hari minggu aku dan ke dua temanku Dino dan Andi akan pergi melihat sebuah rumah kuno peninggalan jaman belanda yang terkesan angker. Kami berangkat pukul 22:30 dengan mengenakan celana panjang dan jaket karena malam ini begitu dingin, sejenak terlihat dari luar sebuah rumah peninggalan jaman belanda yang sudah rusak bagian atapnya. Ditemani 3 lampu senter kecil, kami mulai memasuki rumah itu. Kami menelusuri setiap sudut rumah bersama-sama, namun tidak menemukan keganjilan sedikitpun. Sesampainya di ruang tengah, aku berpendapat kepada kedua temanku untuk berpencar, aku menuju halaman belakang, Dino menuju ke lantai 2, dan Andi menuju bagian depan. Setelah hampir 20 menit kami berpencar, kami bertemu lagi di ruang tengah. Aku bertanya pada Dino dan Andi apa yang mereka temukan, namun mereka tidak menemukan keganjilan sedikitpun, ternyata kesan angker di rumah ini tidak benar. Pukul 22: 55 aku dan temanku bergegas pulang kerumah. Pada saat kaki kami bertiga menginjakkan kaki di depan pintu rumah itu, kami mendengar suara minta tolong dari dalam rumah itu !!
sontak kami langsung lari terbirit-birit. Terlihat si Dino yang larinya paling kencang, bagaimana tidak, dia mengenakan celana pendek yang tidak akan menghambat gerakan tubuhnya untuk berlari. Bulu kudukku langsung berdiri setelah mendengar jeritan minta tolong dari dalam rumah itu. Mulai saat itu aku berjanji untuk tidak kerumah itu lagi.

Aku pergi berlibur bersama Ayahku di sebuah vila. Kami bepergian menggunakan sebuah mobil Van tua yang dibeli Ayahku dari seorang teman yang dikenalnya. Konon katanya mobil ini sering menabrak orang dan langsung tewas di tempat. Mobil itu dijual untuk membuang sial, namun ayahku tidak percaya dengan takhayul. Selama 9 tahun dia memiliki mobil Van itu, dia tidak pernah menabrak apapun. Setelah sampai di depan vila, Aku menurunkan semua barang yang aku bawa dari rumah dan mengangkutnya ke dalam vila itu, setelah semua barang di dalam van telah aku pindahkan aku langsung berbaring di kasurku, terlihat dari jendela ayah sedang memarkir Van tuanya itu di samping vila. Sore pun tiba, setelah mandi aku bergegas menuju kamar ayah untuk mengajaknya jalan-jalan di sekitar vila ini. Namun ayah tidak berada didalam kamarnya, aku cari dia keluar. Ternyata ayah sedang mengambil kopernya yang tertinggal di bagasi van kami. “ Ayo yah kita jalan-jalan” pintaku. “tunggu sebentar, ayah mau ganti baju dulu” sahut ayahku sambil memegang koper yang berisi baju ganti ayahku. Setelah ayah selesai ganti baju, aku dan Dia menelusuri daerah sekitar vila yang besar ini. Kami melihat-lihat pemandangan yang tak biasa kami jumpai di daerah kota kami. Setelah kami lelah berkeliling daerah sekitar vila, kami langsung menuju kamar tidur masing-masing untuk istirahat sejenak

Di temani sebuah laptop dan koneksi internet yang lumayan kencang, aku berselancar di dunia maya. Hingga akhirnya dengan terkejutnya aku membuka sebuah situs yang menampilkan gambar pocong dengan wajahnya yang hitam legam. Sontak aku berteriak dan langsung menutup situs itu dan mematikan laptopku. Keadaan rumahku yang sedang kosong semakin membuatku takut berada di dalam kamar sendirian. Dengan cepat aku menghidupkan semua lampu di setiap sudut ruangan rumahku agar tidak menakutkan. Aku juga menghidupkan lampu kamar yang tadinya mati dan membuat bulu kudukku berdiri setelah melihat gambar tadi. Setelah sampai di kamar, aku malah ingin buang air kecil. Setelah lega dari kamar mandi, aku bergegas menuju kamarku untuk segera tidur karena jam dinding sudah menunjukkan pukul 23:20. Aku mematikan laptop yang menyala. Karena masih dalam keadaan takut, aku memilih untuk tidur di bawah sinar lampu kamarku. Setelah lampu kuhidupkan, aku langsung berbaring tidur dan berharap pocong tersebut muncul di dalam mimpiku

Pagi ini aku bergegas menuju stasiun karena aku hampir telat ke tempat kerjaku. Sampai di stasiun, ramainya minta ampun. Terlihat seorang pengemis tua yang berada di sudut stasiun. Bibirnya terlihat bergumam sendiri, hingga saat seorang wanita gemuk melewatinya, kakek tua itu mengatakan “ sapi “
Aku terkejut mendengarnya, bagaimana orang akan memberikan recehan terhadapnya jika dia mengolok setiap orang yang lewat. Lalu lewat lagi seorang pria kurus kering dan kakek itu berkata “ domba “. Bagiku pria itu tak terlihat seperti domba, melainkan seperti kucing.
Lalu datanglah seorang pria gagah memakai jas biru dan celana hitam serta berdasi berdiri disamping kakek itu, lagi-lagi kakek itu bergumam “ manusia “. Ya memang, pria berjas itu memang manusia pikirku. Namun pria berjas itu terlihat sedikit risih dengan perkataan pengemis, lalu dia pergi.
Rasa penasaranku mengantarku ke arah kakek itu dan memberinya uang receh 500 rupiah. Lalu dia bergumam “ ayam “. Langsung saja aku tanyakan padanya. “ kenapa kakek selalu mengolok orang yang lewat ? apakah kakek melihat sesuatu dari setiap orang yang lewat ? “ tanyaku
“ aku bisa mengetahui apa yang dimakan setiap orang “ jawabnya. Aku terkejut, dia benar. Pagi ini aku makan sepotong ayam yang kubeli dari pasar. Setelah kejadian itu, aku tidak pernah lagi memikirkan kakek itu lagi.

Malam hari setelah aku pulang dari tempat kerjaku, aku langsung menuju rumah dan membuka pintu yang terkunci rapat. Inginku rebahkan badan yang terasa remuk ini di sebuah pulau kapuk. Aku sengaja tidak menutup pintu karena adik iparku belum datang dari tempat kerjanya. Langsung aku merebahkan diri di atas kasur, dan akupun terlelap. Namun tidurku terganggu dengan suara ketukan pintu yang datangnya dari luar, segera aku mengambil kunci dan membukanya. Ternyat adik iparku, dia terlihat kelelahan sehabis pulang dari kerjanya. Mungkin karena tadi dia bekerja terlalu keras.