatan Ibrahimovic dan David Villa. Ia juga mengorbitkan beberapa pemain La Masia seperti Pedro, Tello dan Cuenca.

Sekali lagi, Guardiola pergi ketika Messidependencia belum sempat didapat solusinya.
6. Era Vilanova

Vilanova menangani salah satu tim terbaik dunia. Ia juga punya kemampuan dan pengetahuan yang cukup karena merupakan asisten Guardiola selama empat musim. Pada intinya, Vilanova tahu benar apa yang terjadi di dalam Barcelona.

Ia ingin membuat perubahan, seperti Guardiola, tetapi ia tahu bahwa dirinya belum punya suara. Era Vilanova dimulai dengan berbagai masalah yang tak terselesaikan.

Vilanova akhirnya sedikit banyak menjadi korban. Ia tak mendapat dukungan penuh dari fans. Dari dalam klub sendiri, banyak yang menganggap Barca bisa selamat musim ini karena warisan kekuatan yang tersisa dari era Guardiola.

Digabungkan dengan berbagai masalah lainnya, Barca Vilanova merasakan dampaknya pada akhir musim ini. Kekalahan dari Bayern bisa disebut hanyalah salah satu tanda mulai tidurnya kekuatan Barca
7. Solusi Barca Ada di Bursa

Rosell dan para petinggi Barca seperti ditampar oleh kekalahan dari Bayern. Para pendukung Barca tahu bahwa kekalahan ini bukan murni tanggung jawab Vilanova.

Rosell bukannya pelit dalam belanja, namun ia terlalu percaya kepada Zubizarreta. Semua transfer Barca memang harus melewati persetujuan Zubi. Alexis Sanchez, Alex Song dan Cesc Fabregas adalah buah kerja Zubi yang banyak mendapat sorotan karena tidak berkontribusi maksimal.

Baru kali ini Rosell dan Zubi menyadari bahwa klub mereka membutuhkan pemain di semua posisi. Vicente Guaita, Mats Hummels, Marquinhos dan Neymar menjadi 'item' yang wajib dibeli Barca pada bursa transfer nanti. Gagal mendapatkan mereka, kursi Rosell akan berada dalam bahaya pada akhir musim depan.

Sekaian dari tread ane semoga bermanfaat dan sedikit menambah pengetahuan untukm kalian semua ,,
emoticon-I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Kaskus (S)
jangan lupa ninggalin jejak dan kasih emoticon-Blue Guy Cendol (L)
Diubah oleh antiinter4ever 14-05-2013 13:15
0
2.3K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.