MEDAN – Sudah hampir satu abad peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh setiap tanggal 2 Mei. Akan tetapi terlihat pendidikan belum memiliki fokus yang dapat menjadi tolak ukur untuk peningkatan pendidikan di Indonesia.

“Dalam peringatan Hardiknas yang sudah hampir satu abad ini. Seharusnya kita merenungi sistem pendidikan yang diterapkan selama ini sangat monoton,” kata Anggota Komisi E DPRD Sumut, Brilian Moktar kepada wartawan di Jalan Imam Bonjol No 5 Medan, hari ini.

Ditegaskan, program yang ada saat ini seperti jalan di tempat, dan terus tertinggal dengan negara lain, buktinya Ujian Nasional (UN) saja tak beres.

Bahkan pemerintah menutup program sekolah berstandart internasinal. Program ini dinilai berdampak hilangnya fokus pendidikan yang sedang diterapkan di Indonesia.

Politisi PDI Perjuangan ini, menilai program sekolah berstandart internasinal tersebut sangat membantu dalam menyerap pendidikan dari luar. "Saya sangat sesalkan ditutupnya sekolah berstandart Internasional tersebut," ucapnya.

Orang menilai, dengan pandai Bahasa Inggris dan menguasai Ilmu pengetahuan dari luar kerap dijadikan barometer berkurangnya jiwa nasionalisme sesorang.

Di sini, lanjut Brillian, pemangku jabatan yang diemban Menteri Pendidikan Muhammad Nuh terkesan ragu-ragu untuk menentukan kebijakan dalam membawa pendidikan ini ke depan."Ini dapat diartikan, rencana pembangunan jangka panjang dan jangka menengah gagal dibidang pendidikan, meskipun pergantian kabinet dilakukan," jelasnya.

Brillian juga mengatakan, peningkatan pendidikan suatu pondasi untuk mampu menjawab tantangan masa depan bangsa ini. Di sini kita harus fokus, apa sasaran dan apa masalah bangsa ini sekarang.

sumber