Perjuangan Guru di Pinggiran Kabupaten Semarang
Seberangi Sungai Kedung Potro demi Soal UN
TETESAN keringat Samain (45) terlihat jelas mengucur dari balik helm berwarna hitam gradasi biru ketika menembus aliran air Sungai Kedung Potro, yang belum dilengkapi jembatan. Tanggungjawab seorang kepala sekolah di SD Candirejo 02 yang diembannya sejak 30 bulan lalu, seakan kembali diuji oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang.
Dengan menggunakan kendaraan roda dua, warga Pringapus ini, hari pertama pelaksanaan UN SD, Senin (6/5) pukul 04.20, harus sudah sampai di UPTD Pringapus untuk mengambil soal dan lembar jawab komputer.
Setelah berkas diterima, Samain yang berseragam "keki" langsung memacu kendaraannya, menyusuri hutan jati milik Perhutani sejauh 22 kilometer.
Jalur yang dipilih merupakan jalur utama dan terdekat menuju SD Candirejo 02, yang terletak di Dusun Sapen, Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.
"Memang ada jalur alternatif lain, yakni melewati Kawengen sebelum masuk ke wilayah Kabupaten Demak yang total jarak tempuhnya mencapai 49 kilometer. Jalur tersebut kami pilih ketika hujan. Sebab, jalur hutan tidak bisa dilalui dan permukaan air Sungai Kedung Potro yang merupakan hulu Sungai Jragung yang meninggi," ungkapnya kepada wartawan.
Menurut dia, profesinya sebagai tenaga pendidik di perbatasan Kabupaten Semarang dengan Kabupaten Demak ini menjadi tantangan tersendiri.
Dipisahkan Hutan
Bersama tiga guru PNS dan lima guru tidak tetap (GTT), setiap hari harus menyusuri perjalanan darat Dusun Kedung Glatik dan Dusun Borangan, Desa Candirejo, Pringapus, yang terletak di tengah hutan.
"Alat komunikasi sangat berperan di sini, sebab jarak yang jauh dan dipisahkan oleh hutan. Seandainya berkas kurang, kami akan melaporkan kepada UPTD. Biasanya, untuk menghemat waktu, petugas akan mengambil lembar yang diperlukan dari sekolah terdekat sebelum bertemu di tengah jalan," ujarnya.
Pantauan di lokasi, UN tingkat SD pada hari pertama di SD Negeri Candirejo 02 berlangsung lancar. Berkas berisi soal dan lembar jawab sampai di sekolah tepat pukul 06.15. Pihak sekolah menggunakan dua ruangan yakni kelas V dan VI sebagai ruang ujian bagi 29 murid.
Terpisah, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Zainal Abidin berencana memberikan asuransi kepada pendidik yang bertugas di wilayah tersebut serta pada wilayah lainnya di Kabupaten Semarang, yang memiliki tingkat kesulitan akses jalan yang sama. "Asuransi jiwa akan diberikan kepada yang bersangkutan, kami akan mendata dahulu agar tepat sasaran. Yang jelas, guru-guru dengan tuntutan seperti itu harus didukung asuransi agar keselamatan dan kesehatan mereka terjamin saat bertugas," tandas Zainal.
SUMBER