- Beranda
- The Lounge
Inilah Manusia Yang Pernah Berhasil Menangkap Petir (Benarkah Petir Bisa Ditangkap?)
...
TS
POMPOWBOY
Inilah Manusia Yang Pernah Berhasil Menangkap Petir (Benarkah Petir Bisa Ditangkap?)
Ketika Sebuah Legenda Dikaitkan Dengan Ilmiah
Quote:
Versi Legenda:
Kisah hidup Ki Ageng Ngadurahman Sela (dikenal dengan nama Ki Ageng Sela) adalah lebih bersifat legenda, namun sebagian masyarakat Jawa mempercayai bahwa Ki Ageng Sela adalah sosok yang nyata. Bahkan di beberapa naskah babad, disebutkan bahwa Ki Ageng Sela memiliki putra dan putri yang salah satunya menurunkan Ki Ageng Pamanahan (pendiri Mataram) yang kemudian menurunkan Sutawijaya.
Salah satu cerita kesaktian Ki Ageng Sela adalah keberhasilannya menangkap petir saat bertani. Kemudian petir diikat dan diserahkan ke Kanjeng Sunan di Kerajaan Istana Demak. Ada beberapa versi cerita mengisahkan bahwa petir dimasukkan ke dalam batu sebesar genggaman tangan orang dewasa.
Saat ini kita masih bisa menemukan "jejak-jejak" kisah kesaktian Ki Ageng Sela di pintu masuk Masjid Agung Demak. Pintu ini disebut Lawang Bledheg (pintu petir) bertuliskan "Condro Sengkolo" yang berbunyi "Nogo Mulat Saliro Wani", bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M.
Lawang Bledheg itu dihiasi ukiran berupa ornamen tanaman berkepala binatang bergigi runcing, sebagai simbol petir yang pernah ditangkap Ki Ageng. Sebagian masyarakat Jawa sampai saat ini apabila dikejutkan bunyi petir akan segera mengatakan bahwa dirinya adalah cucu Ki Ageng Selo, dengan harapan petir tidak akan menyambarnya.
Sampai sekarang masyarakat di Jawa, khususnya di pedesaan masih menerapkan dan percaya akan mitos ini, bila terjadi petir berteriak sambil berkata "Gandrik! Aku Putune Ki Ageng Selo". Bila di bahasa Indonesia-kan berarti "** SENSOR **! Aku cucu Ki Ageng Selo" berdiri tegak dengan mengacungkan kepalan tangan ke langit.
Ki Ageng Ngadurahman Sela "Sang Penangkap Petir"
Kisah hidup Ki Ageng Ngadurahman Sela (dikenal dengan nama Ki Ageng Sela) adalah lebih bersifat legenda, namun sebagian masyarakat Jawa mempercayai bahwa Ki Ageng Sela adalah sosok yang nyata. Bahkan di beberapa naskah babad, disebutkan bahwa Ki Ageng Sela memiliki putra dan putri yang salah satunya menurunkan Ki Ageng Pamanahan (pendiri Mataram) yang kemudian menurunkan Sutawijaya.
Salah satu cerita kesaktian Ki Ageng Sela adalah keberhasilannya menangkap petir saat bertani. Kemudian petir diikat dan diserahkan ke Kanjeng Sunan di Kerajaan Istana Demak. Ada beberapa versi cerita mengisahkan bahwa petir dimasukkan ke dalam batu sebesar genggaman tangan orang dewasa.
Saat ini kita masih bisa menemukan "jejak-jejak" kisah kesaktian Ki Ageng Sela di pintu masuk Masjid Agung Demak. Pintu ini disebut Lawang Bledheg (pintu petir) bertuliskan "Condro Sengkolo" yang berbunyi "Nogo Mulat Saliro Wani", bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M.
Lawang Bledheg itu dihiasi ukiran berupa ornamen tanaman berkepala binatang bergigi runcing, sebagai simbol petir yang pernah ditangkap Ki Ageng. Sebagian masyarakat Jawa sampai saat ini apabila dikejutkan bunyi petir akan segera mengatakan bahwa dirinya adalah cucu Ki Ageng Selo, dengan harapan petir tidak akan menyambarnya.
Sampai sekarang masyarakat di Jawa, khususnya di pedesaan masih menerapkan dan percaya akan mitos ini, bila terjadi petir berteriak sambil berkata "Gandrik! Aku Putune Ki Ageng Selo". Bila di bahasa Indonesia-kan berarti "** SENSOR **! Aku cucu Ki Ageng Selo" berdiri tegak dengan mengacungkan kepalan tangan ke langit.
Quote:
Versi Ilmiah:
Semua orang paham apa yang terjadi seandainya sebuah pohon terkena sambaran petir, hancur atau terbakar. Nah, bagaimana seandainya petir itu langsung menghujam tegak ke tanah berpasir atau pasir seperti di pantai? Atau bahkan langsung menghatam singkapan bebatuan? Apa yang terjadi?
Belakangan diketahui bahwa petir akan meninggalkan jejak-jejak di pasir/ batu yang bentuknya bervariasi dari seperti cabang atau akar-akar pohon sampai dengan bentukan seperti tabung.
Sejak abad 19, jejak ini sudah dikenal sebagai Fulgurites (batu petir). Kata "Fulgur" berasal dari kalimat lain yang berarti petir. Jejak petir yang berupa batu ini terbentuk saat petir menyentuh permukaan pasir/ tanah/ batu (dengan suhu minimal ~1800 derajat C, beberapa literatur menyebutkan sampai 4000 derajat C) yang melelehkan kandungan silika dalam batuan dan kemudian membeku kembali secara cepat. Jejak petir tersebut bisa mencapai kedalaman beberapa meter, tergantung kondisi tanah pasir/ batu sebelumnya.
Fulgurites tentunya tidak mudah dijumpai, batu ini biasa di temukan di tempat-tempat terbuka, berpasir dengan sedikit tumbuh-tumbuhan tinggi. Tentunya syarat utamanya adalah daerah dimana petir sering terjadi.
Batu Petir atau Fulgurites
Semua orang paham apa yang terjadi seandainya sebuah pohon terkena sambaran petir, hancur atau terbakar. Nah, bagaimana seandainya petir itu langsung menghujam tegak ke tanah berpasir atau pasir seperti di pantai? Atau bahkan langsung menghatam singkapan bebatuan? Apa yang terjadi?
Belakangan diketahui bahwa petir akan meninggalkan jejak-jejak di pasir/ batu yang bentuknya bervariasi dari seperti cabang atau akar-akar pohon sampai dengan bentukan seperti tabung.
Sejak abad 19, jejak ini sudah dikenal sebagai Fulgurites (batu petir). Kata "Fulgur" berasal dari kalimat lain yang berarti petir. Jejak petir yang berupa batu ini terbentuk saat petir menyentuh permukaan pasir/ tanah/ batu (dengan suhu minimal ~1800 derajat C, beberapa literatur menyebutkan sampai 4000 derajat C) yang melelehkan kandungan silika dalam batuan dan kemudian membeku kembali secara cepat. Jejak petir tersebut bisa mencapai kedalaman beberapa meter, tergantung kondisi tanah pasir/ batu sebelumnya.
Fulgurites tentunya tidak mudah dijumpai, batu ini biasa di temukan di tempat-tempat terbuka, berpasir dengan sedikit tumbuh-tumbuhan tinggi. Tentunya syarat utamanya adalah daerah dimana petir sering terjadi.
Quote:
Penampakan Fulgurites
Spoiler for 1:
Spoiler for 2:
Spoiler for 3:
Spoiler for 4:
Quote:
Kaitan Versi Legendadengan Versi Ilmiah:
Faktanya adalah di pintu masjid Demak (Lawang Bledheg) terdapat ukiran berupa ornamen tanaman yang berkepala binatang bergigi runcing sebagai simbol petir yang pernah ditangkap Ki Ageng Sela.
Kisah Ki Ageng Selo adalah legenda turun temurun, namun dengan mengetahui bahwa petir bisa meninggalkan jejak di tanah, boleh jadi dalam kisah itu tangkapan Ki Ageng Sela adalah jejak petir yang berupa batu petir (fulgurites) yang berbentuk seperti akar-akar atau tanaman yang tak beraturan. Itu makanya dalam cerita Ki Ageng Sela dikisahkan bahwa petir bisa diikat dan juga ada yang mengisahkan bahwa petir dimasukkan ke dalam batu.
Silahkan mendatangi Masjid Demak, tidak sekedar berkesempatan untuk melihat Lawang Bledheg tapi juga untuk beribadah, Wallahu Alam.
Faktanya adalah di pintu masjid Demak (Lawang Bledheg) terdapat ukiran berupa ornamen tanaman yang berkepala binatang bergigi runcing sebagai simbol petir yang pernah ditangkap Ki Ageng Sela.
Kisah Ki Ageng Selo adalah legenda turun temurun, namun dengan mengetahui bahwa petir bisa meninggalkan jejak di tanah, boleh jadi dalam kisah itu tangkapan Ki Ageng Sela adalah jejak petir yang berupa batu petir (fulgurites) yang berbentuk seperti akar-akar atau tanaman yang tak beraturan. Itu makanya dalam cerita Ki Ageng Sela dikisahkan bahwa petir bisa diikat dan juga ada yang mengisahkan bahwa petir dimasukkan ke dalam batu.
Silahkan mendatangi Masjid Demak, tidak sekedar berkesempatan untuk melihat Lawang Bledheg tapi juga untuk beribadah, Wallahu Alam.
dikutip dari Buletin GEOmine edisi Desember 2012 (oleh Bronto Sutopo)
Quote:
KASKUSER TELADAN ITU:
1. Meninggalkan jejak (kasih comment)
2. TS berharap dapat
1. Meninggalkan jejak (kasih comment)
2. TS berharap dapat
TERIMAKASIH KASKUS
0
42.4K
Kutip
68
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.1KThread•83.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru