- Beranda
- Berita dan Politik
Indonesia Bisa Kalah dari Malaysia Gara-gara Nasi
...
TS
Jhannes
Indonesia Bisa Kalah dari Malaysia Gara-gara Nasi
Liputan6.com, Jakarta : Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution, mengungkapkan konsumsi per kapita masyarakat Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Salah satunya adalah tingginya budaya makan nasi alias beras.
"Bicara soal inflasi, ada kaitannya dengan demand side soal budaya makan. Indonesia itu adalah negara terbesar di dunia yang dilihat dari sisi konsumsi per kapita, terutama beras," ungkap dia usai menghadiri acara Rakornas IV TPID, Jakarta, Rabu (8/5/2013).
Budaya makan nasi ini, kata dia, perlahan harus mulai dikurangi. Alasannya, Indonesia terpaksa terus mengimpor beras karena jumlah produksi dalam negeri yang tidak cukup memenuhi tingginya kebutuhan masyarakat.
"Makan nasi apakah perlu sebanyak itu Harusnya diganti, walaupun bukan dengan roti, ada jagung, umbi-umbian, sayur dan sebagainya. Pantas saja kebutuhan kurang terus meski produksi beras sudah cukup banyak," jelasnya.
Besarnya konsumsi beras, lanjut Darmin, telah berpengaruh besar pada laju inflasi di tanah air. Mengingat persoalan inflasi telah masuk ke area budaya, teknis produksi yang semakin lama menjadi masalah pelik bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
"Makanya kami menjalin kerjasama erat dengan pemerintah daerah. BI kan tidak bisa mengurusi selera budaya makan masyarakat," terang dia.
Dia mencontohkan, inflasi Indonesia terus menerus berada di level 4%, sedangkan Filipina sekitar 3%-4% dan inflasi Malaysia serta Thailand justru lebih rendah yakni 2%-3%.
"Kalau Indonesia tidak bisa memperbaiki kondisi inflasi di tahun-tahun mendatang, maka saat ASEAN Community nanti Indonesia akan kalah dengan negara lain," pungkas Darmin.
"Bicara soal inflasi, ada kaitannya dengan demand side soal budaya makan. Indonesia itu adalah negara terbesar di dunia yang dilihat dari sisi konsumsi per kapita, terutama beras," ungkap dia usai menghadiri acara Rakornas IV TPID, Jakarta, Rabu (8/5/2013).
Budaya makan nasi ini, kata dia, perlahan harus mulai dikurangi. Alasannya, Indonesia terpaksa terus mengimpor beras karena jumlah produksi dalam negeri yang tidak cukup memenuhi tingginya kebutuhan masyarakat.
"Makan nasi apakah perlu sebanyak itu Harusnya diganti, walaupun bukan dengan roti, ada jagung, umbi-umbian, sayur dan sebagainya. Pantas saja kebutuhan kurang terus meski produksi beras sudah cukup banyak," jelasnya.
Besarnya konsumsi beras, lanjut Darmin, telah berpengaruh besar pada laju inflasi di tanah air. Mengingat persoalan inflasi telah masuk ke area budaya, teknis produksi yang semakin lama menjadi masalah pelik bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
"Makanya kami menjalin kerjasama erat dengan pemerintah daerah. BI kan tidak bisa mengurusi selera budaya makan masyarakat," terang dia.
Dia mencontohkan, inflasi Indonesia terus menerus berada di level 4%, sedangkan Filipina sekitar 3%-4% dan inflasi Malaysia serta Thailand justru lebih rendah yakni 2%-3%.
"Kalau Indonesia tidak bisa memperbaiki kondisi inflasi di tahun-tahun mendatang, maka saat ASEAN Community nanti Indonesia akan kalah dengan negara lain," pungkas Darmin.
0
2.3K
35
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
680.1KThread•48.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya